Share

3. Wanita Aneh

Meilani menatap penuh tanya pada sosok wanita anggun yang berdiri dengan elagan dan angkuh. Tatapan wanita itu seakan sedang menelanjanginya.

"Pria siapa yang Anda maksudkan, Nona?" tanya Meilani.

Wanita itu mengerutkan dahi melihat penampilan wanita di depannya yang lusuh dan terlihat miskin. Lalu kepalanya menggeleng seakan menolak akan identitas Meilani.

"Dewa Naga Langit!"

"Dia ayahku, siapa kamu dan perlu apa mencari ayahku?" ucap Leonard cepat.

Wanita itu membola saat pria kecil mengaku bahwa dewa Naga langit adalah ayahnya. Kembali dia menolak itu.

"Kalian manusia rendahan mana mungkin dewa Naga mau dengan kalian. Cuih! Cepat katakan dimana dia?"

Meilani hanya diam saja, tangannya masih mengusap lengan putranya. Bibir wanita cantik itu tertutup rapat dan dia sama sekali tidak merespon apapun yang dikatakan oleh wanita itu.

Hanya Leonard yang sejak tadi menanggapi pertanyaan wanita angkuh. Dia masih percaya bahwa ayahnya adalah seorang pria yang berkuasa atas dunia. Namun, Meilani masih kekeh menolak identitas suaminya.

"Pria kecil, apakah ayahmu adalah pria yang ada di gambar ini?" tanya wanita itu sambil menunjukkan selembar kertas bergambar pria.

Leonard melihat gambar pria yang berdiri gagah bersandar pada mobil mewah dengan memegang pedang bergagang kepala naga, dahinya berkerut lalu kepalanya menggeleng.

Melihat reaksi pria kecil wanita itu seketika tertawa sumbang. Apa yang ada dipikirannya ternyata benar. Tidak mungkin juga jika pimpinan pusat akan memilih wanita sembarangan hingga menghasilkan anak yang cacat.

"Benar dugaanku, kalian bukan lah keluarga Dewa Naga Langit. Begitu miskin dan cacat, sedangkan dia adalah sosok pria yang kuat," hina wanita itu.

"Putraku tidak cacat, dia tumbuh sehat dan kuat. Mungkin Anda salah masuk kamar, silakan keluar dan pintunya di sana!" usir Meilani.

Tanpa ragu lagi wanita itu berbalik badan dan segera melangkah meninggalkan ruangan itu. Namun, saat hampir sampai di pintu tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan menampilkan sosok pria dingin dengan pakaian biasa saja hanya jubah hitam.

Kedua nya saling menatap, tetapi wanita itu segera memutus pandangannya dengan gelengan kepala.

"Siapa Anda dan perlu apa hingga datang ke ruang ini?"

"Aku Angeli putri sekte bulan sabit. Datang mencari calon suamiku--Dewa Naga," jawab Angeli.

Sosok pria dingin yang tidak lain adalah Jaquer hanya menatap datar dan menggeser tubuhnya. Kemudian dia berjalan meninggalkan sosok perempuan itu.

Apa yang dilakukan oleh Jaquer membuat wanita menggeram kesal. Dia merasa dihina dan direndahkan. Baru pertama ini dia melihat pria yang begitu tidak tertarik akan penampilannya.

"Hai, selangkah lagi kau menjauh maka hidupmu akan hancur!" ancamnya.

Namun, suara wanita itu tidak mampu menghentikan langkah Jaquer menuju ke brankar putranya. Pria itu tersenyum sambil mengulurkan lengannya untuk menggapai dahi Leonard.

"Tunggu sebentar lagi, kamar ini tidak sesuai untuk kemajuan kesehatanmu. Aku sudah memesan kamar yang lebih baik untuk menunjang kesehatanmu, Jagoan!"

"Jangan buang uang kamu, cukup ini saja. Tunggu hingga esok, kesehatan pasti datang," ucap Meilani.

Jaquer menatap lembut pada manik mata cokelat madu milik istrinya. Wanita dengan surai hitam panjang itu terlihat begitu anggun dan tegas. Jari jemarinya yang panjang dan lancip tampak indah meskipun terdapat beberapa gurat otot yang kencang.

Namun, Jaquer merasakan adanya perubahan suhu di ruangan itu. Suhu yang begitu panas yang mampu membakar seluruh raganya. Sesaat pria itu malayangkan pandangannya pada sosok lainnya.

Tatapan tajam menusuk jantung Jaquer ketika pandangannya bertemu pada mata hitam pekat milik Angeli. Wanita itu menekan Jaquer, tetapi pria itu bergeming.

"Pulanglah pada ketua mu, di sini tidak ada orang yang seperti itu!"

"Bangsat, tutup mulutmu!" Bersamaan akhir kalimat itu sebuah pisau kecil dengan mata tajam melesat menuju ke jantung Jaquer.

Ternyata tidak hanya satu melainkan ada tiga pisau dengan tujuan yang berbeda. Dengan santai Jaquer menggeser tubuhnya, lalu gerakan ringannya berhasil menangkap ketiga pisau terbang itu dan langsung menyimpannya dalam gerak tanpa terlihat oleh anak istrinya.

Apa yang dilakukan masih mampu dilihat oleh Angeli, membuat wanita itu membeliak kaget dan melangkah mundur. Dia pun langsung berbalik badan berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Apa yang Anda bawa itu, Ayah?"

"Hanya makanan ringan untuk ibu, pasti kalian belum makan sedari pagi." Jaquer berkata sambil menyerahkan bungkusan plastik hitam pada istrinya.

Wanita itu menerima dan membukanya langsung. Kedua matanya seketika berminat kala terlihat dua burger dalam ukuran sedang di dalam sana. Tangannya terulur masuk lebih dalam untuk mengeluarkan salah satunya.

Kemudian di serahkan pada putranya dan berkata, "makanlah ini, Leon!"

Leonard menerima dengan mata berbinar lalu pandangannya beralih pada Jaquer, "terima kasih, Ayah!"

Belum sempat burger itu masuk ke mulut, terdengar langkah beberapa orang mendekati brankar sambil mendorong kursi roda.

"Ruang khusus sudah siap, silakan duduk di sini agar lebih mudah kami pindahkan!" kata seorang perawat dengan nada rendah.

Tanpa menjawab, Jaquer segera bertindak untuk memindahkan Leonard pada kursi roda. Sementara istrinya membereskan beberapa barang yang sempat dibawanya.

Setelah semua siap, perawat itu segera membawa tubuh Leonard dan yang lainnya ke tempat rawat baru. Ruang rawat VVIP yang dipesan Jaquer.

Sebuah ruangan yang terlihat begitu mewah dengan adanya beberapa fasilitas yang memanjakan mata membuat Meilani membuka mulutnya lebar. Bahkan tangannya menarik lengan Jaquer dengan gelisah.

"Tenang saja, semua untuk putraku, Sayang," kata Jaquer lembut.

Jantung Meilani berdetak lebih kencang, panggilan itu mengingatkan masa indahnya dulu saat keduanya masih dalam masa jaya. Masa sebelum semua hancur akibat ulah seseorang yang tidak bertanggungjawab dan hingga kini orang tersebut belum mampu terkuak.

Tidak hanya jantungnya yang over dosis, kedua pipinya pun berubah memerah. Jaquer mengulum senyum lalu memajukan kepalanya sedikit lebih rendah agar mencapai ujung telinga wanita cantik itu.

"Jangan menggodaku di sini jika masih ingin aku sehat!" bisik Jaquer lembut.

Mendengar kalimat Jaquer seketika wanita muda mengangkat kepalanya dan menatap tajam pada pria itu. Bibirnya yang tipis mengumpul bak bunga mawar yang merekah sempurna.

"Turunkan sedikit kecantikan ini, Meime. Aku tidak tahan lagi," ucap Jaquer masih berniat menggoda istrinya.

Namun, interaksi indah itu harus berhenti kala terdengar derit pintu terbuka. Tampak sepasang suami istri dengan kesombongannya. Lalu di belakangnya menyusul wanita cantik dengan gaun merah menyala sepanjang lutut. Wanita yang menampilkan keanggunan dan keseksian yang begitu memanjakan mata.

"Mei, bagaimana kamu akan membayar semua biaya rumah sakit ini. Apa kamu tahu berapa uang yang dibutuhkan untuk ada di ruang ini, Hah!"

"Punya suami kok tidak ada otak. Sudah miskin bergaya mewah! Segera pindahkan pria kecil ke ruang sempit di sana!" kata Richard Hurt--ayah Meilani.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status