Mendengar penjelasan dari ayahnya membuat Meilani melangkah mundur sambil menarik tangan mungil putranya. Wanita itu lebih baik mundur dan meninggalkan keluarganya daripada harus menjadi budak nafsu pria berkebangsaan lain.
Domain adalah seorang pedagang pendatang dari luar negeri yang begitu serakah dan menindas kaum Pribumi termasuk keluarga kecilnya. Selama ini hubungan kerjasama keluarga Hurt lancar saja, tetapi begitu pria itu datang menawarkan sebuah kerjasama perlahan tapi pasti perekonomian keluarga Hurt mengalami kemunduran. Akan tetapi keadaan ini tidak disadari oleh ayah dan saudara lelakinya, justru dia dituduh memfitnah Domain yang sudah memberi kemewahan pada keluarga. "Kamu tidak bisa menolak, Cantik. Aku lah pemilik tubuhmu saat ini dan masa depan," kata Domain sambil berjalan maju mendekat pada Meilani. Wanita itu terus mundur hingga tubuhnya menempel pada dinding kayu. Melihat ibunya yang ditindas membuat Leonard merengek dan memukul paha Domain berharap bisa melepaskan ibunya dari cengkeraman pria dewasa itu. "Minggir kamu bocah ingusan!" Hentak Domain dengan menyentak kasar tubuh mungilnya. Tubuh yang masih dalam masa pemulihan itu seketika terlempar sejauh dua meter dalam posisi tengkurap. Meilani langsung menjerit pilu. Darah segar merembes keluar dari sudut bibir pria kecil. Dengan sekuat tenaga dia berusaha lepas dari kungkungan Domain. Wanita itu menjerit berteriak meminta tolong pada sanak saudara yang masih berdiri menatap semua perbuatan Domain. "Ayah, Ibu, tolong Leon!" pintanya pilu. Tubuh kecil itu seketika bangkit dan berlari menuju ke arah ibunya. Dengan kekuatan yang tersisa, Leonard melayangkan pukulan pada paha Domain. Namun, usahanya kembali gagal. "Jika ayahku datang, maka nyawamu tidak terampuni!" ancam Leonard lantang. "Haha, ayah? Mana, siapa ayahmu?" "Dia adalah jenderal naga dari istana naga emas," jawab Lionel. Domain tertawa terbahak mendapati informasi bocah kecil di depannya. Lalu dia berjongkok agar sejajar dengan tinggi pria kecil, tangannya terulur menepuk pipi Leonard kasar. "Meskipun dia adalah Raja Phoenix yang Agung, aku tidak takut. Panggil dia sekarang!" Wajah pria kecil langsung berkerut dan dia bersembunyi di balik tubuh ibunya. Tangan mungil terlihat bergetar meremat lengan ibunya. "Haha, mana ada pria miskin itu datang ke rumah, Bocah Ingusan. Dia hanya semut kecil yang mudah dirobohkan. Kekuatan apa yang dia banggakan?" hina sang kakek. "Dia ayahku, Kek. Jenderal Naga!" jawab Leonard dengan lantang. Domain berjalan mendekat dan tangannya yang besar langsung meraih rahang pria kecil, dengan kasar ditekannya kuat rahang tersebut hingga Leonard meringis kesakitan. "Sakit, lepaskan. Ibu tolong Leon!" pintanya pilu. Meilani menyentak tangan Domain, tetapi tenaganya tidak mampu membela putranya. Tangan besar itu semakin kuat mencengkeram rahang Leonard, akhirnya hanya tatapan memohon yang dilayangkan Meilani agar putranya terlepas. "Menunduklah padaku dan serahkan tubuh kotormu itu, Jalang!" Suara Domain terdengar menggelegar membuat semua yang hadir berjingkat kaget dan saling merapat. Meilani bergeming, wanita itu masih berdiri membusungkan dada. Terlihat keberaniannya yang tegak dan kokoh. Saudara ipar dan kedua orang tuanya hanya menatap penuh hinaan. "Sudahlah buat apa menunggu pria busuk dan miskin itu. Lebih baik kamu segera berjalan merangkak mendekat pada Tuan Domain, Meime!" Terdengar suara pria muda sepupu Meilani bersuara dengan nada sinis. Meilani mengusap wajahnya kasar disertai hembusan napas panjang. Meskipun tubuhnya mulai bergetar, wanita itu belum ingin menyerahkan kehormatannya pada pria asing. Tiba-tiba tubuhnya luruh ke lantai, seakan ada kekuatan lain yang mendorongnya agar bersujud. "Ibu!" Leonard berjalan mendekati ibunya dan memeluk hangat. Angin bertiup sedikit lebih kencang. Dari jauh terlihat sosok pria terbang menuju ke ruang utama. Sosok pria yang begitu tampan dengan surai rambut hitam panjangnya. Tatapannya sendu dengan mengeluarkan aura dingin. Semua mata menatap arah datangnya sumber tenaga Qi yang berada di tingkatan tertinggi. Domain menyeringai, dia juga merasakan adanya aliran tenaga dalam yang cukup tinggi dan sulit diukur oleh manusia biasa. "Bebaskan anak istri saya, aku lah lawanmu!" Suara lantang membuat Domain menghentikan gerakan tangannya yang hendak meraih tubuh Meilani. Wanita itu segera mendekap tubuh putranya. Jaquer mendarat tepat di depan posisi istri yang masih terduduk di lantai. Kedua bola mata Domain membeliak tidak percaya melihat sosok pria berjubah biru muda. Pria yang pernah membuatnya babak belur di masa lampau. "Kamu?" "Apa kabar Domain, masih ingat?" Domain mengepalkan kedua telapak tangannya erat. Makin lama menekan membuat buku jarinya memutih. Tidak hanya itu, pria asing tersebut tampak begitu menahan emosi saat adu pandang dengan Jaquer. Sedangkan Jaquer sendiri tampak santai saja tanpa menggeser tubuhnya sedikit pun. Meilani menatap sosok suaminya yang terlihat begitu berbeda dari sepuluh tahun lalu. Tatapan kagum disertai curiga menyatu dalam otak, banyak pertanyaan muncul yang belum sempat terucap. Mungkinkah hidup di kemiliteran membuat prianya menjadi kuat? Domain menatap nyalang dan tajam, dia mulai memasang kuda-kuda bersiap hendak menyerang Jaquer. Namun, pria itu justru menyeringai tipis menanggapi tatapan intimidasi lawan. "Rupanya selama ini di sini asalmu, Jaquer. Dan itu, istrimu telah aku beli," ungkap Domain. Jaquer masih tersenyum tipis, dia seakan tidak gentar jika harus melawan kembali sosok Domain yang menurutnya tidak layak untuk diampuni. "Harusnya kamu sudah mati di camp Monggo, Jaqu. Tetapi tidak perlu khawatir aku akan mengirim kamu ulang ke negara antah berantah lainnya." Jaquer mengulum senyum, "apa kuasamu saat ini, Domain. Bahkan untuk menyentuhku saja tidak ada kekuatan apapun." "Jangan sombong kamu, Jaquer. Aku di sini lebih berguna daripada indentitasmu yang tidak jelas asal usul," tegas Domain. Jaquer menyeringai licik, pria itu menatap tidak suka akan kalimat Domain. Maka dengan sedikit cara Jaquer mencoba memancing emosi Domain dan sesuai dengan rencana pria asing itu berhasil masuk perangkap. Domain melesat menyerang Jaquer dengan beladiri asli negeri Thai. Gerak kakinya sedikit terlihat lemah di mata Jaquer hingga dengan mudah dilumpuhkan hanya sekali tendang pada tulang keringnya. Jaquer tersenyum, "bagaimana, Domain?" "Sialan, aku masih bisa melawanmu atau bahkan menghancurkan dirimu, Pria miskin!" Kembali Domain bergerak melancarkan serangan bertubi-tubi. Tubuhnya yang sedikit berisi masih bisa bergerak gesit bahkan sesekali tangannya mampu menembus pertahanan Jaquer meskipun tidak membuat pria itu terjatuh. Jaquer meladeni semua serangan Domain seperti bermain dengan anak kecil. Senyum pria itu senantiasa terukir di bibir tipis yang merona. Merasa kurang leluasa geraknya, Jaquer pun menyentak kakinya lembut lalu tubuhnya melenting ke udara dan mulai terbang menuju ke halaman yang lebih luas. "Hai, jangan lari!" "Kejar pria itu untukku, tangkap dan bawa ke sini!" Beberapa pengawal keluarga Hurt berlarian mengejar Jaquer. Sedangkan yang di kejar justru berdiri tegak di tengah halaman. Saat semua sudah berdiri menghadap Jaquer, terdengar derap langkah beberapa pria berjubah hitam dengan logo naga emas. "Mohon maaf bawahan yang datang terlambat, Tuan!""Bagus, akhirnya kamu mati, Jaquer. Lihat di belakangmu berbaris pasukan dari istana langit untuk membantu Tuan Domain!" Jaquer masih berdiri tegak di atas kedua kakinya. Pandangannya tertuju pada istri dan anaknya dengan tubuh bergetar. Leonard terlihat ketakutan, hal ini terbukti dengan kedua tangannya yang mungil memeluk pinggang ibunya. Begitu juga dengan Meilani, wanita itu mendekap kepala putranya untuk menempel pada perut tanpa membiarkan kedua mata bocah laki-laki melihat pada berisan pria berkas hitam. Sementara Domain berdiri dengan congkaknya, dia tahu tujuan beberapa pria berkas itu apa. Dari ujung jalan terlihat sosok pria muda yang ketampanannya tidak jauh beda dengan Jaquer berjalan tenang mendekat ke arah Domain. "Tuan Kai, maaf jika kami tidak menyambutmu!" Domain berjalan sambil berkata lantang, "selamat datang di kediaman Richard, Tuan Istana Perungu!"Mendengar tempat istana disebutkan lancar oleh Domain seketika wajah Meilani memucat. Tatapannya tertuju pada J
"Hahh, baru luka seperti itu sudah mengeluh pada wanita. Apa ini yang namanya seorang jenderal perang? Menjijikkan!" Sarkas Domain dengan seringaian sinis. Namun, Jaquer masih bergeming. Tidak sedikitpun tubuh tergeser meskipun luka sudah bertebaran di beberapa tempat pada tubuh atasnya. Leonard yang berdiri tidak jauh dari posisi ayahnya hanya menatap heran dengan kekuatan yang dimiliki oleh ayahnya itu. Pria kecil masih bingung dengan apa yang terjadi pada tubuh sang ayah. "Apakah yang membuat tubuh ayah begitu kuat?" gumam Leonard. "Andai aku tahu apa rahasianya, maka semua pasti kuikuti agar bisa sepertinya untuk menjaga keselamatan ibu."Tatapan pria kecil tidak pernah lepas dari sosok sang ayah, begitu juga Meilani. Dia masih tetap memilih berdiri di sisi Jaquer. Ujung jarinya tetap berada pada siku lengan kemeja milik suaminya. Jaquer sendiri terlihat sedang menetralkan jalan napasnya, lalu kepalanya menunduk pada jemari kusam dan mulai terlihat gurat otot mengencang. Leng
Terlihat pergerakan formasi bintang yang masih belum sempurna, hal ini membuat Jaquer menggelengkan kepala. Ujung formasi terlihat begitu kasar gerakannya sehingga hanya sekali hentak pedang di tangan mental meninggalkan sebuah tendangan yang tidak berujung. "Hah, hanya segini ujung formasi kalian!" "Jangan kira semua langsung hancur, Bangsat. Maju kalian, perkuat samping dan berputar!" Kai berteriak memberi perintah. Seketika formasi kembali terbentuk dan kali ini terlihat makin kuat dengan berganti ujung tombaknya. Jaquer terpana. "Bagaimana bisa secepat itu?"Namun, belum sempat Jaquer bereaksi sebuah tombak melayang ke arahnya. Untung sensor tubuhnya bergerak cepat hanya menekuk tubuhnya ke samping kanan tombak itu lolos begitu saja. Terlepas dari ujung tombak sebuah tendangan datang dari arah yang tidak terduga membuat Jaquer segera melompat membuat tubuhnya melayang di udara. Formasi terus bergerak aktif membentuk ke atas mengejar langkah Jaquer. Kali ini otak Jaquer berger
"Untuk apa menyelamatkan anak dari pengecut itu, dia telah merugikan keluarga kita. Bahkan sampai miliaran rupiah. Kalau ingin anak itu sehat, terima saran ayah. Nikahi Tuan Domain!" Suara pria tua yang merupakan mertua Jaguer membuat langkahnya terhenti. Berulang kali terlihat Jaquer menarik napas untuk menetralkan perasaannya. Setelah suara lantang, terdengar suara pilu seorang wanita, "Ayah, tolonglah cucu lelakimu ini, dia sedang sekarat!"Seketika Jaquer membeku, cucu? Dia menjadi bertanya-tanya. Apakah cucu yang dimaksud itu adalah anaknya? "Tega, sungguh tega pria tua itu!" jerit pilu Jaquer dalam hati. Meskipun anak kecil itu ada darah pria tua, tidak seharusnya pria tua berbuat seperti itu. Terdengar samar suara pria kecil yang menahan ibunya agar menyudahi permohonan pada kakeknya. Hati Jaquer semakin pilu. Dia pun bersiap membuka pintu dengan paksa. Namun... Plak! Plak"Argh ... Ayah, ampun!"Dua tamparan yang keras terdengar, membuat Jaquer mendorong pintu dengan k
Dokter jaga masih diam, tatapannya tertuju pada pria berpakaian serba hitam yang menatap penuh intimidasi padanya. Pria berjas putih itu pun berdiri melangkah menuju ke Jaquer. "Baiklah, Tuan. Baringkan anak Anda di sana!" "Hai, apa-apaan ini. Bukankah aku yang memintamu lebih dulu? Apa ancamanku tidak berarti bagimu? Baik, akan kuhubungi suamiku Dewa Matahari Timur," kata wanita itu penuh emosi. Mendengar nama yang tidak asing di telinga Jaquer, bibirnya menyeringai. Sementara Meilani, tubuhnya bergetar mendengar nama yang tidak biasa itu. Perlahan dia melangkah mundur mendekat pada Jaquer. "Lebih baik kita mengalah saja, Jaqu?"Melihat istrinya yang ketakutan, Jaquer meraih jemari dan menggenggamnya. Kepalanya mendekati telinga sang istri dan berbisik lembut, "tenangkan dirimu. Kamu pasti aman dan Leonard akan mendapatkan kesehatan nya lagi!"Meilani tengadah menatap wajah tampan suaminya yang lama tidak dilihatnya. Kedua kelopak matanya bergerak indah dengan bulu mata yang lent
Meilani menatap penuh tanya pada sosok wanita anggun yang berdiri dengan elagan dan angkuh. Tatapan wanita itu seakan sedang menelanjanginya. "Pria siapa yang Anda maksudkan, Nona?" tanya Meilani. Wanita itu mengerutkan dahi melihat penampilan wanita di depannya yang lusuh dan terlihat miskin. Lalu kepalanya menggeleng seakan menolak akan identitas Meilani. "Dewa Naga Langit!""Dia ayahku, siapa kamu dan perlu apa mencari ayahku?" ucap Leonard cepat. Wanita itu membola saat pria kecil mengaku bahwa dewa Naga langit adalah ayahnya. Kembali dia menolak itu. "Kalian manusia rendahan mana mungkin dewa Naga mau dengan kalian. Cuih! Cepat katakan dimana dia?"Meilani hanya diam saja, tangannya masih mengusap lengan putranya. Bibir wanita cantik itu tertutup rapat dan dia sama sekali tidak merespon apapun yang dikatakan oleh wanita itu. Hanya Leonard yang sejak tadi menanggapi pertanyaan wanita angkuh. Dia masih percaya bahwa ayahnya adalah seorang pria yang berkuasa atas dunia. Namun,
Meilani menatap pada kedua orang tuanya sendu, wanita itu mengepalkan tangan tanpa sadar menekan semua keresahan hati. Tangannya terulur menarik kain lengan jubah Jaquer. Jaquer menatap pada jari lentik tersebut dengan menyunggingkan senyum termanis. Lalu pandangannya beralih pada sepasang suami istri yang telah membuangnya. Belum sempat semua ditanggapi, terdengar suara seorang perawat pria memanggil nama Jaquer dengan sebutan tuan. Suara yang bernada sopan membuat Richard menoleh, lalu mencibir. "Tuan, pada siapa nama itu kamu sematkan?""Tuan Jaquer.""Cuih, orang miskin seperti dia mana pantas dipertuankan. Cukup panggil nama," desis Richard. Namun, petugas itu tidak memedulikan dengan apa yang dikatakan oleh pria tua. Dia terus berjalan mengikis jarak dan berhenti tepat di depan Jaquer dalam jarak satu meter. "Silakan tanda tangan di sini untuk mengklaim kartu yang Anda bawa, Tuan!"Jaquer pun meraih kertas yang disodorkan oleh petugas rumah sakit itu dan langsung membubuhka