Share

Di Balik Topeng si Pembunuh
Di Balik Topeng si Pembunuh
Penulis: Scheinen

BAB 1

Penulis: Scheinen
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-20 20:51:35

William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya.

“Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa.

“Apa lo bilang?  Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi.

Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya.

“Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama adalah salah satu dari beberapa tersangka yang terlibat dalam kematian Salsa sepuluh tahun lalu,” lanjut William.

Dion membeku. Ingatannya kembali pada peristiwa sepuluh tahun lalu, dimana ia bersama teman-temannya menculik seorang gadis karena perintah dari seseorang. Menyiksanya, menikmati tubuhnya, dan meninggalkan begitu saja yang membuat gadis itu pada akhirnya harus meregang nyawa.

“Gue bisa jelaskan untuk --,”

“Tutup mulut lo, sialan!” bentak William sebelum sebuah tembakan ia lesatkan tepat ke arah kepala pria itu.

Tubuh besar Dion jatuh tak berdaya bersama dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya. Peluru yang ditembakkan William dari pistol berjenis Revolver berhasil menembus kepala Dion hingga menyebabkan pria itu meregang nyawa seketika.

Setelah memastikan jika tubuh besar di hadapannya benar-benar sudah tidak bernyawa, William mengeluarkan ponsel pintar miliknya, memencet beberapa kali sebelum kemudian mendekatkan benda pipih itu ke arah telinganya.

“Bereskan semuanya. Aku tidak ingin ada yang mengetahui aksiku malam ini.” perintahnya kepada seseorang diujung telepon.

William mengedarkan pandangannya sembari mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya diujung sana. Hingga tiba-tiba ia bertemu tatap dengan seorang wanita yang tengah berdiri beberapa meter darinya dengan ekspresi yang begitu ketakutan. Sial, bagaimana bisa William tidak menyadari jika ada seseorang yang sedari tadi melihat aksi bejatnya.

Dilihatnya sang wanita yang mulai berjalan mundur dan berlari. Maka tanpa  memperdulikan panggilan telepon yang sedang berlangsung ataupun mayat Dion yang masih tergeletak tidak berdaya, ia berlari mengejar wanita itu. Namun teriakan dari arah samping menghentikan langkah William. Harsya, sang asisten pribadi datang bersama dengan beberapa orang.

“Saya, ada yang lihat aksi gue.” Harsya membelalakkan matanya mendengar perkataan William. Bagaimana bisa temannya seceroboh ini.

Belum sempat Harsya bereaksi dengan apa yang diucapkan, netra William menangkap sebuah gantungan kunci berbentuk boneka kelinci tak jauh dari tempat Harsya berdiri.

“I got you.” Senyum terpancar di wajah tampannya ketika ia mendapati sebuah inisial nama di gantungan kunci tersebut. “Bereskan semuanya. Buat kematian Dion seakan-akan adalah kecelakaan tunggal.” perintahnya kepada orang-orang yang datang bersama Harsya.

William masih mengamati gantungan kunci yang ia pegang. Ia yakin jika benda tersebut adalah milik wanita yang beberapa jam lalu menyaksikannya membunuh Dion.

“Temukan nama wanita dengan inisial k dan a yang datang malam ini.” ia kembali mengeluarkan perintah yang ditujukan kepada Harsya.

“Lo gila Will? Gimana bisa gue---” ucapannya terpotong ketika ia William mengangkat tangannya.

“Jaga sopan santun lo. Saat ini lo masih bertugas sebagai asisten gue, bukan Harsya temen gue,” katanya dengan tegas.

William melangkahkan kakinya ketika ia mendapati mayat Dion telah dimasukkan ke dalam mobil oleh orang-orang suruhannya. Meninggalkan Harsya yang terlihat kebingungan untuk menjalankan perintah yang William. Ia tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan Harsya untuk menemukan wanita itu, saat ini ia hanya ingin membersihkan diri dan bersantai di kamarnya. Membunuh orang benar-benar melelahkan dan menguras emosi.

***

“Ada dua orang wanita yang berinisial k dan a yang ada di kelab semalam, Kara dan Kinara.” Harsya menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan penjelasannya. “Kara adalah seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu di kelab semalam. Sedangkan Kinara adalah seorang tamu yang datang untuk menghadiri pesta ulang tahun temannya”

William menatap Harsya setelah mendengarkan penjelasan yang lelaki itu dapatkan. Ia melipat tangannya di dada sebelum menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Sedangkan Harsya hanya terdiam menunggu dengan perasaan resah akan penjelasan yang disampaikan.

“Bagaimana dengan perkembangan dari mayat Dion?” Harsya menatap heran ke arah William setelah mendengar pertanyaan yang telontar dari mulut lelaki yang sedang kini tengah memejamkan mata sambil menyandarkan tubuhnya. Bukankah ia tadi meminta penjelasan dari apa yang Harsya temukan dari wanita yang menjadi saksinya melakukan kejahatan semalam. Mengapa ia sekarang malah bertanya tentang mayat Dion?

William membuka matanya ketika ia tidak mendapatkan jawaban dari Harsya. Menatap lelaki itu dengan tajam, seakan memberitahu jika ia tidak menyukai kebungkaman dari Harsya.

“Sesuai dengan perintah anda. Kami membuat Dion seakan-akan mengalami kecelakaan tunggal dengan mobil terbakar sehingga mayatnya akan sulit untuk diotopsi,” jelas Harsya sesegera mungkin ketika ia mendapati tatapan tajam William.

“Bagus. Sekarang temukan informasi tentang wanita bernama Kinara itu,” Harsya yakin jika William benar-benar memiliki kepribadian ganda. Bagaimana seseorang bisa berubah hanya dalam hitungan detik sepertinya jika ia tak memiliki kepribadian ganda.

Tanpa mengatakan apapun Harsya menyerahkan beberapa lembar foto kehadapan William. Seorang wanita cantik dengan rambut sebahu terlihat tengah menikmati minumannya di sebuah café tanpa mengetahui jika ada yang mengambil gambarnya secara diam-diam.

“Kinara Alleta—pemilik butik Beauty and Different. Dia salah satu tamu yang datang semalam dan kemungkinan juga yang menjadi saksi pembunuhan yang anda lakukan.” William mengamati foto kedua dimana wanita cantik itu tengah tersenyum dengan ponsel dihadapannya.

“Antar aku ke butik Beauty and Different sekarang. Aku akan langsung menemuinya.” Harsya hanya terdiam mendengar perintah William, membuat sang empu yang kini tengah merapikan jas memandang dengan tatapan heran kearah asisten pribadinya. “Ada yang aneh?” tanyanya.

“Yang menjadi masalah adalah Kinara merupakan adik dari salah satu klien sekaligus sahabat baik anda Mr. Will.” William mengernyitkan alisnya mendengar pernyataan dari Harsya. “Ia adalah adik dari Mr. Stefano,” katanya.

Perkataan Harsya membuat William menghentikan aktivitasnya. Ia terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja asistennya sampaikan sebelum sebuah senyum sinis tersungging.

“Ubah rencana. Belikan aku cincin dan kita datang ke kantor Stefano sekarang. Aku akan memberi kejutan kepada kakak beradik itu.” William melangkah sembari menyungingkan senyum kemenangan, membuat Harsya yang mesih berdiri didepan meja William kembali memandangnya dengan heran. “Aku akan melamar adik Stefano hari ini.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 3

    “Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William. “Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas. “Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya. William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu. “Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai. “Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 7

    “Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh. Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya. Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07

Bab terbaru

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 7

    “Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh. Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya. Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 3

    “Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William. “Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas. “Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya. William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu. “Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai. “Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 1

    William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya. “Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa. “Apa lo bilang? Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi. Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya. “Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama

DMCA.com Protection Status