Share

Dewa Naga Terpilih
Dewa Naga Terpilih
Author: Shaveera

1. Pulang

"Untuk apa menyelamatkan anak dari pengecut itu, dia telah merugikan keluarga kita. Bahkan sampai miliaran rupiah. Kalau ingin anak itu sehat, terima saran ayah. Nikahi Tuan Domain!"

Suara pria tua yang merupakan mertua Jaguer membuat langkahnya terhenti.

Berulang kali terlihat Jaquer menarik napas untuk menetralkan perasaannya.

Setelah suara lantang, terdengar suara pilu seorang wanita, "Ayah, tolonglah cucu lelakimu ini, dia sedang sekarat!"

Seketika Jaquer membeku, cucu? Dia menjadi bertanya-tanya. Apakah cucu yang dimaksud itu adalah anaknya?

"Tega, sungguh tega pria tua itu!" jerit pilu Jaquer dalam hati.

Meskipun anak kecil itu ada darah pria tua, tidak seharusnya pria tua berbuat seperti itu. Terdengar samar suara pria kecil yang menahan ibunya agar menyudahi permohonan pada kakeknya. Hati Jaquer semakin pilu. Dia pun bersiap membuka pintu dengan paksa. Namun...

Plak! Plak

"Argh ... Ayah, ampun!"

Dua tamparan yang keras terdengar, membuat Jaquer mendorong pintu dengan kekuatan penuh. Suara pintu terbuka kasar menimbulkan dentuman keras begitu menyentuh dinding.

Brak!

"Hentikan!" teriak Jaquer disaat sebuah tangan lembut terangkat.

Pemilik tangan itu berhenti dan menatap mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Jaquer hanya diam, berdiri bagai patung manekin dan menatapnya tajam. Namun, terlambat. Tubuh wanitanya sudah tersungkur sambil mendekap tubuh pria kecil.

Tatapan Jaquer langsung tertuju pada dua sosok yang meringkuk di bawah kakinya. Tubuhnya bergetar menyaksikan drama pilu. Pria kecil yang dia perkirakan adalah putranya terlihat begitu mengenaskan.

"Siapa kamu berani menghentikan tanganku?" tanya wanita itu.

"Aku? Jaquer --suami wanita itu yang berarti ayah pria kecil," jawab Jaquer lantang dengan menatap tajam.

"Bagaimana kamu bisa kembali?" tanya pria tua lirih. Tubuhnya terlihat bergetar, tetapi dia segera menetralkan.

Jaquer adalah menantu yang dibuang oleh keluarga istri karena difitnah telah melakukan kejahatan yang tidak dilakukan. Penggelapan dana sebesar 100 juta dan dana tersebut diberikan pada orang tuanya di desa.

Seketika derai tawa lebar menyapa gendang telinga Jaquer membuat senyum sinis terbit, sungguh tawa yang sumbang dan menyakitkan hati.

"Lalu jika kamu Jaquer, ayah dari bocah sialan ini apa aku harus menurut. Cuih! Jangan harap." Wanita paruh baya meludah di muka Jaquer.

Jaquer bergeming, dia membasuh mukanya yang terciprat ludah ibu mertua. Matanya memindai seluruh isi ruang tersebut. Berbagai pernak-pernik hasil karyanya dulu telah tergantikan dengan barang mewah. "Ini tidak baik!" cicitnya dalam hati.

Tatapannya kembali berhenti pada sosok pria kecil yang terkulai di pangkuan ibunya dengan wajah pucat dan kurus kering. Dahi Jaquer berkerut, dia duduk jongkok dan menyentuh ujung kepala pria kecil. "Berapa usianya?"

"Sembilan tahun," jawab wanita muda.

"Putraku, siapa namanya, Meilani?"

"Leonard."

"Tunggu sebentar, nanti aku urus kalian!" Setelah berkata Jaquer kembali berdiri dan menatap nyalang satu per satu semua penghuni rumah.

"Sial, mengapa kamu berani masuk tanpa permisi? Kamu tak layak masuk rumah ini," hina wanita paruh baya.

"Jaga tatapan mata itu, Jaquer. Dia ibu mertuamu!" Ayah mertua membentak sambil menunjuk ke muka Jaquer.

Tatapan tajam sang mertua seakan menikam jantung Jaquer, tetapi dia masih bertahan untuk membalas. Bahkan senyuman terhangat terbit di bibir hitamnya.

Jaquer melempar senyum, mereka tidak tahu saja apa yang terjadi pada menantu yang dulunya dikenal sampah itu.

Mungkin jika mereka tahu pastilah akan menyembah dan meminta semua harta. Jaquer yang sekarang memiliki identitas yang tidak biasa.

"Untuk apa kamu kembali, semua bukan milikmu lagi. Dan Meilani, sebentar lagi menikah dengan Domain Wang. Kamu, pria miskin terbuang!" Hentak ibu mertua.

"Dia istriku."

"Istri, suami macam apa kamu. Saat istri hamil justru melarikan diri dari masalah. Pengecut!"

Tanpa berpikir panjang, Jaquer segera meraih tubuh kurus dan dekil pria kecil dalam pangkuan ibunya. Wanita itu sedikit kaget saat kulit lengan mereka berdua telah bersinggungan.

Jaquer sedikit bergetar akibat sentuhan itu, pun pula demikian dengan wanita muda. Wanita itu bernama Meilani--istri yang ditinggalkan sepuluh tahun yang lalu. Meilani mengikuti pergerakan Jaquer, dia berdiri di sisi pria itu.

"Mei, segera kamu sadar diri!" teriak ayah dari wanita muda itu.

"Tapi Ayah, dia suamiku."

"Satu langkah saja kamu lewati pintu itu, maka tidak ada namamu di kartu keluarga. Camkan itu, Mei!"

Mendengar apa yang dikatakan oleh ayah mertua membuat Jaquer berhenti melangkah. Dia berbalik badan menatap istrinya. Wanita itu bergetar hebat, tungkainya yang panjang dan mulus berhenti sesaat. Bahunya bergerak perlahan naik dan turun dalam ritme yang lama, menandakan jika hatinya mulai bimbang.

Jaquer yang mengerti akan posisi istrinya, pasti sulit bagi wanita itu menentukan pilihan. "Kami masih butuh kamu, Mei. Percayalah padaku untuk kali ini!" Pinta Jaquer.

Meilani tersenyum, kemudian dia melangkah mantap menyusul Jaquer keluar rumah. "Dengan apa kamu bawa Leonard ke rumah sakit? Aku tidak punya mobil."

"Naiklah taksi, ini sedikit uang dalam kartu. Aku akan bawa putraku dengan kedua lenganku. Percayalah!"

"Kartu, milik siapa? Bukankah selama ini hidupmu tidak jelas?" Meilani masih menatap suaminya penuh tanya.

Semua anggota keluarga menatap remeh Jaquer yang terlihat sombong dan angkuh. Meilani pun menatap benda tipis berwarna hitam bergaris emas yang baru diberikan.

"Ini... Dari mana kau dapatkan kartu langka?" tanya ibu mertua saat merebut kartu dari tangan Melani. "Kartu langka yang hanya ada dua di negara ini. Pasti ini palsu."

"Jika kalian masih tidak percaya silakan dicek! Aku pergi dulu," pamit Jaquer.

Jaquer terus melangkah, awalnya pelan tetapi lama-kelamaan langkah itu seperti berlari di atas langit. Semua mata tercengang. Mereka saling berbisik tidak percaya.

Akan tetapi, tanpa sadar senyum manis terbit di bibir Meilani. Wanita itu merebut kembali kartu hitam dari ibunya dan menggenggam erat.

Melihat semua sedang terpaku menatap langit, dia memutuskan untuk segera pergi dari rumah itu. Dia juga tidak tertarik untuk menggunakan jasa kendaraan umum.

Wanita muda nan cantik memilih mengendarai sepeda listriknya menuju ke rumah sakit terdekat.

Sementara di rumah sakit langkah Jaquer kembali dihadang oleh pihak security. Tampilan yang acak adut membuat langkah pria itu tersendat sedangkan putranya sudah mengeluh kesakitan.

Namun, pihak keamanan rumah sakit makin memojokkan keadaan Jaquer. Hingga beberapa saat terlihat Meilani berjalan tergesa menuju ke tempat suaminya.

"Ada apa ini, mengapa anak saya masih di sini?"

"Nyonya Meilani, apakah ini anak Anda?"

"Benar, tolong segera beri kami jalan. Lihatlah wajah anak ini sudah memucat!" cicit Meilani.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Meilani, pihak keamanan langsung membuka jalan untuk Jaquer masuk membawa Leonard.

Mereka bergegas ke ruang darurat guna melakukan pemeriksaan. Ternyata tidak hanya di depan langkah mereka tersendat, di ruang itu pun masih saja harus antri menunggu dokter.

"Lihatlah anak kecil ini, dia sudah tidak tahan lagi!" kata Meilani dengan tatapan penuh harap pada dokter jaga.

"Identitas apa hingga kamu menyela pemeriksaan putraku, hah! Apa kamu tidak tahu siapa suamiku?"

"Aku tidak peduli, sebagai seorang dokter dia harus bisa membagi waktu pada pasien yang lebih gawat," tandas Meilani lantang.

Jaquer memberi isyarat pada pria berpakaian serba hitam yang sejak masuk rumah sakit selalu mengikutinya tanpa di sadari oleh sang istri.

Dokter itu menatap takut pada sosok pria yang ada di belakang Jaquer. Namun, bibirnya seakan tertutup rapat akibat ditekan oleh wanita cantik yang juga sedang membawa anak lelakinya berobat.

"Kalian datang setelah aku, bukan? Jadi sudah seharusnya putraku lebih dulu," tegas Meilani.

Wanita itu mendorong tubuh Meilani dengan keras hingga membuat wanita itu terjatuh, lalu dia mendorong kursi roda milik putranya maju menuju ke meja kerja dokter jaga tanpa pedulikan keadaan Meilani.

"Urus putraku lebih dulu jika nasibmu ingin tetap hidup dan kerja nyaman di sini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status