Share

6. Istana Perunggu

"Bagus, akhirnya kamu mati, Jaquer. Lihat di belakangmu berbaris pasukan dari istana langit untuk membantu Tuan Domain!"

Jaquer masih berdiri tegak di atas kedua kakinya. Pandangannya tertuju pada istri dan anaknya dengan tubuh bergetar.

Leonard terlihat ketakutan, hal ini terbukti dengan kedua tangannya yang mungil memeluk pinggang ibunya. Begitu juga dengan Meilani, wanita itu mendekap kepala putranya untuk menempel pada perut tanpa membiarkan kedua mata bocah laki-laki melihat pada berisan pria berkas hitam.

Sementara Domain berdiri dengan congkaknya, dia tahu tujuan beberapa pria berkas itu apa. Dari ujung jalan terlihat sosok pria muda yang ketampanannya tidak jauh beda dengan Jaquer berjalan tenang mendekat ke arah Domain.

"Tuan Kai, maaf jika kami tidak menyambutmu!" Domain berjalan sambil berkata lantang, "selamat datang di kediaman Richard, Tuan Istana Perungu!"

Mendengar tempat istana disebutkan lancar oleh Domain seketika wajah Meilani memucat. Tatapannya tertuju pada Jaquer, tetapi pria itu justru tersenyum tenang dan mengerjapkan mata.

"Apa yang terjadi di sini, Dom? Mana wanita itu?"

Domain mendekat pada Pria yang dipanggil dengan nama Kai, lalu dia membisikkan beberapa kata hingga mampu memunculkan senyum manis pada sosok Meilani.

Perlahan kakinya yang panjang berjalan mendekat, tangannya terulur hendak menyentuh pipinya. Namun, Leinard tengadah dan mendorong tubuh ibunya ke belakang dengan lembut.

"Ibu, Leon takut!"

"Sudah, sini biar ibu gendong!" ajak Meilani dengan mengulurkan tangannya pada pria kecil.

Melihat apa yang dilakukan oleh ibunya, Leonard pun langsung melompat agar bisa mencapai tubuh itu.

"Mendekatlah padaku, Manis!" Kai merentangkan kedua lengannya pada Meilani dengan tatapan intimidasi.

"Tuan, lelaki itulah yang telah mempersulit semua!" Domain berkata sambil menunjuk pada posisi Jaquer

"Mempersulit? Berani sakali dia berbuat itu, apakah dia tidak tahu bahwa wanita itu kupersembahkan pada raja naga terpilih?" kata Kai dengan nada rendah, "kalian harusnya bersyukur kupilih wanita dari kelompok rendahan seperti kalian. Suatu keberuntungan bila menjadi istri utama sang terpilih!"

Jaquer melihat dan menyimak apa yang diucapkan oleh pria muda itu. Dia masih memindai keseluruhan kekuatan lawan meskipun hanya diam.

"Apakah kamu masih dengan pilihanmu itu, Pria Brengsek?" Hentak Domain.

"Bukankah sejak tadi kupastikan bahwa merek adalah keluargaku, kalian tidak berhak memaksa!" tegas Jaquer.

Domain berjalan mendekat pada pria itu hanya berjarak dua depa, "lalu jika itu berlaku, apakah kamu mampu membayar semua hutang yang diakibatkan oleh Richard?"

Mendengar kata hutang seketika wajah Meilani pias, pandangannya kembali terfokus pada Jaquer--lelakinya. Namun, pria itu tetap bergeming dan dingin.

"Bagaimana bisa lelaki itu sedingin ini, rasanya tidak mungkin bahwa dia lelakiku masa silam." Meilani menatap Jaquer dengan kerutan di dahi, perubahan yang terjadi pada pria itu membuat beberapa pertanyaan muncul di otak kecil.

"Patahkan tangan dan kaki pria itu untukku!" Kai berkata dengan lantang memberi perintah pada anak buahnya.

Jaquer menyeringai tajam, "istana perunggu? Kalian belum ada kekuatan untuk goyangkan aku dari sini, bahkan menyentuh kulitku pun tidak ada."

"Kau! Cuih."

Domain segera melompat menyerang Jaquer, dia bergerak liat menendang dan memukul beberapa titik lemah tubuh manusia. Namun, tubuh Jaquer sama sekali tidak bergeser. Dia hanya meladeni semua dengan tangan kosong tanpa menggerakkan kedua kakinya

"Kau telah meremehkan aku, maka jangan salahkan jika nyawamu melayang saat ini, Pria Busuk!"

Domain memberi aba-aba pada pasukan istana perunggu agar menyerang Jaquer secara bersamaan. Melihat ayahnya dikeroyok beberapa pria kekar dan berotot membuat Leonard berteriak keras memperingatkan keselamatan Jaquer.

"Sayang, sebaiknya kita tinggalkan rumah ini dan menjauh dari semuanya. Bagaimana?"

"Jangan ibu, lihatlah ayah di sana! Dia sedang memperjuangkan kita lho," kata Leonard sambil menunjuk pada Jaquer yang sedang bertarung menghadapi sepuluh orang pria kekar dan berotot.

"Ayah kamu itu pasti tidak akan berhasil melawan mereka, Leon. Lihatlah!" Meilani berkata sambil menunjuk ke arah Jaquer.

Di arena halaman, tubuh Jaquer dikeroyok lima orang pria berjas dan berotot. Saat satu pukulan melayang ke wajah ayahnya, Leon segera menutup wajahnya dengan tapak tangan.

"Apakah tangan itu berhasil ibu?"

"Tidak, belum berhasil sudah tersungkur lebih dulu."

Mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, Leon membuka tangannya dan langsung berteriak saat sebuah botol bir terangkat tinggi, "Ayah, awas!"

Pyar

Terdengar kaca pecah cukup keras, rupanya botol tadi membentur lengan bawah Jaquer. Darah segar keluar dari luka gores. Melihat hal itu seketika Meilani berlari menuju ke sisi Jaquer.

"Jaquer, bagaimana lenganmu? Mematikan biar aku balut!"

Jaquer menatap datar ke arah Meilani, lalu bibirnya membentuk garis lengkung dengan berbisik kepalanya mendekat, "tidak sekarang, Mei. Menepilah biar aku tuntaskan dulu pertarungan ini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status