Beranda / Pernikahan / Dibalik Pintu Rumah Tanggaku. / RUMAH TANGGA YANG TIDAK HARMONIS

Share

Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.
Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.
Penulis: dyudhistira

RUMAH TANGGA YANG TIDAK HARMONIS

Penulis: dyudhistira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-30 05:03:24

Maya mengelap keringat di dahinya sambil memandang meja makan yang telah tertata rapi. Piring porselen dengan motif bunga mawar, sendok dan garpu yang berkilau, serta mangkuk sup yang mengepulkan uap hangat berisi sup ayam kesukaan suaminya, Andi. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke-7, dan Maya telah berusaha keras untuk memastikan semuanya sempurna.

Maya adalah seorang wanita berusia 34 tahun dengan wajah lembut dan mata yang selalu memancarkan kebaikan. Meskipun usianya bertambah, kecantikannya tetap terjaga, terlihat dari senyum yang selalu ia kenakan meski di tengah kepedihan. Ia mengenakan gaun berwarna biru muda yang dipilihnya dengan hati-hati pagi tadi, berharap Andi akan memperhatikan dan mungkin, hanya mungkin, memujinya.

Tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam, Maya mendengar suara derap kaki di pintu depan. Ia memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan dan berdiri dengan gugup menanti kedatangan Andi. Pintu terbuka dengan suara berderit, dan Andi masuk dengan wajah lelah namun tegas. Andi adalah pria bertubuh tinggi dengan rahang kuat dan mata yang tajam. Di matanya, Maya dapat melihat bayangan beban pekerjaan dan ambisi yang tak pernah padam.

"Selamat ulang tahun pernikahan, Mas," sapa Maya dengan senyum lebar, berharap suaranya terdengar ceria dan tidak terlalu memohon.

Andi menatapnya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke meja makan. "Apa ini?" tanyanya tanpa ekspresi, suaranya datar dan dingin.

Maya merasa detak jantungnya semakin cepat. "Ini... ini makan malam spesial yang aku siapkan untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita."

Andi menghela napas panjang dan meletakkan tas kerjanya di sofa. "Aku sudah bilang kalau aku sibuk hari ini. Kamu tahu aku ada proyek besar yang harus diselesaikan."

Maya menunduk, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Aku tahu, tapi aku pikir... mungkin kita bisa meluangkan sedikit waktu untuk makan bersama."

Andi berjalan menuju meja makan dan duduk dengan kasar. Ia mengambil sendok dan mencicipi sup yang disiapkan Maya. "Ini hambar," katanya dengan nada meremehkan. "Kamu tahu aku suka makanan yang lebih berbumbu."

Maya merasa air mata menggenang di sudut matanya, namun ia segera mengedipkannya pergi. "Maaf, Mas. Aku akan lebih memperhatikannya lain kali."

Andi mendengus dan melanjutkan makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Maya duduk di hadapannya, mencoba menikmati makanan yang telah disiapkannya dengan penuh cinta, namun setiap suap terasa pahit di tenggorokannya. Hati Maya terasa berat, seolah ada beban tak terlihat yang menekan jiwanya.

Pernikahan mereka tidak selalu seperti ini. Dulu, Andi adalah pria yang penuh perhatian dan cinta. Mereka bertemu di sebuah acara kampus, di mana Maya terpesona oleh kecerdasan dan karisma Andi. Mereka saling jatuh cinta dan menikah setelah beberapa tahun berpacaran. Namun, setelah pernikahan, segalanya mulai berubah.

Ambisi Andi yang besar untuk sukses dalam karirnya sering kali membuatnya melupakan hal-hal kecil yang penting bagi hubungan mereka. Ia menjadi lebih mudah marah, lebih sering mengkritik, dan jarang mengapresiasi usaha Maya. Perlahan tapi pasti, Andi yang dulu penuh cinta dan kasih sayang menghilang, digantikan oleh pria yang dingin dan keras.

Setelah makan malam yang penuh keheningan, Andi bangkit dari kursinya. "Aku harus kembali bekerja," katanya tanpa menatap Maya. "Jangan ganggu aku."

Maya hanya mengangguk pelan, menyembunyikan kesedihan yang semakin mendalam. Ia mengumpulkan piring-piring kotor dan mulai mencuci, meskipun pikirannya melayang jauh. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Kenapa cinta mereka yang dulu begitu indah kini terasa seperti beban yang tak tertahankan?

Maya menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan cepat dan naik ke kamar tidur. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding. Dalam foto itu, Andi tersenyum lebar, memeluk Maya dengan penuh cinta. Di mana senyuman itu sekarang? Di mana perasaan hangat yang dulu selalu membuatnya merasa aman dan dicintai?

Maya tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup seperti ini. Ia butuh perubahan, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana. Setiap kali ia mencoba berbicara dengan Andi tentang perasaannya, Andi selalu memotong pembicaraan atau mengabaikannya. Maya merasa terperangkap dalam lingkaran setan yang tak berujung.

Malam itu, Maya berbaring di tempat tidur dengan pikiran yang kacau. Ia menatap langit-langit kamar yang gelap, berharap ada jalan keluar dari penderitaan ini. Ia tahu bahwa di balik pintu rumah ini, ada dunia yang lebih luas dan penuh dengan kemungkinan. Ia hanya perlu menemukan keberanian untuk melangkah keluar dan mencari kebahagiaan yang sejati.

Namun, saat ini, Maya hanya bisa menunggu dan berharap. Ia memejamkan mata, mencoba mencari ketenangan dalam tidur, meskipun hatinya tetap gelisah. Di balik pintu rumah ini, ada kehidupan yang harus dihadapi, dan Maya berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menemukan cara untuk bertahan dan meraih kebahagiaan, apapun yang terjadi.

Ketika Maya hampir terlelap, suara berat langkah kaki Andi terdengar mendekat ke kamar. Pintu kamar terbuka perlahan, menciptakan bayangan panjang yang menutupi tempat tidur Maya. Andi berdiri di ambang pintu, matanya memandang Maya dengan tajam.

"Maya," suaranya terdengar dingin dan mengancam. "Kamu tahu ada hal-hal yang perlu kita bicarakan."

Maya membuka matanya, jantungnya berdetak kencang. Ia merasakan ketakutan yang mencekam saat Andi melangkah mendekat. Tanpa peringatan, Andi mengeluarkan sebuah amplop dari saku jasnya dan melemparkannya ke atas tempat tidur.

"Baca ini," katanya tajam. "Besok pagi kita akan membicarakannya lebih lanjut."

Maya meraih amplop itu dengan tangan gemetar, namun sebelum ia sempat membukanya, Andi sudah berbalik dan meninggalkan kamar, menutup pintu dengan keras di belakangnya. Maya merasakan dadanya sesak oleh kecemasan. Apa yang ada di dalam amplop itu? Mengapa Andi terlihat begitu marah?

Dengan tangan gemetar, Maya membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa lembar kertas. Matanya membesar saat ia mulai membaca isinya. Kata-kata yang tertulis di sana membuatnya terperanjat dan tak mampu berkata-kata. Ini adalah ultimatum yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Maya memandang kertas di tangannya, merasakan dunia seolah-olah runtuh di sekitarnya. Dalam keheningan malam, hanya ada satu pikiran yang terlintas di benaknya: bagaimana ia akan bertahan menghadapi semua ini?

***

Bab terkait

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   PERJALANAN BARU KEHIDUPAN MAYA

    Maya memandangi kertas di tangannya dengan perasaan campur aduk. Malam telah semakin larut, dan bunyi jam di ruang tamu berdetak pelan, seolah menghitung setiap detik yang berlalu. Isi amplop itu ternyata adalah surat perceraian yang Andi ajukan. Ia merasa terperangkap dalam mimpi buruk yang tak berujung. Pagi harinya, Maya terbangun dengan perasaan tak tenang. Cahaya matahari masuk melalui celah tirai, menerangi kamar yang terasa begitu dingin dan asing. Andi telah bangun lebih awal seperti biasa, meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Maya duduk di tepi tempat tidur, memegangi surat itu dengan tangan yang masih gemetar. Di ruang tamu, Andi sedang duduk dengan tenang, menyeruput kopi sambil membaca koran. Ketika Maya masuk, ia bahkan tidak menoleh. Jantung Maya berdegup kencang, dan ia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk menghadapi kenyataan yang pahit. "Mas, apa maksudnya ini?" tanya Maya dengan suara yang hampir berbisik, menahan air mata yang sudah mulai mengalir di pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   DIBALIK SEBUAH KESULITAN

    Di saat yang sama, seseorang mendengar suara gaduh dari gang tersebut. Langkah kaki mendekat dengan cepat, dan tiba-tiba ada seorang pria lain yang menerobos masuk, mendorong penyerang Maya hingga terjatuh. "Apa yang kau lakukan?!" bentak pria itu, memukul penyerang hingga terlempar ke tanah. Penyerang itu melarikan diri, meninggalkan Maya yang terengah-engah dan gemetar. Pria penyelamat itu mendekati Maya dengan wajah khawatir. "Kamu baik-baik saja?" Maya mengangguk pelan, masih shock. "Ya, terima kasih... Kamu siapa?" Pria itu tersenyum lembut. "Aku Raka. Aku kebetulan lewat dan mendengar teriakanmu." Maya mencoba bangkit, namun kakinya masih lemas. Raka membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih aman. Mereka duduk di sebuah bangku taman, dan Raka menawari Maya air dari botol yang dibawanya. "Kamu harus lebih berhati-hati. Ini daerah yang agak rawan," kata Raka. Maya mengangguk, mencoba menenangkan diri. "Terima kasih banyak, Raka. Aku tidak tahu apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   PERLAKUAN ANDI

    Maya kembali ke rumah Sari dengan perasaan campur aduk. Ia merasa lega bahwa Raka ada di sana untuk membantunya, namun bayangan Andi yang marah masih menghantui pikirannya. Sari menyambut mereka dengan wajah khawatir, segera mendekati Maya. "Maya, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" tanya Sari dengan cemas. Maya menceritakan kejadian di taman, dan Sari terlihat marah dan khawatir sekaligus. "Andi sudah keterlaluan. Kita harus melaporkannya ke polisi." Maya mengangguk pelan. "Aku tahu, Sari. Tapi aku takut. Aku takut Andi akan melakukan sesuatu yang lebih buruk." Raka menatap Maya dengan tegas. "Kita tidak bisa membiarkan dia terus menerormu. Aku akan menemanimu ke kantor polisi besok. Kamu tidak perlu takut lagi." Maya merasa sedikit lebih tenang dengan dukungan Raka dan Sari. Malam itu, ia tidur di kamar tamu dengan perasaan was-was, namun tekadnya semakin kuat untuk melindungi dirinya sendiri.Esok harinya, Maya, Raka, dan Sari pergi ke kantor polisi. Maya memberikan lapora

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   KEPUTUSAN BERANI

    Ketika polisi datang, suasana di rumah Sari penuh dengan ketegangan. Raka dan Andi masih bergulat di lantai, namun dengan cepat polisi memisahkan mereka dan memborgol Andi. Maya, yang gemetar di sudut ruangan, merasa sedikit lega melihat Andi akhirnya dibawa pergi. Namun, kelegaan itu hanya sesaat. Setelah polisi pergi, Maya, Sari, dan Raka duduk bersama di ruang tamu, mencoba menenangkan diri. Malam itu begitu panjang, dan mereka tahu bahwa ini belum berakhir. Pagi harinya, Maya bangun dengan perasaan campur aduk. Meskipun Andi telah ditangkap, bayangan dan ketakutan akan dirinya masih menghantui. Maya memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup dan mencoba mencari cara untuk meraih kebebasan yang selama ini ia rindukan. Di kantor, Maya berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus kembali pada kejadian malam sebelumnya. Sari menghubungi Maya di siang hari, memastikan bahwa ia baik-baik saja. "Maya, aku sudah bicara dengan pengacara lagi. Mereka akan membantu kita untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   ANCAMAN ANDI

    Maya merasa gelisah sepanjang malam, tak bisa tidur dengan tenang. Setiap suara kecil membuatnya terlonjak, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Andi yang mengancam. Sari dan Raka mencoba menenangkan Maya, namun ketakutan masih menyelimuti dirinya. Keesokan paginya, Maya, Sari, dan Raka duduk di ruang tamu, memikirkan langkah selanjutnya. Sari menyeduh kopi untuk semua orang, sementara Raka memeriksa kembali keamanan rumah. "Kita harus tetap waspada," kata Raka dengan suara serius. "Aku sudah menghubungi polisi lagi dan mereka berjanji akan meningkatkan patroli di sekitar rumah ini." Maya mengangguk lemah. "Aku hanya ingin semua ini segera berakhir. Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan seperti ini." Sari memegang tangan Maya erat. "Kamu tidak sendirian, Maya. Kita akan melalui ini bersama. Kita harus tetap kuat." *** Beberapa hari berlalu dengan ketegangan yang terus menghantui. Suatu pagi, saat Maya membuka pintu depan untuk mengambil surat, ia menemukan sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   Permohonan Maaf Andi

    Maya memutuskan untuk kembali bekerja dengan perasaan yang was-was. Meskipun sari sudah memberikan saran pada Maya untuk mengambil cuti, tapi Maya merasa dirinya baik-baik saja. Perlakuan Andi yang liar, membuat Maya merasa tidak nyaman selama hampir sebulan terakhir ini. Kalau saja tidak ada Sari sahabatnya, dan Raka seseorang yang selalu muncul bak pangeran kuda putih yang menyelamatkan putri raja dari ancaman penyihir jahat, mungkin Maya tidak akan kuat menjalani hidup ini. "Kamu yakin mau berangkat kerja?" Tanya sari saat Maya bersiap untuk pergi ke kantor. "Aku, harus yakin sar. Aku gak mau hidupku terus di penuhi ketakutan seperti ini." Jawabnya. Sari tersenyum sambil memberikan pelukan semangat kepada sahabatnya itu. "Makasih sar, kamu selalu membantu ku." Bisik Maya sambil berpamitan. Sari melambaikan tangan di muka pintu. Melihat sahabatnya yang pergi berjalan kaki menuju halte pemberhentian bus yang ada di depan jalan utama. Perasaan khawatir menyergap h

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   BUKET BUNGA BESAR

    Sepanjang hari, setelah Maya bertemu Andi dan menyetujui untuk kembali ke rumahnya, Maya semakin memikirkan apa langkah yang seharusnya ia ambil. Maya menyetujui ucapan Andi untuk pulang kerumahnya, hanya agar Andi bisa cepat pergi dan Maya bisa kembali lagi ke kantor dengan selamat siang tadi. Kali ini, ketika waktu pulang kerja semakin dekat, Maya semakin gelisah, ketakutan dan entah kenapa kali ini ada perasaan bimbang di hatinya. Perlakuan Andi tadi, kata-kata manisnya, membuai keyakinan Maya kalau Andi memang sudah berubah. Mungkin karena ia sempat di tahan di kantor polisi beberapa hari lalu, pikir Maya. Raka, orang yang paling ingin di temuinya sehari ini, bahkan belum memberikan kabar kepada Maya. Maya ingin sekali bercerita soal ini kepada Raka. "Mbak, suami nya sudah nunggu di lobi." Lamunan Maya buyar ketika seorang satpam masuk ke ruangannya dan memberi tahukan info kalau Andi yang tadi siang membuat keributan di lobi kantor nya sudah tiba. Maya mengerjap, ia meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   Ibu Mertua Maya

    Rumah yang sempat ditinggalkan Maya, belum berubah sama sekali. Semuanya masih sama. Walaupun hatinya masih ragu, akhirnya Maya memutuskan untuk pulang bersama Andi sepulang kerja. "Selamat datang kembali Maya." Ucap Andi sambil tersenyum. Maya tahu keputusan nya ini bukanlah keputusan yang terbaik. Maya hanya berfikir untuk memberikan Andi satu lagi kesempatan sebelum dirinya mengambil keputusan untuk bersama dengan Andi lagi atau benar-benar berpisah untuk selamanya. "Terimakasih" Gumam Maya sambil berjalan melewati beberapa ruangan di rumah lamanya ini. Tidak bisa di pungkiri, ada rasa rindu di hati Maya saat ia melihat lagi setiap ruangan di rumah yang sudah mengisi harinya selama tujuh tahun pernikahan nya dengan Andi. Dulu, ketika awal pernikahan, Andi adalah pribadi yang baik, romantis dan penuh perhatian. Sampai kemudian, sikapnya berubah setelah tahun ke tiga pernikahan.Bu Ratna, ibu mertua Maya yang terus menerus menanyakan soal momongan kepada Andi, mulai merubah sik

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31

Bab terbaru

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   Ibu Mertua Maya

    Rumah yang sempat ditinggalkan Maya, belum berubah sama sekali. Semuanya masih sama. Walaupun hatinya masih ragu, akhirnya Maya memutuskan untuk pulang bersama Andi sepulang kerja. "Selamat datang kembali Maya." Ucap Andi sambil tersenyum. Maya tahu keputusan nya ini bukanlah keputusan yang terbaik. Maya hanya berfikir untuk memberikan Andi satu lagi kesempatan sebelum dirinya mengambil keputusan untuk bersama dengan Andi lagi atau benar-benar berpisah untuk selamanya. "Terimakasih" Gumam Maya sambil berjalan melewati beberapa ruangan di rumah lamanya ini. Tidak bisa di pungkiri, ada rasa rindu di hati Maya saat ia melihat lagi setiap ruangan di rumah yang sudah mengisi harinya selama tujuh tahun pernikahan nya dengan Andi. Dulu, ketika awal pernikahan, Andi adalah pribadi yang baik, romantis dan penuh perhatian. Sampai kemudian, sikapnya berubah setelah tahun ke tiga pernikahan.Bu Ratna, ibu mertua Maya yang terus menerus menanyakan soal momongan kepada Andi, mulai merubah sik

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   BUKET BUNGA BESAR

    Sepanjang hari, setelah Maya bertemu Andi dan menyetujui untuk kembali ke rumahnya, Maya semakin memikirkan apa langkah yang seharusnya ia ambil. Maya menyetujui ucapan Andi untuk pulang kerumahnya, hanya agar Andi bisa cepat pergi dan Maya bisa kembali lagi ke kantor dengan selamat siang tadi. Kali ini, ketika waktu pulang kerja semakin dekat, Maya semakin gelisah, ketakutan dan entah kenapa kali ini ada perasaan bimbang di hatinya. Perlakuan Andi tadi, kata-kata manisnya, membuai keyakinan Maya kalau Andi memang sudah berubah. Mungkin karena ia sempat di tahan di kantor polisi beberapa hari lalu, pikir Maya. Raka, orang yang paling ingin di temuinya sehari ini, bahkan belum memberikan kabar kepada Maya. Maya ingin sekali bercerita soal ini kepada Raka. "Mbak, suami nya sudah nunggu di lobi." Lamunan Maya buyar ketika seorang satpam masuk ke ruangannya dan memberi tahukan info kalau Andi yang tadi siang membuat keributan di lobi kantor nya sudah tiba. Maya mengerjap, ia meli

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   Permohonan Maaf Andi

    Maya memutuskan untuk kembali bekerja dengan perasaan yang was-was. Meskipun sari sudah memberikan saran pada Maya untuk mengambil cuti, tapi Maya merasa dirinya baik-baik saja. Perlakuan Andi yang liar, membuat Maya merasa tidak nyaman selama hampir sebulan terakhir ini. Kalau saja tidak ada Sari sahabatnya, dan Raka seseorang yang selalu muncul bak pangeran kuda putih yang menyelamatkan putri raja dari ancaman penyihir jahat, mungkin Maya tidak akan kuat menjalani hidup ini. "Kamu yakin mau berangkat kerja?" Tanya sari saat Maya bersiap untuk pergi ke kantor. "Aku, harus yakin sar. Aku gak mau hidupku terus di penuhi ketakutan seperti ini." Jawabnya. Sari tersenyum sambil memberikan pelukan semangat kepada sahabatnya itu. "Makasih sar, kamu selalu membantu ku." Bisik Maya sambil berpamitan. Sari melambaikan tangan di muka pintu. Melihat sahabatnya yang pergi berjalan kaki menuju halte pemberhentian bus yang ada di depan jalan utama. Perasaan khawatir menyergap h

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   ANCAMAN ANDI

    Maya merasa gelisah sepanjang malam, tak bisa tidur dengan tenang. Setiap suara kecil membuatnya terlonjak, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Andi yang mengancam. Sari dan Raka mencoba menenangkan Maya, namun ketakutan masih menyelimuti dirinya. Keesokan paginya, Maya, Sari, dan Raka duduk di ruang tamu, memikirkan langkah selanjutnya. Sari menyeduh kopi untuk semua orang, sementara Raka memeriksa kembali keamanan rumah. "Kita harus tetap waspada," kata Raka dengan suara serius. "Aku sudah menghubungi polisi lagi dan mereka berjanji akan meningkatkan patroli di sekitar rumah ini." Maya mengangguk lemah. "Aku hanya ingin semua ini segera berakhir. Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan seperti ini." Sari memegang tangan Maya erat. "Kamu tidak sendirian, Maya. Kita akan melalui ini bersama. Kita harus tetap kuat." *** Beberapa hari berlalu dengan ketegangan yang terus menghantui. Suatu pagi, saat Maya membuka pintu depan untuk mengambil surat, ia menemukan sebuah

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   KEPUTUSAN BERANI

    Ketika polisi datang, suasana di rumah Sari penuh dengan ketegangan. Raka dan Andi masih bergulat di lantai, namun dengan cepat polisi memisahkan mereka dan memborgol Andi. Maya, yang gemetar di sudut ruangan, merasa sedikit lega melihat Andi akhirnya dibawa pergi. Namun, kelegaan itu hanya sesaat. Setelah polisi pergi, Maya, Sari, dan Raka duduk bersama di ruang tamu, mencoba menenangkan diri. Malam itu begitu panjang, dan mereka tahu bahwa ini belum berakhir. Pagi harinya, Maya bangun dengan perasaan campur aduk. Meskipun Andi telah ditangkap, bayangan dan ketakutan akan dirinya masih menghantui. Maya memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup dan mencoba mencari cara untuk meraih kebebasan yang selama ini ia rindukan. Di kantor, Maya berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus kembali pada kejadian malam sebelumnya. Sari menghubungi Maya di siang hari, memastikan bahwa ia baik-baik saja. "Maya, aku sudah bicara dengan pengacara lagi. Mereka akan membantu kita untu

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   PERLAKUAN ANDI

    Maya kembali ke rumah Sari dengan perasaan campur aduk. Ia merasa lega bahwa Raka ada di sana untuk membantunya, namun bayangan Andi yang marah masih menghantui pikirannya. Sari menyambut mereka dengan wajah khawatir, segera mendekati Maya. "Maya, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" tanya Sari dengan cemas. Maya menceritakan kejadian di taman, dan Sari terlihat marah dan khawatir sekaligus. "Andi sudah keterlaluan. Kita harus melaporkannya ke polisi." Maya mengangguk pelan. "Aku tahu, Sari. Tapi aku takut. Aku takut Andi akan melakukan sesuatu yang lebih buruk." Raka menatap Maya dengan tegas. "Kita tidak bisa membiarkan dia terus menerormu. Aku akan menemanimu ke kantor polisi besok. Kamu tidak perlu takut lagi." Maya merasa sedikit lebih tenang dengan dukungan Raka dan Sari. Malam itu, ia tidur di kamar tamu dengan perasaan was-was, namun tekadnya semakin kuat untuk melindungi dirinya sendiri.Esok harinya, Maya, Raka, dan Sari pergi ke kantor polisi. Maya memberikan lapora

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   DIBALIK SEBUAH KESULITAN

    Di saat yang sama, seseorang mendengar suara gaduh dari gang tersebut. Langkah kaki mendekat dengan cepat, dan tiba-tiba ada seorang pria lain yang menerobos masuk, mendorong penyerang Maya hingga terjatuh. "Apa yang kau lakukan?!" bentak pria itu, memukul penyerang hingga terlempar ke tanah. Penyerang itu melarikan diri, meninggalkan Maya yang terengah-engah dan gemetar. Pria penyelamat itu mendekati Maya dengan wajah khawatir. "Kamu baik-baik saja?" Maya mengangguk pelan, masih shock. "Ya, terima kasih... Kamu siapa?" Pria itu tersenyum lembut. "Aku Raka. Aku kebetulan lewat dan mendengar teriakanmu." Maya mencoba bangkit, namun kakinya masih lemas. Raka membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih aman. Mereka duduk di sebuah bangku taman, dan Raka menawari Maya air dari botol yang dibawanya. "Kamu harus lebih berhati-hati. Ini daerah yang agak rawan," kata Raka. Maya mengangguk, mencoba menenangkan diri. "Terima kasih banyak, Raka. Aku tidak tahu apa yan

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   PERJALANAN BARU KEHIDUPAN MAYA

    Maya memandangi kertas di tangannya dengan perasaan campur aduk. Malam telah semakin larut, dan bunyi jam di ruang tamu berdetak pelan, seolah menghitung setiap detik yang berlalu. Isi amplop itu ternyata adalah surat perceraian yang Andi ajukan. Ia merasa terperangkap dalam mimpi buruk yang tak berujung. Pagi harinya, Maya terbangun dengan perasaan tak tenang. Cahaya matahari masuk melalui celah tirai, menerangi kamar yang terasa begitu dingin dan asing. Andi telah bangun lebih awal seperti biasa, meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Maya duduk di tepi tempat tidur, memegangi surat itu dengan tangan yang masih gemetar. Di ruang tamu, Andi sedang duduk dengan tenang, menyeruput kopi sambil membaca koran. Ketika Maya masuk, ia bahkan tidak menoleh. Jantung Maya berdegup kencang, dan ia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk menghadapi kenyataan yang pahit. "Mas, apa maksudnya ini?" tanya Maya dengan suara yang hampir berbisik, menahan air mata yang sudah mulai mengalir di pi

  • Dibalik Pintu Rumah Tanggaku.   RUMAH TANGGA YANG TIDAK HARMONIS

    Maya mengelap keringat di dahinya sambil memandang meja makan yang telah tertata rapi. Piring porselen dengan motif bunga mawar, sendok dan garpu yang berkilau, serta mangkuk sup yang mengepulkan uap hangat berisi sup ayam kesukaan suaminya, Andi. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke-7, dan Maya telah berusaha keras untuk memastikan semuanya sempurna.Maya adalah seorang wanita berusia 34 tahun dengan wajah lembut dan mata yang selalu memancarkan kebaikan. Meskipun usianya bertambah, kecantikannya tetap terjaga, terlihat dari senyum yang selalu ia kenakan meski di tengah kepedihan. Ia mengenakan gaun berwarna biru muda yang dipilihnya dengan hati-hati pagi tadi, berharap Andi akan memperhatikan dan mungkin, hanya mungkin, memujinya.Tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam, Maya mendengar suara derap kaki di pintu depan. Ia memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan dan berdiri dengan gugup menanti kedatangan Andi. Pintu terbuka dengan suara berderit, dan

DMCA.com Protection Status