"Hahh, baru luka seperti itu sudah mengeluh pada wanita. Apa ini yang namanya seorang jenderal perang? Menjijikkan!" Sarkas Domain dengan seringaian sinis.
Namun, Jaquer masih bergeming. Tidak sedikitpun tubuh tergeser meskipun luka sudah bertebaran di beberapa tempat pada tubuh atasnya. Leonard yang berdiri tidak jauh dari posisi ayahnya hanya menatap heran dengan kekuatan yang dimiliki oleh ayahnya itu. Pria kecil masih bingung dengan apa yang terjadi pada tubuh sang ayah. "Apakah yang membuat tubuh ayah begitu kuat?" gumam Leonard. "Andai aku tahu apa rahasianya, maka semua pasti kuikuti agar bisa sepertinya untuk menjaga keselamatan ibu." Tatapan pria kecil tidak pernah lepas dari sosok sang ayah, begitu juga Meilani. Dia masih tetap memilih berdiri di sisi Jaquer. Ujung jarinya tetap berada pada siku lengan kemeja milik suaminya. Jaquer sendiri terlihat sedang menetralkan jalan napasnya, lalu kepalanya menunduk pada jemari kusam dan mulai terlihat gurat otot mengencang. Lengannya yang lain tergerak ke kiri lalu meraih jemari tersebut. "Bukankah sudah aku katakan untuk menepi sebentar? Lindungi putraku di sana!" kata Jaquer bernada tekan pada setiap katanya. "Tapi kondisi kami lebih parah, Jaqu. Biarkan aku merawatmu lebih dulu!" balas Meilani. Mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, seketika tubuh Jaquer bergetar dan perlahan berbalik hingga lebih leluasa menatap pada wajah Meilani. Kepala itu menunduk hingga deru napas keduanya saling bertemu. Tangan Meilani menekan lengan Jaquer yang terlihat mulai memerah akibat rembesan darah. "Apa yang akan kamu lakukan, Jaqu? Kau terluka," desis Meilani. "Aku tidak apa, tunggu di sana!" Usai berkata kepala Jaquer makin merapat pada wajah istrinya, lalu dengan lembut disesapnya bibir tipis alami milik Meilani. "Hem, manis. Masih sama seperti masa silam!" Menerima perlakuan lembut Jaquer membuat tubuh Meilani secara reflek mundur dua langkah dengan tatapan terkunci pada manik mata elang Jaquer. Dia segera berbalik badan lalu berjalan menuju ke Leonard. "Kita menepi di sana, Leon!" "Tapi mengapa, Ibu, bukankah kita harus menunggu ayah?" Meilani tidak berkata lagi, segera diraihnya jemari putranya dan dibawa ke tempat yang sedikit aman dari jangkauan gelombang kekuatan para petarung hebat. Apa yang diperkirakan oleh Meilani benar adanya. Begitu keduanya sudah berada di luar jangkauan serang, maka saat itu juga kaki Jaquer terangkat dan dihempaskan pada bumi. Tanah bergetar hebat hingga beberapa bata terbang melayang, bahkan ada yang sampai jatuh pada kepala anggota istana perunggu. Apa yang terlihat di depan mata membuat nyali Domain mulai mengendur. Rupanya dia tidak percaya hingga membuat jiwanya terkejut dengan perubahan yang begitu cepat pada kekuatan Jaquer. "Bagaimana bisa meningkat cepat, Dom? Apa yang kamu kerjakan selama ini, Hah?" geram penguasa istana perunggu. Jaquer hanya satu kali menggerakkan kakinya pada tanah sudah berhasil menjatuhkan beberapa pria berjas dan berotot. "Bagaimana, Dom?" "Cuih, baru saja tingkat empat saja sombong. Tuanku perunggu lebih tinggi dan pasti hanya beberapa jurus maka nyawamu melayang, Jaquer!" Jaquer menyeringai tajam dengan memejamkan mata sejenak. Kemudian dia langsung terbang melayang ke arah pemimpin istana perunggu. Gerakannya sangat cepat hanya sekali kedip pemimpin itu sudah tersungkur mencium tanah. "Bangsat, berani sakali kau!" geram Kai. Kai segera bangkit dan langsung menyerang Jaquer lebih ganas. Namun, semua gerakan Kai dapat dibaca oleh Jaquer. Keduanya bergerak dengan cepat hingga yang terlihat hanya sekelebat bayangan disertai sinar. Suara pertemuan dua benda logam sesekali terdengar. Mereka sama menggunakan pedang. Ayunan setiap pedang mampu menghadirkan percikan api kecil. Ting, seret "Host, host. Bagaimana bisa secepat itu gerakannya dan dia sama sekali tidak terlihat kelelahan?" jerit Kai dalam hati dengan pandangan terfokus pada sosok Jaquer. Sementara Jaquer berdiri dengan sikap tenang tanpa berpindah arah. Dia sesekali mencari keberadaan istri dan anaknya, tetapi bibirnya tersenyum begitu dilihatnya Meilani masih berada di luar jangkauan serang. "Kau harus mati, Jaquer!" Hentak Kai. Dia kembali melayang dengan ujung pedang terhunus ke tubuh Jaquer. Gerakan Kai begitu variatif dan atraktif hingga terlihat hanya bayangan bergerak cepat menyerang pada titik viral Jaquer "Bagaimanapun usahamu melumpuhkan aku tidak akan menemui jalan, Kai. Kekuatanmu belum memenuhi standart lawanku." "Sialan, jangan kau kira aku akan kalah denganmu, Pria Busuk!" Dengan penuh emosi, Kai memberi perintah pada bawahannya agar mengepung Jaquer dengan formasi bintang. Melihat pergerakan anak buah istana perunggu, Jaquer mengulum senyum. Maka Jaquer pun terdiam hanya manatap semua pergerakkan istana perunggu disertai dengan sosok Domain. Bibirnya tersenyum sinis. "Perkuat formasi kalian jika tidak ingin jebol hanya sekali hentak!" "Jangan pedulikan apa yang dikatakan oleh pria busuk itu. Rebut kembali wanita Tuan Domain untukku!" Suara Kai berteriak lantang memberi perintah. Beberapa anggota istana perunggu segera menempatkan diri pada formasi bintang. Setiap orang memegang pedang tipis dan tajam. Melihat itu, kedua mata Meilani membulat. Baginya formasi bintang sangatlah langka dan siapapun yang terjebak di dalamnya pasti akan berakhir dalam kubur. "Ibu, bagaimana ini. Ayah pasti hancur!" desis Leonard dengan mencengkeram pinggang ibunya. "Maju!" teriak Kai lantang.Terlihat pergerakan formasi bintang yang masih belum sempurna, hal ini membuat Jaquer menggelengkan kepala. Ujung formasi terlihat begitu kasar gerakannya sehingga hanya sekali hentak pedang di tangan mental meninggalkan sebuah tendangan yang tidak berujung. "Hah, hanya segini ujung formasi kalian!" "Jangan kira semua langsung hancur, Bangsat. Maju kalian, perkuat samping dan berputar!" Kai berteriak memberi perintah. Seketika formasi kembali terbentuk dan kali ini terlihat makin kuat dengan berganti ujung tombaknya. Jaquer terpana. "Bagaimana bisa secepat itu?"Namun, belum sempat Jaquer bereaksi sebuah tombak melayang ke arahnya. Untung sensor tubuhnya bergerak cepat hanya menekuk tubuhnya ke samping kanan tombak itu lolos begitu saja. Terlepas dari ujung tombak sebuah tendangan datang dari arah yang tidak terduga membuat Jaquer segera melompat membuat tubuhnya melayang di udara. Formasi terus bergerak aktif membentuk ke atas mengejar langkah Jaquer. Kali ini otak Jaquer berger
"Untuk apa menyelamatkan anak dari pengecut itu, dia telah merugikan keluarga kita. Bahkan sampai miliaran rupiah. Kalau ingin anak itu sehat, terima saran ayah. Nikahi Tuan Domain!" Suara pria tua yang merupakan mertua Jaguer membuat langkahnya terhenti. Berulang kali terlihat Jaquer menarik napas untuk menetralkan perasaannya. Setelah suara lantang, terdengar suara pilu seorang wanita, "Ayah, tolonglah cucu lelakimu ini, dia sedang sekarat!"Seketika Jaquer membeku, cucu? Dia menjadi bertanya-tanya. Apakah cucu yang dimaksud itu adalah anaknya? "Tega, sungguh tega pria tua itu!" jerit pilu Jaquer dalam hati. Meskipun anak kecil itu ada darah pria tua, tidak seharusnya pria tua berbuat seperti itu. Terdengar samar suara pria kecil yang menahan ibunya agar menyudahi permohonan pada kakeknya. Hati Jaquer semakin pilu. Dia pun bersiap membuka pintu dengan paksa. Namun... Plak! Plak"Argh ... Ayah, ampun!"Dua tamparan yang keras terdengar, membuat Jaquer mendorong pintu dengan k
Dokter jaga masih diam, tatapannya tertuju pada pria berpakaian serba hitam yang menatap penuh intimidasi padanya. Pria berjas putih itu pun berdiri melangkah menuju ke Jaquer. "Baiklah, Tuan. Baringkan anak Anda di sana!" "Hai, apa-apaan ini. Bukankah aku yang memintamu lebih dulu? Apa ancamanku tidak berarti bagimu? Baik, akan kuhubungi suamiku Dewa Matahari Timur," kata wanita itu penuh emosi. Mendengar nama yang tidak asing di telinga Jaquer, bibirnya menyeringai. Sementara Meilani, tubuhnya bergetar mendengar nama yang tidak biasa itu. Perlahan dia melangkah mundur mendekat pada Jaquer. "Lebih baik kita mengalah saja, Jaqu?"Melihat istrinya yang ketakutan, Jaquer meraih jemari dan menggenggamnya. Kepalanya mendekati telinga sang istri dan berbisik lembut, "tenangkan dirimu. Kamu pasti aman dan Leonard akan mendapatkan kesehatan nya lagi!"Meilani tengadah menatap wajah tampan suaminya yang lama tidak dilihatnya. Kedua kelopak matanya bergerak indah dengan bulu mata yang lent
Meilani menatap penuh tanya pada sosok wanita anggun yang berdiri dengan elagan dan angkuh. Tatapan wanita itu seakan sedang menelanjanginya. "Pria siapa yang Anda maksudkan, Nona?" tanya Meilani. Wanita itu mengerutkan dahi melihat penampilan wanita di depannya yang lusuh dan terlihat miskin. Lalu kepalanya menggeleng seakan menolak akan identitas Meilani. "Dewa Naga Langit!""Dia ayahku, siapa kamu dan perlu apa mencari ayahku?" ucap Leonard cepat. Wanita itu membola saat pria kecil mengaku bahwa dewa Naga langit adalah ayahnya. Kembali dia menolak itu. "Kalian manusia rendahan mana mungkin dewa Naga mau dengan kalian. Cuih! Cepat katakan dimana dia?"Meilani hanya diam saja, tangannya masih mengusap lengan putranya. Bibir wanita cantik itu tertutup rapat dan dia sama sekali tidak merespon apapun yang dikatakan oleh wanita itu. Hanya Leonard yang sejak tadi menanggapi pertanyaan wanita angkuh. Dia masih percaya bahwa ayahnya adalah seorang pria yang berkuasa atas dunia. Namun,
Meilani menatap pada kedua orang tuanya sendu, wanita itu mengepalkan tangan tanpa sadar menekan semua keresahan hati. Tangannya terulur menarik kain lengan jubah Jaquer. Jaquer menatap pada jari lentik tersebut dengan menyunggingkan senyum termanis. Lalu pandangannya beralih pada sepasang suami istri yang telah membuangnya. Belum sempat semua ditanggapi, terdengar suara seorang perawat pria memanggil nama Jaquer dengan sebutan tuan. Suara yang bernada sopan membuat Richard menoleh, lalu mencibir. "Tuan, pada siapa nama itu kamu sematkan?""Tuan Jaquer.""Cuih, orang miskin seperti dia mana pantas dipertuankan. Cukup panggil nama," desis Richard. Namun, petugas itu tidak memedulikan dengan apa yang dikatakan oleh pria tua. Dia terus berjalan mengikis jarak dan berhenti tepat di depan Jaquer dalam jarak satu meter. "Silakan tanda tangan di sini untuk mengklaim kartu yang Anda bawa, Tuan!"Jaquer pun meraih kertas yang disodorkan oleh petugas rumah sakit itu dan langsung membubuhka
Mendengar penjelasan dari ayahnya membuat Meilani melangkah mundur sambil menarik tangan mungil putranya. Wanita itu lebih baik mundur dan meninggalkan keluarganya daripada harus menjadi budak nafsu pria berkebangsaan lain. Domain adalah seorang pedagang pendatang dari luar negeri yang begitu serakah dan menindas kaum Pribumi termasuk keluarga kecilnya. Selama ini hubungan kerjasama keluarga Hurt lancar saja, tetapi begitu pria itu datang menawarkan sebuah kerjasama perlahan tapi pasti perekonomian keluarga Hurt mengalami kemunduran. Akan tetapi keadaan ini tidak disadari oleh ayah dan saudara lelakinya, justru dia dituduh memfitnah Domain yang sudah memberi kemewahan pada keluarga. "Kamu tidak bisa menolak, Cantik. Aku lah pemilik tubuhmu saat ini dan masa depan," kata Domain sambil berjalan maju mendekat pada Meilani. Wanita itu terus mundur hingga tubuhnya menempel pada dinding kayu. Melihat ibunya yang ditindas membuat Leonard merengek dan memukul paha Domain berharap bisa mel
"Bagus, akhirnya kamu mati, Jaquer. Lihat di belakangmu berbaris pasukan dari istana langit untuk membantu Tuan Domain!" Jaquer masih berdiri tegak di atas kedua kakinya. Pandangannya tertuju pada istri dan anaknya dengan tubuh bergetar. Leonard terlihat ketakutan, hal ini terbukti dengan kedua tangannya yang mungil memeluk pinggang ibunya. Begitu juga dengan Meilani, wanita itu mendekap kepala putranya untuk menempel pada perut tanpa membiarkan kedua mata bocah laki-laki melihat pada berisan pria berkas hitam. Sementara Domain berdiri dengan congkaknya, dia tahu tujuan beberapa pria berkas itu apa. Dari ujung jalan terlihat sosok pria muda yang ketampanannya tidak jauh beda dengan Jaquer berjalan tenang mendekat ke arah Domain. "Tuan Kai, maaf jika kami tidak menyambutmu!" Domain berjalan sambil berkata lantang, "selamat datang di kediaman Richard, Tuan Istana Perungu!"Mendengar tempat istana disebutkan lancar oleh Domain seketika wajah Meilani memucat. Tatapannya tertuju pada J