Share

BAB 7

Penulis: Scheinen
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-03 10:49:40

“Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh.

Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya.

Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan ponsel. Tangannya sibuk menggulirkan layar benda pipih yang mengeluarkan sinar tersebut, hingga gerakannya terhenti pada sebuah notifikasi yang menarik perhatian Harsya. Sebuah pesan dengan foto seorang laki-laki dan wanita yang tengah berciuman mesra di dalam sebuah mobil yang tengah terpakir di pinggir jalan. Harsya mengenali siapa laki-laki yang ada pada foto tersebut, dia kekasih wanita yang beberapa saat lalu William lamar.

Dewi fortuna sepertinya berpihak pada sahabatnya kali ini. Maka tanpa membuang waktu, Harsya segera meneruskan pesan tersebut kepada William. Ia tersenyum licik seakan apa yang didapatkannya saat ini adalah sebuah jackpot besar. Melihat bagaimana wanita itu begitu menyayangi sang kekasih membuat Harsya yakin jika apa yang ia temukan dapat membuat rencana William berjalan semakin mudah, meskipun ia sendiri tidak tahu rencana gila apa yang tengah disiapkan oleh William.

***

William tersenyum puas melihat pesan yang ia dapat dari Harsya. Sebuah hal yang menurutnya bisa membuat gadis yang diinginkan berpihak kepadanya suatu saat nanti. Harsya memang bisa diandalkan, meskipun lelaki itu kadang begitu berisik ketika rencana yang William lakukan tidak sesuai dengan pendapatnya.

Disimpan kembali ponsel miliknya ketika ia melihat bahwa sebentar lagi dirinya akan sampai ke tempat tujuan. Sebenarnya tidak ada barang yang tertinggal. Ia hanya ingin melihat apa yang terjadi setelah ia pergi, karena William yakin jika wanita itu masih ada disana. Bunyi dentingan disusul dengan pintu lift yang mulai terbuka membuat William bersiap untuk keluar. Namun langkahnya terhenti seketika begitu ia mendapati wanita yang menjadi targetnya berdiri tepat di depannya. Senyum remeh William perlihatkan ketika pandangan mereka bertemu.

Terlihat ruat jengkel dan muak dari sang wanita yang langsung berbalik arah dari hadapan William. Tidak ingin membuang kesempatan emas yang ia dapat, maka William segera berlari dan mencengkeram dengan erat pergelangan wanita itu. Menarik dan menyeretnya dengan kasar agar mengikuti William masuk ke dalam lift.

“Lepaskan aku berengsek!” William mengabaikan teriakan dan usaha wanita itu untuk memberontak. Seberapa keras ia ingin melepaskan diri tidak akan bisa, mengingat cengraman kuat yang William berikan.

William menyeret dan melemparnya begitu saja ke dalam lift hingga membuat tubuh sang wanita membentur tembok lift dengan begitu keras. Erangan lirih yang keluar dari mulut sang wanita akibat lemparan yang dilakukan William membuat ia merasa bersalah. Sumpah demi apapun William tidak sengaja ketika melempar wanita itu hingga membuat punggungnya terbentur begitu keras. Namun ia tidak boleh menunjukkan belas kasihannya, mengingat orang di depannya ini adalah saksi dari tindakan gelap yang William lakukan.  

William melangkah menghimpit tubuh wanita di depannya. Dapat William lihat ekspresi terkejut dari sang wanita, membuatnya terlihat sedikit menggemaskan di mata William. Entah sihir apa yang telah dilakukan wanita ini hingga bisa membuat atensi William benar-benar jatuh kepadanya.

“Tutup mulutmu dan berada di sampingku atau Stefano mati di tanganku.” Bisik William sembari membelai lembut rambut halus milik wanita itu.

William tersenyum miring ketika mendapati tubuh di depannya sedikit menegang. Ancamannya berhasil membuat wanita di hadapannya ini takut, pikir William. Namun sepertinya apa yang dipikirkan oleh William sedikit meleset kali ini, ketika wanita di depannya mendorong tubuh William secara perlahan lalu menampilkan senyum remehnya.

“Tidak akan semudah itu untuk membunuh Stefano,” katanya dengan begitu percaya diri. Wanita ini ternyata bisa bermain-main dengan ancamannya, batin William.

“Oh iya? Lalu bagaimana jika aku bermain dengan kekasih tersayangmu itu, sepertinya menarik.” Senyum licik yang wanita itu keluarkan luntur seketika setelah mendengar perkataan William.

Ingatkan William untuk berterima kasih kepada Harsya nanti. Jika bukan karena foto yang dikirim Harsya tentang lelaki berengsek yang masih berstatus sebagai kekasih wanita di depannya ini mungkin sekarang William akan mempermalukan dirinya. Mengingat dirinya begitu kebingungan menjawab perkataan yang dilontarkan sang wanita mengenai ancaman yang William berikan terhadap Stefano.

Belum sempat wanita itu membalas perkataan William, lift yang mereka tumpangi telah sampai di lantai dasar. Senyum sinis dan wajah dingin yang William perlihatkan selama percakapan mereka langsung berganti dengan senyum manis. Willam tidak ingin image ramah dan baik hati yang telah dibangunnya dengan susah payah harus hancur begitu saja akibat wanita di depannya ini.

Terlihat beberapa karyawan yang kebanyakan wanita menunggu di depan lift memandang Willam dengan kagum. Tanpa membuang kesempatan, maka diusapnya sekali lagi kepala wanita di depannya dengan lembut sembari berkata “Sampai bertemu besok sayang, aku akan merindukan mu.”

Suara pekikan dan teriakan tertahan dapat William dengar setelah apa yang dilakukannya. Masih dengan senyum ramah yang ia tampilkan, William sedikit menunduk dan menyapa para karyawan sembari berjalan keluar dari dalam lift. Mungkin wanita itu akan mengira William gila dengan perubahan ekspresi dan sikap yang ia lakukan. Namun ia harus melakukan itu agar dunia tetap memandangnya sebagai seorang pemimpin dari Diamond Grup yang ramah dan baik hati. Biarlah sisi gelapnya hanya diketahui oleh beberapa orang termasuk wanita yang bersamanya berada di dalam lift beberapa waktu lalu.

***

“Apakah barang yang anda tinggalkan sudah ketemu tuan?” William terkekeh mendengar nada jengkel dari Harsya. Ia benar-benar lupa jika telah meninggalkan Harsya karena terlalu senang ketika bertemu dengan wanita itu.

“Aku tidak menemukannya, tapi aku menemukan sesuatu yang lebih menakjubkan,” Harsya mengernyitkan alisnya mendengar perkataan William. Sesuatu yang menakjubkan? Apa William menemukan sebuah belian? “Aku bertemu dengan calon istriku dan bermain-main sebentar dengannya.” William menaik turunkan alisnya setelah menyelsaikan perkataannya, seakan apa yang dilakukan adalah sesuatu yang begitu membanggakan.

Sumpah demi apapun di dunia ini Harsya benar-benar jengkel dengan atasannya satu ini. Jika saat ini bukan merupakan jam kerja, akan ia keluarkan seluruh sumpah serapah kepada lelaki yang kini tengah tersenyum seperti orang bodoh di depannya ini.

“Jadi anda senang bertemu dengan adik tuan Stefano?” William mengangguk penuh semangat sembari tersenyum dengan lebar mendengar pertanyaan Hasya. “Sepertinya anda telah jatuh cinta tuan William yang terhormat.” Ucap Harsya sembari menyunggingkan senyum miring yang membuat senyum lebar yang sejak tadi William tampakkan luntur seketika.

Scheinen

Hallo, maaf baru bisa menyapa dan berkenalan sekarang. Aku author baru di Good Novel. Mohon dukungan untuk ceritaku ya. Jangan lupa komen dan vote ya untuk kelancaran jalan cerita. Aku butuh komen kalian supaya tahu bagaimana cerita ku dapat diterima kalian sebagai pembaca dan juga sebagai semangat juga. Terima kasih sebelumnya untuk para pembaca yang telah membaca cerita ku yang masih banyak kekurangan ini. Aku usahakan akan sering update. Sekali lagi terima kasih.

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wira Dara Jingga
alur cerita nya bagus, aku kasi bintang 5
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 1

    William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya. “Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa. “Apa lo bilang? Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi. Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya. “Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 3

    “Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William. “Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas. “Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya. William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu. “Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai. “Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01

Bab terbaru

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 8

    Kinara mengerang kesal memandang layar ponsel miliknya. Pasalnya sang kekasih – Alata tidak dapat dihubungi semenjak pagi tadi. Padahal semalam ia bilang akan sarapan bersama dengan Kinara, namun hingga jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit tidak ada tanda-tanda kemunculan Alata. Sepertinya Kinara harus rela untuk tidak bersarapan pagi ini, mengingat lima belas menit lagi ia akan meeting bersama dengan kliennya.Ini masih pagi tapi mengapa rasanya begitu menyebalkan. Dimulai dari Stefano yang mengabaikan dirinya setelah pernyataan yang ia lontarkan semalam, hingga sang kekasih yang mengingkari janjinya untuk sarapan bersama. Dihembuskan napas beratnya sebelum menyambar beberapa berkas yang telah ia siapkan untuk meeting pagi ini. Namun baru saja ia akan melangkah keluar dari ruang kerjanya, pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan menampilkan seorang lelaki gila yang begitu ia benci.“Selamat pagi sayang,” Sapanya dengan senyum manis

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 7

    “Sya lo masuk mobil dulu. Gue mau ambil barang gue yang ketinggalan di kantornya Stef.” Belum sempat Harsya membalas ucapan William, lelaki itu sudah melangkahkan kaki menjauh. Harsya menghela napas melihat William memasuki lift yang akan membawanya menuju kantor Stefano. Entah apa yang ada di benak sahabatnya itu hingga melakukan hal gila. Melamar seorang wanita asing hanya karena menjadi saksi pembunuhan yang William lakukan. Biasanya William tidak akan ambil pusing dan akan menghabisi siapapun yang terlibat di tempat kejadian, entah mereka target atau hanya sekedar saksi yang melihat aksinya. Namun entah mengapa William malah ingin menjerat gadis itu dengan pernikahan. Tapi satu hal yang Harsya tahu dari wanita asing yang ternyata adik dari rekan bisnis sekaligus teman mereka adalah ia memiliki mata teduh mirip dengan mendiang adik William. Mungkin itu yang membuat William tidak bisa membunuhnya. Harsya menyandarkan tubuhnya pada kap depan mobil sembari memainkan

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 6

    Stefano mulai melonggarkan pelukannya setelah menyadari jika tangisan Kinara mulai mereda. Ditatapnya Kinara dengan iba. Mata sembab dan hidung merah yang menghiasi wajahnya membuat Stefano tidak tega untuk bertanya perihal lamaran yang dilakukan William beberapa saat lalu.Stefano membantu Kinara berdiri. Dirapikannya anak rambut yang menutupi wajah sembabnya sembari memberikan belaian ringan. Kinara memang cenderung akan meluapkan emosinya dengan tidak terkendali apabila dihadapkan dengan situasi yang membuat dirinya shock. Hal itu mulai terjadi semenjak kepergian orang tua mereka. Hal-hal kecil yang kadang membuatnya sedikit marah dan ketakutan akan dipendam hingga suatu ketika semua akan meledak jika ia dihadapkan dengan situasi yang tidak pernah ia inginkan.“Dia jahat,” lirih Kinara yang masih bisa Stefano dengar “aku melihatnya menembak seseorang di parkiran kelab malam.” Stefano mengernyitkan alisnya mendengar penjelasan sang adik. Willi

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 5

    William mengambil napas dengan dalam dan menghembuskannya secara perlahan sebelum kemudian berkata “Stef aku ingin melamar adikmu,” Stefano mendelik mendengar pernyataan tiba-tiba dari laki-laki di depannya ini. Apa katanya barusan? Ia ingin melamar Adiknya? Dari mana William tahu tentang adiknya sedangkan Stefano sendiri tidak pernah sekalipun menyinggung keberadaan sang adik. “Dari mana kau tahu aku mempunyai seorang adik?” tanyanya menyelidik. “Stef sebelumnya aku menjawab pertanyaanmu aku minta maaf.” Stefano memandang dengan tatapan tajam ke arah William yang kini tengah mengambil napas dan menghembuskannya untuk kedua kali. Seakan apa yang akan disampaikan adalah sesuatu hal yang besar. “Aku bertemu dengannya semalam di kelab, dan dia mengatakan jika kau adalah kakaknya,” William menjeda ucapannya. Ia memandang Harsya yang kini sedang berdiri dengan gugup di sebelahnya. “dan kita melakukan sesuatu hal yang tidak terduga,” Stefano menatap tajam k

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 4

    Kinara masih berkutat dengan pekerjaannya sedari pagi. Ia bahkan melupakan jam makan siangnya hanya karena harus segera menyelesaikan pesanan kliennya yang akan diambil secara mendadak malam ini. Sedangkan Alata sudah pergi sejak pagi tadi setelah ia memberikan sebuah ciuman untuk kekasihnya yang sedang panik dikejar deadline. “Masuk!” teriak Kinara ketika sebuah ketukan dari luar pintu terdengar. Terlihat Caca sang sekertaris yang berjalan sedikit tergesa ke arahnya dengan membawa sebuah ponsel di tangannya. “Aku sudah menghubungi Mrs. Lala Ca, jadi kamu nggak usah panik juga. Pesanannya juga bisa selesai malam ini” ucap Kinara ketika Caca sudah berada di dekatnya. “Bukan masalah pesanan Mrs. Lala mbak, ini telepon dari Pak Stefano,” Kinara mengernyit mendengar perkataan sang sekretaris. Mengapa kakaknya menghubunginya melalui ponsel Caca? Padahal ia bisa langsung menghubungi Kinara lewat ponsel Kinara sendiri. “Ponsel mbak Kinara katanya nggak aktif

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 3

    “Lo udah gila ya Will?” pertanyaan itu terdengar beberapa kali dari mulut Harsya. Pria itu masih tidak habis pikir dengan semua hal gila yang ada dibenak William. “Ini masih jam kerja,” sahut William dengan tegas. “Bodo amat dengan jam kerja. Lo mau pecat gue silahkan. Gue cuma mau memastikan hal gila yang ada dipikiranmu saat ini,” kata Harsya dengan menggebu-gebu. Ia pikir penjelasan dari William lebih penting daripada peraturan yang sudah mereka sepakati untuk selalu berbicara dengan sopan di tengah jam kerja. Karena ini menyangkut hidup sahabat Harsya kedepannya. William melirik sekilas tangan Harsya yang terlihat mencengkram kemudi dengan begitu erat. Pria itu sepertinya benar-benar kesal dengan pernyataan yang William lontarkan beberapa jam lalu. “Terus lo mau gue gimana? Bunuh dia juga supaya dia tetap tutup mulut?” tanya William dengan santai. “Itu jauh lebih gila!” teriak Harsya yang membuat William sedikit terlonjak. “Lo mau Stefano

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 2

    Kinara terbangun dengan napas yang tidak beraturan, mimpi buruk. Ia melihat jam yang berada di sebelah nakasnya, pukul enam lebih tiga puluh menit. Dipejamkan matanya sejenak sembari mengatur napasnya yang terlihat masih memburu. Bayangan buruk akan kejadian semalam masih terekam jelas di dalam benak Kinara. Jika saja semalam ia tidak kembali lagi hanya untuk mengambil tas miliknya yang tertinggal, mungkin ia tidak akan menyaksikan kejadian buruk yang menimpa seorang pria malang. “Kinara, Abang berangkat dulu. Sarapannya sudah Abang siapin di meja makan.” Suara Stefano—kakak laki-laki Kinara terdengar dari depan pintu kamarnya. Setelah mendengar langkah kaki yang menjauh dari depan pintu kamarnya, Kinara mulai bangkit dari tempat tidur. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah jendela. Pikirannya masih saja terbayang akan kejadian semalam yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Seorang pria dengan keji menembak pria lain yang tengah bersimpuh memohon ampun. Entah

  • Di Balik Topeng si Pembunuh    BAB 1

    William tersenyum mengerikan seraya mengacungkan pistol ke arah pria yang kini tengah bersimpuh di hadapannya. Dion Aryatama—pria yang semasa sekolah selalu mengejek William hanya karena dirinya anak yatim piatu kini tengah memohon ampun dihadapannya. “Will, gue minta maaf. Gue tau gue salah Will, tapi gue mohon jangan seperti ini. Kita bisa bicarakan semua baik-baik Will,” kata Dion dengan suara yang terdengar begitu putus asa. “Apa lo bilang? Bicarakan baik-baik? Setelah apa yang lo lakuin ke adik gue lo minta kita bicara dengan baik-baik?!” teriak William dengan penuh emosi. Dion menyeritkan alisnya mendengar teriakan William. Mengapa William berbicara tentang adiknya? Dion kira apa yang William lakukan sekarang adalah bentuk dari kekesalan semasa sekolah karena ia kerap mengejeknya. “Salsa, gadis yang ditemukan mati mengenaskan di Gudang Sekolah adalah adik gue.” Dion membelalakkan matanya mendengar perkataan William. “Dan lo! Dion Aryatama

DMCA.com Protection Status