Share

8. Hancur

Terlihat pergerakan formasi bintang yang masih belum sempurna, hal ini membuat Jaquer menggelengkan kepala. Ujung formasi terlihat begitu kasar gerakannya sehingga hanya sekali hentak pedang di tangan mental meninggalkan sebuah tendangan yang tidak berujung.

"Hah, hanya segini ujung formasi kalian!"

"Jangan kira semua langsung hancur, Bangsat. Maju kalian, perkuat samping dan berputar!" Kai berteriak memberi perintah.

Seketika formasi kembali terbentuk dan kali ini terlihat makin kuat dengan berganti ujung tombaknya. Jaquer terpana. "Bagaimana bisa secepat itu?"

Namun, belum sempat Jaquer bereaksi sebuah tombak melayang ke arahnya. Untung sensor tubuhnya bergerak cepat hanya menekuk tubuhnya ke samping kanan tombak itu lolos begitu saja.

Terlepas dari ujung tombak sebuah tendangan datang dari arah yang tidak terduga membuat Jaquer segera melompat membuat tubuhnya melayang di udara. Formasi terus bergerak aktif membentuk ke atas mengejar langkah Jaquer.

Kali ini otak Jaquer bergerak dan berpikir cepat untuk menghancurkan formasi tersebut. Dia masih melayang di udara melihat pergerakan setiap personil formasi hingga pandangannya menemukan celah yang cukup bagus meskipun kemungkinannya terbilang sempit.

"Kali ini jangan harap kau bisa lolos, Jaquer!" Hentak Kai.

Secepat kilat Kai melayangkan beberapa pukulan dan serangan pedang yang bertubi-tubi. Disusul oleh formasi dari segala arah hingga membuat Jaquer terlihat sedikit terteter.

"Haha, hanya segini kekuatan kalian. Ini masih dibawah standart serangku!"

Hinaan dari mulut Jaquer membuat Kai naik darah, dia semakin muak akan kesombongan yang diperlihatkan lawannya. Kedua Rapak tangannya mencengkeram erat gagang pedang miliknya.

Merasa kekuatannya mulai terkumpul, segera ujung pedang diayunkan ke arah Jaquer bersamaan dengan ujung tombak personal formasi. Selarik sinar merah meluncur jelas berbentuk pedang panjang ke arah Jaquer.

Melihat hal itu, maka Jaquer menerima sinar tersebut dengan pedang miliknya. Bunyi pertemuan keduanya mampu menggetarkan tanah dan seolah udara ikut berhenti bertiup.

Tubuh ayah dan keluarga Meilani terpental ke belakang. Begitu juga dengan personal formasi.

"Host, host!" Napas Kai dan Domain saling berkejaran. Keduanya menatap sosok Jaquer tanpa kedip.

Mereka tidak percaya dengan apa yang terlihat nyata di depan. Sosok tersebut masih berdiri kokoh tanpa sedikitpun kelelahan.

"Sudah sejauh ini, kalian masih belum mampu untuk kalahkan aku. Seperti dugaanku, kalian belum pantas untuk menghina aku dan keluarga." Jaquer berjalan santai menuju ke arah anak dan istrinya.

Leonard tersenyum menyambut kedatangan sosok pria idoalnya itu. Dengan suara yang penuh kerinduan dan ceria, pria kecil itu berlari menyambut langkah Jaquer dengan merentangkan kedua lengan.

"Weh, jagoan ayah!"

Satu kali hentak tubuh kecil itu sudah berada dalam gendongan Jaquer. Dia melanjutkan langkahnya mengikis jarak dengan Meilani.

Diraihnya jemari istrinya dan dikaitkan pada jemarinya. "Mari ikut aku pulang!"

Meilani mengangguk dan melangkah sesuai gerak Jaquer. Semua mata hanya menatap bingung dengan kejadian hari itu.

Namun, Richard seakan masih belum terima jika putrinya dibawa pergi oleh menantu sampahnya. Maka dengan gerak cepat diraihnya belati yang sejak tadi terselip di antara ikat pinggang miliknya

Wuus. Slutsh!

Belati itu tidak sampai ke sasaran, karena Jaquer sudah memperhitungkan jarak serang mereka ke tubuh anak istri. Dia cukup menarik tubuh istrinya dalam pelukan sehingga belati menemui ruang kosong.

Menerima serangan balik yang curang membuat Jaquer kembali berbalik badan. Pandangannya menggelap ke arah ayah mertua. "Berani sekali serang aku, Pak Tua!"

"Huh, siapa kau hingga aku tidak berani. Hanya menantu sampah."

"Dia suamiku, Ayah. Mau apa lagi?" Kali ini Meilani pasang badan untuk suaminya saat sang ayah mulai mengangkat tombaknya.

Richard menatap dingin pada putrinya yang mulai membangkang bahkan telah berani menaikkan volume suaranya saat berbicara dengannya.

Jaquer menatap wajah istrinya yang memerah menahan emosi. Sangat terlihat jika Meilani sedang menurunkan volume luapan lahar dalam dada yang selama ini mungkin sudah dia tahan.

Jaquer menghela napas kasar, dia mengusap punggung istrinya. Membantu agar emosi sang istri segera mereda.

"Sebaiknya kita segera pergi, Meme!"

"Pergi kemana, sedangkan kamu saja baru keluar dari pengasingan?"

"Bukankah sebelum ke rumah sakit kemarin aku ada kasih kamu sebuah kartu, dimana kartu itu?"

Meilani terhenyak kaget mendengar pertanyaan suaminya. Saat itu juga kepalanya menunduk dengan kedua tangan saling meremat. Terlihat jelas sorot kegelisahan di manik mata bening istrinya. Jaquer menyadari perubahan sikap sang istri. Dia tidak marah.

Justru lengannya meraih bahu Meilani lembut dan direngkuh. "Sudah jangan pikirkan lagi."

"Tapi, bukankah itu milik teman kamu, Jaquer. Bagaimana jika kartu itu dimintanya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status