Share

7. Formasi Bintang

"Hahh, baru luka seperti itu sudah mengeluh pada wanita. Apa ini yang namanya seorang jenderal perang? Menjijikkan!" Sarkas Domain dengan seringaian sinis.

Namun, Jaquer masih bergeming. Tidak sedikitpun tubuh tergeser meskipun luka sudah bertebaran di beberapa tempat pada tubuh atasnya.

Leonard yang berdiri tidak jauh dari posisi ayahnya hanya menatap heran dengan kekuatan yang dimiliki oleh ayahnya itu. Pria kecil masih bingung dengan apa yang terjadi pada tubuh sang ayah.

"Apakah yang membuat tubuh ayah begitu kuat?" gumam Leonard. "Andai aku tahu apa rahasianya, maka semua pasti kuikuti agar bisa sepertinya untuk menjaga keselamatan ibu."

Tatapan pria kecil tidak pernah lepas dari sosok sang ayah, begitu juga Meilani. Dia masih tetap memilih berdiri di sisi Jaquer. Ujung jarinya tetap berada pada siku lengan kemeja milik suaminya.

Jaquer sendiri terlihat sedang menetralkan jalan napasnya, lalu kepalanya menunduk pada jemari kusam dan mulai terlihat gurat otot mengencang. Lengannya yang lain tergerak ke kiri lalu meraih jemari tersebut.

"Bukankah sudah aku katakan untuk menepi sebentar? Lindungi putraku di sana!" kata Jaquer bernada tekan pada setiap katanya.

"Tapi kondisi kami lebih parah, Jaqu. Biarkan aku merawatmu lebih dulu!" balas Meilani.

Mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, seketika tubuh Jaquer bergetar dan perlahan berbalik hingga lebih leluasa menatap pada wajah Meilani.

Kepala itu menunduk hingga deru napas keduanya saling bertemu. Tangan Meilani menekan lengan Jaquer yang terlihat mulai memerah akibat rembesan darah. "Apa yang akan kamu lakukan, Jaqu? Kau terluka," desis Meilani.

"Aku tidak apa, tunggu di sana!" Usai berkata kepala Jaquer makin merapat pada wajah istrinya, lalu dengan lembut disesapnya bibir tipis alami milik Meilani. "Hem, manis. Masih sama seperti masa silam!"

Menerima perlakuan lembut Jaquer membuat tubuh Meilani secara reflek mundur dua langkah dengan tatapan terkunci pada manik mata elang Jaquer. Dia segera berbalik badan lalu berjalan menuju ke Leonard.

"Kita menepi di sana, Leon!"

"Tapi mengapa, Ibu, bukankah kita harus menunggu ayah?"

Meilani tidak berkata lagi, segera diraihnya jemari putranya dan dibawa ke tempat yang sedikit aman dari jangkauan gelombang kekuatan para petarung hebat.

Apa yang diperkirakan oleh Meilani benar adanya. Begitu keduanya sudah berada di luar jangkauan serang, maka saat itu juga kaki Jaquer terangkat dan dihempaskan pada bumi.

Tanah bergetar hebat hingga beberapa bata terbang melayang, bahkan ada yang sampai jatuh pada kepala anggota istana perunggu. Apa yang terlihat di depan mata membuat nyali Domain mulai mengendur.

Rupanya dia tidak percaya hingga membuat jiwanya terkejut dengan perubahan yang begitu cepat pada kekuatan Jaquer.

"Bagaimana bisa meningkat cepat, Dom? Apa yang kamu kerjakan selama ini, Hah?" geram penguasa istana perunggu.

Jaquer hanya satu kali menggerakkan kakinya pada tanah sudah berhasil menjatuhkan beberapa pria berjas dan berotot.

"Bagaimana, Dom?"

"Cuih, baru saja tingkat empat saja sombong. Tuanku perunggu lebih tinggi dan pasti hanya beberapa jurus maka nyawamu melayang, Jaquer!"

Jaquer menyeringai tajam dengan memejamkan mata sejenak. Kemudian dia langsung terbang melayang ke arah pemimpin istana perunggu. Gerakannya sangat cepat hanya sekali kedip pemimpin itu sudah tersungkur mencium tanah.

"Bangsat, berani sakali kau!" geram Kai.

Kai segera bangkit dan langsung menyerang Jaquer lebih ganas. Namun, semua gerakan Kai dapat dibaca oleh Jaquer. Keduanya bergerak dengan cepat hingga yang terlihat hanya sekelebat bayangan disertai sinar.

Suara pertemuan dua benda logam sesekali terdengar. Mereka sama menggunakan pedang. Ayunan setiap pedang mampu menghadirkan percikan api kecil.

Ting, seret

"Host, host. Bagaimana bisa secepat itu gerakannya dan dia sama sekali tidak terlihat kelelahan?" jerit Kai dalam hati dengan pandangan terfokus pada sosok Jaquer.

Sementara Jaquer berdiri dengan sikap tenang tanpa berpindah arah. Dia sesekali mencari keberadaan istri dan anaknya, tetapi bibirnya tersenyum begitu dilihatnya Meilani masih berada di luar jangkauan serang.

"Kau harus mati, Jaquer!" Hentak Kai.

Dia kembali melayang dengan ujung pedang terhunus ke tubuh Jaquer. Gerakan Kai begitu variatif dan atraktif hingga terlihat hanya bayangan bergerak cepat menyerang pada titik viral Jaquer

"Bagaimanapun usahamu melumpuhkan aku tidak akan menemui jalan, Kai. Kekuatanmu belum memenuhi standart lawanku."

"Sialan, jangan kau kira aku akan kalah denganmu, Pria Busuk!"

Dengan penuh emosi, Kai memberi perintah pada bawahannya agar mengepung Jaquer dengan formasi bintang. Melihat pergerakan anak buah istana perunggu, Jaquer mengulum senyum.

Maka Jaquer pun terdiam hanya manatap semua pergerakkan istana perunggu disertai dengan sosok Domain. Bibirnya tersenyum sinis.

"Perkuat formasi kalian jika tidak ingin jebol hanya sekali hentak!"

"Jangan pedulikan apa yang dikatakan oleh pria busuk itu. Rebut kembali wanita Tuan Domain untukku!" Suara Kai berteriak lantang memberi perintah.

Beberapa anggota istana perunggu segera menempatkan diri pada formasi bintang. Setiap orang memegang pedang tipis dan tajam. Melihat itu, kedua mata Meilani membulat.

Baginya formasi bintang sangatlah langka dan siapapun yang terjebak di dalamnya pasti akan berakhir dalam kubur.

"Ibu, bagaimana ini. Ayah pasti hancur!" desis Leonard dengan mencengkeram pinggang ibunya.

"Maju!" teriak Kai lantang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status