Share

BAB 3

Author: Scheinen
last update Last Updated: 2021-12-20 20:51:49

“Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William.

“Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas.

“Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya.

William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu.

“Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai.

“Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano hancurin perusahaan lo?!”

“Makanya gue mau ikat adik Stefano. Selain gue bisa kontrol dia nantinya, kerja sama antara gue dan Stefano bakalan semakin kuat.” William menaik turunkan alisnya seakan mengatakan jika dirinya begitu hebat.

Harsya benar-benar kesal dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Bagaimana bisa dia memutuskan akan melamar seorang wanita dalam beberapa menit. Ditambah mereka tidak saling kenal dan bertemu sebelumnya. Mungkin otak William sudah benar-benar terganggu karena memikirkan segala tekanan dalam hidupnya.

“Turun sendiri lo! Gue nggak mau masuk. Cari sendiri cincinnya, gue tunggu sini,” kata Harsya setelah ia memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko perhiasan.  William memandang tak percaya ke arah Harsya, berani-beraninya Harsya memerintahnya. Sebenarnya disini siapa yang menjadi atasan?

“Sopan banget ya—,” perkataan William terhenti ketika Harsya menatapnya dengan begitu tajam. “oke gue bakal turun sendiri,” putus William.

William mungkin kejam dan tidak pernah merasa takut dengan apapun. Namun membuat Harsya kesal adalah hal yang paling ia hindari selama ini. Selain ia keteteran dengan semua pekerjaannya ia juga merasa kehilangan teman untuk bisa diajak bicara. Harsya yang kesal akan mendiamkannya selama kekesalannya belum hilang dan itu membuat William benar-benar frustasi dibuatnya.   

“Selamat datang di Light Shine,” seorang pegawai menyambut William yang baru saja memasuki toko. “Ada yang bisa saya bantu tuan?” tanyanya dengan begitu ramah.

“Aku ingin sebuah cincin termahal yang ada di toko ini,” pinta William.

Pegawai itu terlihat tersenyum sebelum mengarahkan William untuk mengikutinya. Seorang pegawai lain yang sedang berdiri didepan sebuah etalase kaca yang penuh dengan cincin berlian segera menyambut dirinya ketika ia tiba.

“Silahkan anda memilih disini tuan. Ini adalah deretan cincin berlian termahal yang ada di toko kami,” tutur pegawai yang menyambut William tadi. “teman saya yang bertugas disini akan membantu anda untuk menentukan pilihan.” Ia membungkung sebentar sebelum kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan William yang masih terdiam mematung.

“Mungkin anda bisa menyebutkan cincin yang anda inginkan tuan.” William sedikit tersentak mendengar perkataan pegawai yang ada di depannya. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang karena baru kali ini ia memilih sebuah cincin berlian untuk seorang wanita.

“Bisakah kau yang memilihnya? Aku tak begitu paham akan selera wanita,” perkataan William membuat pegawai di depannya menatap dengan heran. “Aku hanya ingin cincin yang termahal disini. Terserah untuk model ataupun ukurannya dan tolong siapkan sesegera mungkin,” pintanya.

“Baik tuan,” pegawai di depannya menganggukkan kepala sebelum meraih sebuah cincin yang dari dalam etalase.

William mengedarkan pandangannya selagi menunggu pesanannya disiapkan. Banyak pasangan yang mendatangi toko ini, mungkin mereka ingin melangsungkan sebuah pernikahan atau hanya memberikan hadiah untuk sang kekasih. Ia tersenyum miris dengan semuanya. Andai saja Salsa masih hidup dan ada disisinya sekarang mungkin ia akan begitu bahagia jika William mengajaknya kesini.

“Ini pesanan anda tuan,” terlihat sebuah kotak beludru berwarna hitam yang begitu elegan tepat di hadapannya. William memandang sedikit tidak percaya dengan benda di depannya. Benar kata Harsya ia gila. Padahal rencana menikah sudah jauh ia buang dalam benaknya, tapi lihat sekarang apa yang ia lakukan. William akan melamar seorang wanita yang bahkan tidak pernah ia temui dan kenal sebelumnya.

William segera menyerahkan sebuah kartu debit untuk membayar pesanannya lalu melangkahkan kakinya keluar sesegera mungkin. Harsya bisa bertambah kesal jika ia menunggu terlalu lama.

“Gue gila,” katanya ketika ia baru saja masuk kedalam mobil.

“Baru sadar lo,” balasan sarkas dari Harsya membuatnya dirinya bungkam. “Kita putar balik sekarang dan pikirin lagi rencana buat tutup mulut wanita itu.” William menggelengkan kepalanya setelah mendengar usulan dari Harsya. Tidak, ia tidak bisa membatalkan semuanya begitu saja setelah ia telah membeli sebuah cincin.

“Lo lebih gila. Gue udah ngeluarin jutaan dollar dan lo mau putar balik dan susun ulang rencana, nggak gue nggak bisa buang jutaan dollar gue begitu saja,”

“Lo lebih baik buang jutaan dollar dari pada buang sisa hidup lo buat jalani hubungan nggak jelas dengan orang asing,” Harsya menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan perkataannya “pernikahan bukanlah sebuah candaan Will. Lo benar-benar harus menjalani sisa hidup lo dengan orang yang lo cinta dan lo sayang. Bangun keluarga kecil dengan bahagia dan hidup bersama sampai tua,”

“Harapan buat hidup bersama dengan orang yang gue cinta dan gue sayang udah hilang dan hancur sejak sepuluh tahun lalu. Kematian Salsa dan pengkhianatan dari—” William tidak sanggup menyelesaikan perkataannya.

Harsya bungkam. Terlihat nada yang begitu memilukan dari perkataan sahabatnya itu.

“Cepat jalan atau gue cekik lo yang dari tadi udah bersikap nggak sopan sama gue,” Hasya segera menginjak pedal gasnya sebelum William benar-benar melakukan apa yang dikatakan.

***

“Halo teman, ada gerangan apa kalian datang kemari?” sambutan hangat William dan Harsya dapat dari Stefano. Pria itu berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arah dua orang pria yang kini sedang berdiri dengan sedikit gugup. “Ada masalah dengan proyek yang sedang kita kerjakan bersama?” tanya Stefano setelah memeluk dengan hangat kedua sahabatnya itu.

Wiliam menggelengkan kepalanya diikuti oleh Harsya. Ia terlalu tegang bahkan untuk berbicara dengan Stefano sekarang. Aura yang dikeluarkan Stefano benar-benar membuat dirinya merasa begitu gugup.

“Stef, William mau membicarakan sesuatu.” William mendelik mendengar perkataan yang dilontarkan Harsya. Menatapnya dengan tajam pria yang ada di sebelahnya, memberi isyarat jika dia ingin sekali membunuh Harsya saat ini juga.

“Oh ini bukan masalah pekerjaan? Mengingat Harsya bicara dengan begitu santai sekarang,” kata Stefano menatap dua orang didepannya.

Harsya menyenggol lengan William. Memberi isyarat kepada pria itu untuk mengatakan sesuatu.

William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,”

Related chapters

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

    Last Updated : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

    Last Updated : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

    Last Updated : 2022-03-01
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 7

    “Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh. Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya. Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan

    Last Updated : 2022-03-03
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

    Last Updated : 2022-03-07
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 1

    William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya. “Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa. “Apa lo bilang? Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi. Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya. “Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama

    Last Updated : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

    Last Updated : 2021-12-20

Latest chapter

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 7

    “Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh. Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya. Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 3

    “Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William. “Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas. “Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya. William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu. “Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai. “Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 1

    William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya. “Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa. “Apa lo bilang? Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi. Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya. “Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama

DMCA.com Protection Status