Share

5. Di saat genting

Mendengar penjelasan dari ayahnya membuat Meilani melangkah mundur sambil menarik tangan mungil putranya. Wanita itu lebih baik mundur dan meninggalkan keluarganya daripada harus menjadi budak nafsu pria berkebangsaan lain.

Domain adalah seorang pedagang pendatang dari luar negeri yang begitu serakah dan menindas kaum Pribumi termasuk keluarga kecilnya. Selama ini hubungan kerjasama keluarga Hurt lancar saja, tetapi begitu pria itu datang menawarkan sebuah kerjasama perlahan tapi pasti perekonomian keluarga Hurt mengalami kemunduran.

Akan tetapi keadaan ini tidak disadari oleh ayah dan saudara lelakinya, justru dia dituduh memfitnah Domain yang sudah memberi kemewahan pada keluarga.

"Kamu tidak bisa menolak, Cantik. Aku lah pemilik tubuhmu saat ini dan masa depan," kata Domain sambil berjalan maju mendekat pada Meilani.

Wanita itu terus mundur hingga tubuhnya menempel pada dinding kayu. Melihat ibunya yang ditindas membuat Leonard merengek dan memukul paha Domain berharap bisa melepaskan ibunya dari cengkeraman pria dewasa itu.

"Minggir kamu bocah ingusan!" Hentak Domain dengan menyentak kasar tubuh mungilnya.

Tubuh yang masih dalam masa pemulihan itu seketika terlempar sejauh dua meter dalam posisi tengkurap. Meilani langsung menjerit pilu. Darah segar merembes keluar dari sudut bibir pria kecil.

Dengan sekuat tenaga dia berusaha lepas dari kungkungan Domain. Wanita itu menjerit berteriak meminta tolong pada sanak saudara yang masih berdiri menatap semua perbuatan Domain.

"Ayah, Ibu, tolong Leon!" pintanya pilu.

Tubuh kecil itu seketika bangkit dan berlari menuju ke arah ibunya. Dengan kekuatan yang tersisa, Leonard melayangkan pukulan pada paha Domain. Namun, usahanya kembali gagal.

"Jika ayahku datang, maka nyawamu tidak terampuni!" ancam Leonard lantang.

"Haha, ayah? Mana, siapa ayahmu?"

"Dia adalah jenderal naga dari istana naga emas," jawab Lionel.

Domain tertawa terbahak mendapati informasi bocah kecil di depannya. Lalu dia berjongkok agar sejajar dengan tinggi pria kecil, tangannya terulur menepuk pipi Leonard kasar.

"Meskipun dia adalah Raja Phoenix yang Agung, aku tidak takut. Panggil dia sekarang!"

Wajah pria kecil langsung berkerut dan dia bersembunyi di balik tubuh ibunya. Tangan mungil terlihat bergetar meremat lengan ibunya.

"Haha, mana ada pria miskin itu datang ke rumah, Bocah Ingusan. Dia hanya semut kecil yang mudah dirobohkan. Kekuatan apa yang dia banggakan?" hina sang kakek.

"Dia ayahku, Kek. Jenderal Naga!" jawab Leonard dengan lantang.

Domain berjalan mendekat dan tangannya yang besar langsung meraih rahang pria kecil, dengan kasar ditekannya kuat rahang tersebut hingga Leonard meringis kesakitan.

"Sakit, lepaskan. Ibu tolong Leon!" pintanya pilu.

Meilani menyentak tangan Domain, tetapi tenaganya tidak mampu membela putranya. Tangan besar itu semakin kuat mencengkeram rahang Leonard, akhirnya hanya tatapan memohon yang dilayangkan Meilani agar putranya terlepas.

"Menunduklah padaku dan serahkan tubuh kotormu itu, Jalang!" Suara Domain terdengar menggelegar membuat semua yang hadir berjingkat kaget dan saling merapat.

Meilani bergeming, wanita itu masih berdiri membusungkan dada. Terlihat keberaniannya yang tegak dan kokoh. Saudara ipar dan kedua orang tuanya hanya menatap penuh hinaan.

"Sudahlah buat apa menunggu pria busuk dan miskin itu. Lebih baik kamu segera berjalan merangkak mendekat pada Tuan Domain, Meime!" Terdengar suara pria muda sepupu Meilani bersuara dengan nada sinis.

Meilani mengusap wajahnya kasar disertai hembusan napas panjang. Meskipun tubuhnya mulai bergetar, wanita itu belum ingin menyerahkan kehormatannya pada pria asing. Tiba-tiba tubuhnya luruh ke lantai, seakan ada kekuatan lain yang mendorongnya agar bersujud.

"Ibu!" Leonard berjalan mendekati ibunya dan memeluk hangat.

Angin bertiup sedikit lebih kencang. Dari jauh terlihat sosok pria terbang menuju ke ruang utama. Sosok pria yang begitu tampan dengan surai rambut hitam panjangnya. Tatapannya sendu dengan mengeluarkan aura dingin.

Semua mata menatap arah datangnya sumber tenaga Qi yang berada di tingkatan tertinggi. Domain menyeringai, dia juga merasakan adanya aliran tenaga dalam yang cukup tinggi dan sulit diukur oleh manusia biasa.

"Bebaskan anak istri saya, aku lah lawanmu!"

Suara lantang membuat Domain menghentikan gerakan tangannya yang hendak meraih tubuh Meilani. Wanita itu segera mendekap tubuh putranya. Jaquer mendarat tepat di depan posisi istri yang masih terduduk di lantai.

Kedua bola mata Domain membeliak tidak percaya melihat sosok pria berjubah biru muda. Pria yang pernah membuatnya babak belur di masa lampau.

"Kamu?"

"Apa kabar Domain, masih ingat?"

Domain mengepalkan kedua telapak tangannya erat. Makin lama menekan membuat buku jarinya memutih.

Tidak hanya itu, pria asing tersebut tampak begitu menahan emosi saat adu pandang dengan Jaquer. Sedangkan Jaquer sendiri tampak santai saja tanpa menggeser tubuhnya sedikit pun.

Meilani menatap sosok suaminya yang terlihat begitu berbeda dari sepuluh tahun lalu. Tatapan kagum disertai curiga menyatu dalam otak, banyak pertanyaan muncul yang belum sempat terucap. Mungkinkah hidup di kemiliteran membuat prianya menjadi kuat?

Domain menatap nyalang dan tajam, dia mulai memasang kuda-kuda bersiap hendak menyerang Jaquer. Namun, pria itu justru menyeringai tipis menanggapi tatapan intimidasi lawan.

"Rupanya selama ini di sini asalmu, Jaquer. Dan itu, istrimu telah aku beli," ungkap Domain.

Jaquer masih tersenyum tipis, dia seakan tidak gentar jika harus melawan kembali sosok Domain yang menurutnya tidak layak untuk diampuni.

"Harusnya kamu sudah mati di camp Monggo, Jaqu. Tetapi tidak perlu khawatir aku akan mengirim kamu ulang ke negara antah berantah lainnya."

Jaquer mengulum senyum, "apa kuasamu saat ini, Domain. Bahkan untuk menyentuhku saja tidak ada kekuatan apapun."

"Jangan sombong kamu, Jaquer. Aku di sini lebih berguna daripada indentitasmu yang tidak jelas asal usul," tegas Domain.

Jaquer menyeringai licik, pria itu menatap tidak suka akan kalimat Domain. Maka dengan sedikit cara Jaquer mencoba memancing emosi Domain dan sesuai dengan rencana pria asing itu berhasil masuk perangkap.

Domain melesat menyerang Jaquer dengan beladiri asli negeri Thai. Gerak kakinya sedikit terlihat lemah di mata Jaquer hingga dengan mudah dilumpuhkan hanya sekali tendang pada tulang keringnya.

Jaquer tersenyum, "bagaimana, Domain?"

"Sialan, aku masih bisa melawanmu atau bahkan menghancurkan dirimu, Pria miskin!"

Kembali Domain bergerak melancarkan serangan bertubi-tubi. Tubuhnya yang sedikit berisi masih bisa bergerak gesit bahkan sesekali tangannya mampu menembus pertahanan Jaquer meskipun tidak membuat pria itu terjatuh.

Jaquer meladeni semua serangan Domain seperti bermain dengan anak kecil. Senyum pria itu senantiasa terukir di bibir tipis yang merona. Merasa kurang leluasa geraknya, Jaquer pun menyentak kakinya lembut lalu tubuhnya melenting ke udara dan mulai terbang menuju ke halaman yang lebih luas.

"Hai, jangan lari!"

"Kejar pria itu untukku, tangkap dan bawa ke sini!"

Beberapa pengawal keluarga Hurt berlarian mengejar Jaquer. Sedangkan yang di kejar justru berdiri tegak di tengah halaman. Saat semua sudah berdiri menghadap Jaquer, terdengar derap langkah beberapa pria berjubah hitam dengan logo naga emas.

"Mohon maaf bawahan yang datang terlambat, Tuan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status