Share

Destiny About Me
Destiny About Me
Penulis: silvia0507

Bab 1.

Penulis: silvia0507
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 20:50:59

Di sebuah rumah mewah nan megah, terdapat seorang laki-laki berusia 25 tahun yang sedang berseteru dengan orang tuanya, pria itu begitu marah saat dia tiba-tiba di beritahu jika dirinya akan di jodohkan oleh seorang wanita yang sama sekali tidak dia kenal.

Ada beberapa alasan, kenapa dia tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Selain karena dia sudah memiliki kekasih, ada fakta yang paling tidak bisa ia terima adalah. Perempuan yang akan di jodohkan dengannya memiliki kekurangan, yaitu tidak bisa bicara.

Itu sebabnya pria bernama Rama tersebut, sangat tidak setuju dan menolak dengan tegas.

"Sampai kapanpun aku tidak ingin menuruti keinginan Papa dan Mama. Aku tidak ingin menikah dengan gadis bisu itu!"

"Rama! Jaga ucapanmu. Dia punya nama. Dan dia itu calon istri kamu!"  Rama tersenyum miring menatap sang Papa sengit.

"Terserah! Aku tidak peduli. Intinya aku tidak ingin menikah dengan dia!" tunjuk Rama pada gadis yang sedari tadi hanya diam menunduk tidak berani menatap orang-orang yang baru dia kenal dan baru ia temui.

"Baiklah jika kamu tidak mau menikah dengan Ayana. kamu akan Papa coret dari daftar keluarga, dan Papa tidak akan memberikan harta warisan kepadamu. Harta yang sudah Papa siapkan. Akan Papa tarik kembali." ancam sang Papa mantap.

Membuat Rama membulatkan matanya, memandang Papanya tidak percaya, hanya tidak ingin menuruti keinginan. Ia tidak mendapatkan apa-apa dari keluarganya sendiri, bahkan di coret dari daftar keluarga. Gadis seperti apa yang membuat orang tuanya tega dengan anaknya sendiri. Pikir pria itu.

"Pilihan ada di tangan kamu. Menikah, atau kehilangan semuanya." Rama mengacak rambutnya kesal, ia sangat frustasi.

"Ayolah nak turuti keinginan Papamu," mohon Bu Sarah Mama dari pria tersebut.

Rama menoleh, memandang tajam pada gadis yang masih betah menunduk. Rama bimbang jika tidak menuruti keinginan Papanya maka ia tidak memiliki apa-apa. Tapi jika ia menikah dengan gadis itu. dirinya tidak mungkin mencintainya, karena dia sudah memiliki kekasih yang sangat dia cintai, Di tambah gadis yang akan menikah dengannya memiliki kekurangan fisik. Ayana gadis tuna wicara.

Orang tua Rama memiliki hutang budi dengan orang tua gadis itu, dulu Ayah Ayana lah yang membantu kesulitan Papanya hingga menjadi sukses seperti sekarang. Dan kenapa Rama harus menikah, itu karena Ayana kini tinggal sendiri. Setelah Ayah dan Ibunya meninggal dalam kecelakaan beruntun sepuluh tahun yang lalu membuat Ayana tidak memiliki siapa-siapa lagi.

Papa Rama yang bernama Suryo Baskara menyesal baru mengetahui berita tersebut baru-baru ini. Jika dia tahu dari awal maka Ayana tidak hidup sendiri tanpa orang tua. Hidup gadis itu pasti tidak menderita seperti sekarang.

Saat Pak Suryo menemukan informasi dari anak buahnya Ayana tinggal di rumah kontrakan kecil. Gadis itu berjualan bunga setiap pagi hingga sore.

Itulah kenapa beliau ingin Ayana menikah dengan putranya karena ia ingin gadis itu bisa hidup bahagia, dan merubah sifat keras kepala dari putranya, yang tidak pernah bisa di atur dan semaunya sendiri.

Pak Suryo juga ingin membalas budi kebaikan Ayah Aya yang begitu baik, mungkin jika dulu dia tidak bertemu dengan Ayahnya Aya, hidupnya akan sengsara, hutang di mana-mana, dan mungkin juga akan tinggal di kolong jembatan.

"Menurutlah nak, ini demi kebaikanmu. Ayana itu gadis baik," bujuk sang Mama lagi, beliau ingin sekali gadis malang itu menjadi menantunya, tak peduli dengan keadaan gadis itu, yang terpenting dia sudah sayang seperti  ia sayang pada anaknya.

Ini juga demi kebaikan sang putra yang sulit sekali di atur, Bu Sarah berharap Aya bisa membuat anaknya berubah.

Ibu Sarah melihat Ayana gadis baik lemah lembut, cantik dan murah senyum. Meskipun ia memiliki kekurangan, tak membuat Aya putus asa di kehidupannya yang hanya seorang diri, semangatnya begitu besar, tak peduli pada orang-orang yang selalu memandang kekurangannya.

***

"Sah!"

"Sah!" suara begitu riuh saat kata sah sudah terdengar di ruangan yang baru saja melakukan prosesi ijab kabul.

Semua tersenyum bahagia bersyukur acara bejalan lancar dan penuh hikmat, namun tidak untuk Rama Adicandra Baskara. Wajahnya datar tidak ada senyum sama sekali di wajah tampannya. Bahkan saat dia memakaikan cincin di jari lentik Ayana, Rama terlihat sekali jika terpaksa melakukannya di terlihat acuh.

"Senyum! Jangan bikin Papa malu." bisik suara Papanya membuat Rama terpaksa tersenyum di depan para tamu.

Senyum manis tidak pernah luntur dari bibi cantik seorang Ayana Salsabila. Ia merasa bahagia, meskipun suaminya tidak ingin mengakui pernikahan ini.

Ayana bernjanji akan mempertahankan rumah tangganya, namun jika takdir mengharuskan ia untuk menyerah maka dia akan menyerah saat itu juga. 

Selesai para tamu memberi selamat dan menikmati hidangan yang sudah di sediakan, satu-persatu tamu pun meninggalkan tempat acara. Rama sudah sangat lelah dan kesal harus bersandiwara di depan orang-orang jika dia bahagia.

"Pasti kalian lelah, istirahatlah, ajak Aya kekamar." suruh Bu Sarah pada putranya.

"Iya ma, Aya pamit naik keatas dulu ya, terima kasih untuk hari ini,"  ucap Ayana menggerakkan tangannya dengan bahasa isyarat.

Sarah yang tidak mengerti menjadi bingung. Gadis itu mengerti Mama mertuanya tidak paham, ia pun mengetikkan kata-kata di ponselnya.

Bu Sarah tersenyum mengusap pundak sang mantu. "Nggak usah bilang makasih, ini semua untuk kamu." ucap Bu Sarah sambil tersenyum lembut.

Rama berada di sampingnya memutar bola matanya jengah. Ia kesal pada istrinya yang mendapat perhatian dari orang tuanya. Rama memperhatikan wajah istrinya. Dia akui jika memang Aya sangat lah cantik. Namun cantik saja tidak cukup baginya, dan menurutnya Aya hanya beban dan menyusahkan dirinya nanti, di tambah kekurangan itu yang akan membuatnya malu mengakui jika gadis di hadapannya ini adalah istrinya.

Sesampainya di kamar saat Ayana sudah selesai berganti baju, ia gugup. Walaupun dirinya belum pernah berpacaran ataupun menikah, Dia cukup tau apa yang harus di lakukan seorang istri di malam pertama pernikahannya.

Jika Rama ingin meminta haknya maka ia akan berikan, Karena itu memang sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri. "Ngapain lo berdiri di situ!" suara Rama menyadarkan Ayana dari lamunannya.

Gadis itu menggeleng pelan sambil tersenyum. "Ingat ya. Pernikahan ini cuma sebatas setatus di atas kertas. Selebihnya. Lo nggak gue anggep. Ngerti!" senyum yang tercetak di bibir cantik Aya perlahan luntur, ia pun hanya bisa mengangguk.

"Nih!" Rama melempar bantal tepat mengenai wajah Aya.

"Gue nggak sudi satu ranjang sama lo. tidur di lantai!" suruhnya lalu merebahkan tubuhnya menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Aya tersenyum getir, seharusnya dia tidak sampai harus tegang dan gugup. Mana mau suaminya menyentuhnya, menerima pernikahan ini saja tidak.

Aya berjalan pelan ke samping ranjang, menaruh bantal di lantai di susul dengan dirinya yang meringkuk karena lantai begitu dingin hingga ke tulang.

Gadis itu mulai memejamkan matanya, bayangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba muncul hingga membuatnya meneteskan air mata, rasa rindu tiba-tiba menguap. Sampai mimpi menjemputnya hingga bertemu kedua orang tuanya di dalam mimpi.

Pagi harinya Rama sudah rapi, ia akan mengajak Ayana tinggal di apartemennya. Jika di sini yang ada hidupnya tidak tenang. Apapun selalu di awasi, Hidupnya pasti akan di atur Papanya dan bersandiwara lagi di hadapan keluarga adalah hal membosankan.

Kalau di apartemen, dia akan bebas melakukan apa saja, termasuk dengan istri bisunya itu. Pikiran licik sudah ia rancang. Rama tersenyum miring pada Aya yang sedang di ajak bicara oleh orang tuanya.

"Ram, memangnya nggak bisa di tunda dulu pindahannya. Kan Mama masih mau ngobrol sama Aya, Ram." rengek Bu Sarah.

"Nggak bisa Ma, besok aku ada meeting. Jarak rumah ke kantor jauh, kalau dari apartemen dekat." Bu Sarah tampak cemberut.

Sarah masih ingin mengobrol dengan menantu istimewanya ini, Sarah sudah begitu menyayangi gadis itu, Padahal mereka baru beberapa kali bertemu.

"Aku pamit ya Pa, Ma," Rama menyalami tangan kedua orang tuanya, di susul Aya lalu memeluk Mama mertuanya itu.

"Kamu yang betah ya sama Rama, dia itu baik tapi ya gitu. Suka marah-marah," Aya tersenyum lalu mengangguk.

"Iya ma, sekali lagi terima kasih. Aya pergi dulu." tulis Aya di ponselnya.

Selesai pamit Rama segera tancap gas meninggalkan pelataran rumah orang tuanya, di perjalanan suasana begitu hening dan tegang.

Di tambah Rama membawa mobil begitu cepat. Membuat Aya menutup matanya rapat-rapat, bayangan masa lalu ketika kecelakaan yang merengut Ayah dan Ibunya terbayang di benaknya.

Napasnya mulai tidak stabil, namun Rama tidak peduli. Lebih tepatnya tidak tahu jika Aya memiliki trauma terhadap kendaraan yang melaju begitu kencang.

Aya mencengkram lengan Rama, membuat pria itu menoleh. Ia sedikit terkejut melihat keringat dingin keluar dan juga napas naik turun dari tubuh gadis itu. "Kenapa lo! Mau mati jangan di mobil gue!" hardiknya.

Hingga beberapa saat Aya tak sadarkan diri. Rama sempat panik dan ingin membawa Aya kerumah sakit, namun ia berpikir lagi jika dirinya tidak ingin di repotkan oleh gadis bisu tersebut. Akhirnya Rama memilih tetap pulang ke apartemennya.

Sesampainya di parkiran, terpaksa Rama membopong tubuh Aya kedalam apartemennya. Ia membanting tubuh mungil itu dan menatap tajam Aya yang belum sadarkan diri. "Dasar istri nggak guna. Bisanya buat susah!" 

Brak!

Rama keluar dari kamar tersebut dan membanting pintu. Ia menarik napas sedalam-dalamnya lalu di buang secara perlahan. Pelan ia berjalan ke sofa menatap lurus kedepan, bayangan pernikahan semalam dan juga hari-hari yang akan ia lalui membuatnya menggelengkan kepala, ia tidak mau hidup menderita dengan gadis bisu itu. Sebelum dia yang di buat susah maka dirinya duluan yang akan membuat gadis bisu itu menderita. "Selamat datang di penderitaanmu Aya!" desis Rama bersamaan dengan senyum miringnya.

Bab terkait

  • Destiny About Me   Bab 2.

    Tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang ingin, lahir dengan keadaan dalam kekurangan. Namun apakah kita bisa memilih, tentu saja tidak bisa. Kita sebagai makhluk yang terlahir di dunia ini harus bisa menerima dan menjalani takdir yang sudah tuhan beri.Tidak perlu mengeluh ataupun menyalahkan tuhan, percayalah jika ada tawa setelah tangis, ada suka setelah duka.Itu yang selalu menguatkan hati seorang Ayana Salsabila. Jika tidak dirinya sendiri siapa yang menguatkannya untuk hidupnya sendiri.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat Rama yang masih bergelung di bawah selimut, terpaksa bangun dan membuka pintu tersebut."Apaan sih! Ganggu aja." Aya tersenyum lalu menyodorkan ponselnya."Makasih ya, kemarin Mas bawa aku sampai sini. Maaf aku ngerepotin Mas Rama, aku nggak bisa tahan rasa takut aku."Rama tersenyum sinis. "Gue nggak peduli!"Brak!Rama menutup pintu kamarnya lagi tepat di depan wajah Aya. Ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Destiny About Me   Bab 3.

    "Bunga terus yang di kasih makan, emang kamu sudah makan?" tanya Dafa ketika melihat Aya yang begitu tekun merawat tanamannya.Aya sedikit terkejut saat mendengar suara Dafa, ia menoleh sekejap lalu mengeluarkan ponselnya untuk menuliskan sesuatu. "Sudah, kalau kamu sudah belum?""Wah.. Ini pertanyaan atau tawaran, kan lumayan kalau dapat sarapan gratis." ujar Dafa berniat menggoda gadis itu.Aya tersenyum lalu memberi isyarat untuk tidak kemana-mana. Dafa menurut, ia menunggu gadis itu. Hingga beberapa menit Aya kembali dengan membawa satu piring nasi penuh berserta lauknya. Dafa mendelik padahal kan niatnya hanya menggoda gadis itu, namun ternyata Aya benar-benar memberikannya sarapan.Karena jarak pagar balkon mereka menempel Aya mudah menaruh piring tersebut di atas pagar Dafa.Raut wajah Aya berubah ketika Dafa tak kunjung menerima makanannya. Apakah semua orang tidak ingin mencoba makanan dari masakannya.Perlahan Aya menarik kembali p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Destiny About Me   Bab 4.

    Hari demi hari sudah berlalu begitu cepat. Tidak terasa umur pernikahan Rama dan Ayana sudah dua minggu lamanya.Kian hari bukannya kebahagiaan yang Aya dapatkan, namun siksaan demi siksaan di berikan oleh Rama kepadanya. Pria itu semakin menyiksa Aya tiada henti, tidak ada hari selain meyakiti gadis itu. Hingga saat ini pun Rama tidak pernah mengagap Aya sebagai istrinya, melainkan sebagai pelayan di apartemennya.Aya selalu menuruti keinginan suaminya, tapi entah kenapa apapun yang di lakukannya selalu salah. Sampai-sampai ia bingung harus bagaimana.Hubungan dengan tetangganya itu pun juga sangat baik, saat ini hanya Dafa yang bisa menghiburnya, tadinya pria yang masih berusia 24 tahun itu tidak curiga. Namun lama-kelamaan saat melihat wajah pucat dan lebam di pipi Aya. Ia mulai curiga.Dafa sudah menyuruh Aya untuk melaporkan suaminya yang sudah melakukan KDRT pada pihak yang berwajib, namun Aya memohon untuk tidak memberitahu kepada siapapun ataupun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Destiny About Me   Bab 5.

    "Tadi gue bilang beli martabak apa! Kenapa rasa ini!" bentak Melinda ketika martabak yang Aya bawa tidak seperti dia mau.Aya mengambil kertas dan pulpen di atas meja. "Maaf, martabak yang kamu minta tidak ada, jadi aku belikan itu aja. Maaf jika kamu tidak suka,""Alasan! Bilang aja lo nggak ikhlas kan!" Aya menggelengkan kepalanya kuat."Ini ada apa sih. Ribut-ribut?" saut Rama."Ini lho sayang, istri kamu. Aku minta martabak coklat sama Red velvet, malah di belikan ini." adu Melinda sambil memberi bungkusan itu pada Rama.Pria itu menatap horor kearah Aya yang memandangnya dengan tatapan sendu, berharap suaminya tidak menyalahkan dirinya."Lo tau nggak. Pacar gue alergi kacang! Lo mau bunuh pacar gue! Iya!!" bentak Rama murka.Aya menggeleng kuat, dia tidak tahu jika Melinda alergi kacang, Ia mundur ketika Rama maju dengan emosi penuh.Plak!Rama menampar pipi Aya kiri dan kanan terus-menerus secara kuat hingga sudut

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Destiny About Me   Bab 6.

    "Dafa. Makasih ya, sudah mau belikan aku bubur sama bahan makanan lainnya. Nanti kalau aku sudah punya uang, aku kembalikan."ujarnya dengan tulisan di ponsel."Nggak usah di kembalikan, aku ikhlas untuk kamu." tulus Dafa Aya mengangguk tidak enak."Kalau gitu aku pamit dulu ya, aku ada perlu." pamit Dafa lalu segera pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aya.Wanita itu memperhatikan Dafa hingga hilang di balik pintu lift, ia menatap bungkusan yang Dafa belikan untuknya. Berupa beras lima kilo, mie instan dan juga beberapa butir telur. Lagi-lagi Aya sangat merasa tidak enak, tapi karena ia memang butuh dan juga pria itu yang menawarkan membuatnya menerima bantuannya.Aya segera masuk. Dan langsung menuju dapur untuk menaruh barang bawaannya.Prang!Aya memekik sampai menutup telinganya, ketika suara benda pecah menghantam dinding di dekatnya. "Bagus ya lo! Suami nggak ada di rumah, lo keluyuran sama cowok lain!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Destiny About Me   Bab 7.

    Dafa bernafas lega ketika melihat Aya membuka matanya, gadis itu tak sadarkan diri cukup lama. Pria itu hampir saja membawa Aya kerumah sakit jika tidak sadar-sadar juga."Alhamdulillah kamu sudah sadar," Dafa mengucap syukur memandang Aya senang.Aya memegangi kepalanya yang berdenyut, ia mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi.Wanita itu bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Sigap Dafa membantu menaruh bantal di balik punggung Aya.Aya mengambil buku di sampingnya lalu menulis sesuatu, Dafa diam menunggu apa yang Aya tulis. "Terima kasih ya, kamu mau nolongin aku. Maaf aku pasti merepotkanmu.""Tidak perlu bilang makasih, sebagai teman. Kita harus saling tolong menolong," ada rasa nyeri ketika dirinya mengatakan jika dia teman pada Aya.Dafa berdeham tidak ingin memperdulikan isi hatinya. "Aku sudah buat kan bubur, tadi aku lihat bahan yang kita beli kemarin ada di tong sampah." Aya mendelik lalu cepat-cepat menulis."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Destiny About Me   Bab 8.

    "Assalamu'alaikum," salam Rama ketika masuk kedalam rumahnya.Semua penghuni rumah orang tua Rama menoleh kearahnya, Bu Sarah tersenyum lebar ketika melihat siapa yang datang. "Ya ampun Aya, Mama kangen sama kamu nak. Apa kabar?" Aya tersenyum canggung lalu menyalami tangan sang mertua."Alhamdulillah baik Ma," tulis Aya di buku kecilnya."Tapi kok. Mama lihat kamu kurusan sayang? Muka kamu juga pucat?""Itu Ma, dia memang lagi kurang enak badan. Tadinya aku minta dia istirahat aja tapi dianya nggak mau." jawab Rama memotong ucapan Mamanya, dia takut Mamanya akan curiga."Jadi kamu lagi nggak enak badan? Kalau badan kamu kurang fit. Aturan nggak usah ikut nggak apa-apa nak, ini cuma acara keluarga yang kumpul setiap bulan." Bu Sarah terlihat sekali jika khawatir pada menantunya."Tuh kan sayang, apa aku bilang. Tadi aku bilang apa? Nggak usah ikut." ucap Rama lembut memberi senyuman manis pada wanita itu.Bu Sarah mengulum senyum sena

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Destiny About Me   Bab 9.

    Karena hari belum terlalu larut, Dafa mengajak Aya terlebih dahulu ke suatu tempat. Di dekat taman kota, ada penjual yang berderetan menjajahkan jualannya.Dafa memilih mengajak Aya mencicipi minuman khas jawa tengah. "Gimana suka?" tanya Dafa saat mengajak Aya membeli minuman hangat.Aya mengangguk sambil terus menyendok wedang ronde yang baru pertama kali gadis itu minum."Sangat enak, aku baru pertama kali mencobanya, ternyata enak." Dafa terkekeh pelan sambil mengacak rambut gadis itu.Aya terdiam dengan detak jantung yang berpacu kuat, setiap Dafa melakukan kontak fisik hatinya selalu berdebar, lebih berdebar ketika ia bersama suaminya."Kamu belum pernah mencoba minuman ini?" tanya Dafa tidak percaya. Aya mengulum senyum sambil menggeleng."Ini minuman khas jawa tengah. Biasanya untuk menghangatkan tubuh. Kalau kondisi tubuh kurang fit pasti enakan badannya, setelah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • Destiny About Me   Bab 126.

    Di tengah malam sekitar pukul 00:30 seorang gadis cantik, terlihat gelisah di atas kasur. Sedari tadi tubuhnya terus bergerak kesana kemari, gadis tersebut adalah Syifa, yang sedang bingung untuk mengambil keputusan apa tentang Tito. Hatinya tengah bimbang, antara masih ragu, takut dan tidak percaya. Syifa ragu jika harus menikah di usia muda, namun dia juga takut kehilangan Tito kalau sampai dirinya menolak, di sisi lain Syifa tidak percaya jika Tito merubah keputusannya menjadi menikahi dirinya, bukan untuk melamarnya. Jujur Syifa takut jika dia menikah sekarang, dirinya tak bisa membahagiakan pria tersebut, selama ini Tito begitu tulus mencintainya. Dirinya takut kalau nanti akan mengecewakan pria yang begitu dia cintai. Menghembuskan napas berulang kali, Syifa pun bermonolog. "Mungkin ini jalan terbaik, semoga apa yang sudah aku putuskan. Nggak akan salah dan merugikan semuanya." mengepalkan tangannya gadis tersebut menguatkan dirinya sendiri. "Syifa! ayo kamu pasti bisa. N

  • Destiny About Me   Bab 125.

    "Maksud Mas gimana? bukannya kita kesana baru mau membicarakan tentang hubungan kita ke Bapak?"Tito merubah posisinya, ia memegang setir dengan dua tangannya. "Mereka tetap mau menjodohkan aku dengan perempuan itu, kecuali aku sudah menikah. Maka mereka akan menghentikan perjodohan dan merelakan aku nikah sama kamu," "Tapi Mas, aku masih kuliah, memangnya Mas nggak masalah punya istri yang berstatus mahasiswa?""Memang kenapa? Mas nggak masalah. Menurut Mas lebih cepat lebih baik, atau kamu yang belum siap?" "Aku nggak tau? Aku cuma nggak mau jadi istri yang nggak baik,""Kenapa bisa mikir gitu, banyak kok di luar sana. Istrinya yang masih berstatus pelajar, dan mereka bisa menjalani itu dengan baik." lanjut Tito tak mau kalah. "Kasih aku waktu untuk mikir," putus Syifa memohon pada Tito agar pria itu mengerti dirinya juga berhak mengambil keputusan. Menarik napas panjangnya, Tito hanya bisa mengangguk pelan, menghargai keinginan gadisnya yang ingin memikirkan lebih dulu tentang

  • Destiny About Me   Bab 124.

    Hari demi hari telah di lalui oleh Aya begitu cepat, tidak terasa kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan sesuai rencana. Acara tujuh bulanannya akan di adakan dikota semarang, sesuai permintaan wanita itu, tentu Dafa dengan senang hati, mempersiapkan semuanya. Dan rencananya esok lusa, mereka akan berangkat ke sana, lalu untuk masalah syifa. Dafa waktu itu turun tangan menemui orang tua Tito. Memberitahu jika putra mereka sudah memiliki pendamping, tak perlu menjodohkan karena Tito sudah memiliki wanita yang sudah pria itu pilih. Dafa sempat adu mulut dengan orang tua Tito, mereka tidak setuju jika putranya menikah dengan wanita yang bukan pilihan dari orang tuanya. Namun Dafa tidak ingin membuat sahabatnya menderita lagi oleh kelakuan orang tuanya, maka ia memberanikan diri untuk melawan ucapan kedua orang tua tersebut. "Sayang, sudah dong kamu jangan gerak kesana sini, aku nggak mau ya. Kamu kecapean," Aya mengulas senyum. Menghampiri suaminya yang berdiri sembari mel

  • Destiny About Me   Bab 123.

    Sudah berada di parkiran mobil, Aya diam berpegangan pada badan mobil lebih dulu. "Sayang, kita kerumah sakit ya?" ajak Dafa yang tak tega dan juga melihat wajah pucat kesakitan istrinya. Aya menggeleng pelan. "Nggak usah Mas, aku nggak apa-apa. Kita pulang aja.""Nggak apa-apa gimana? kamu kesakitan gini. Kita tetap kerumah sakit, oke."Dafa tidak mau terjadi sesuatu kepada calon anaknya, tapi Aya kekeuh tak ingin pergi. "Nggak usah Mas, aku mau pulang. Aku mau istirahat, aku yakin buat istirahat sudah hilang. Jadi kita pulang aja ya," mohon Aya matanya menatap sendu kepada suaminya. Dafa menghela napas panjangnya, ia paling lemah jika Aya sudah memohon seperti itu. "Oke kita pulang aja," membantu Aya masuk ke mobil dan juga memasangkan sabuk pengaman. Setelah menutup pintu ia berniat segera memutari mobilnya, namun saat berbalik badan Dafa cukup terkejut ada Pak Suryo dan Bu Sarah. "Ada apa lagi?" ucap Dafa datar. "Maaf saya harus segera pulang.""Kami ingin mengucapkan terima

  • Destiny About Me   Bab 122.

    Sudah berada di depan tempat Rama berada, Ayana meminta untuk tidak keluar terlebih dahulu, ia mengatur dirinya sendiri, agar tidak takut, tidak gugup dan yang paling harus tetap tenang. Dengan setia Dafa di sampingnya, menggengam tangan Aya yang terasa dingin dan berkeringat, sembari terus memandang sang istri dari samping, ia juga memberi kecupan di punggung tangan wanita itu. "Sebentar ya Mas," izin Aya saat menoleh mendapati sang suami menatap teduh kepadanya. "Iya sayang, aku tenangin diri dan persiapkan semuanya, aku di sini selalu jagain kamu." mengangguk pelan Aya kembali melihat kedepan, yang di mana ia sudah melihat ada Pak Suryo dan Bu Sarah sedang menunggu dirinya. Mereka tidak datang kearahnya, karena Dafa sudah memberitahu kepada mereka untuk sabar dan menunggu terlebih dahulu. Memejamkan matanya Aya seperti melafalkan doa, Dafa menepuk puncak kepala istrinya dengan sayang. Membuka matanya Aya menggerakkan tangannya. "Yuk Mas," ajak Aya yang sudah yakin. "Sudah si

  • Destiny About Me   Bab 121.

    "Sayang, bisa nggak? nggak usah dandan. Biasa aja gitu, bajunya emang nggak ada yang lain?" keluh Dafa saat melihat istrinya yang sedang memoleskan bedak ke wajahnya. Aya memutar bola matanya jengah, ini sudah yang keberapa kalinya, Dafa mengatakan hal yang sama. "Ini sudah biasa aja Mas, aku bahkan nggak pakai lipstik. Baju ini juga baju rumahan," kata Aya dengan tatapan sebalnya. "Ck_ kamu tuh terlalu cantik, Ay_ aku nggak suka,""Terus aku harus gimana? aku udah biasa aja lho. Kalau Mas terus kayak gini, mending nggak usah pergi!" ujar Aya menggunakan bahasa isyarat. "Oke, lebih baik memang seperti itu. Kita nggak usah pergi!" saut Dafa. Aya mengangguk, lalu berjalan merebahkan tubuhnya di atas kasur, melihat itu Dafa melongo tak percaya, padahal ia tidak serius. "Lho sayang, kok kamu malah tidur sih? kan kita mau ke lapa?" bangun lagi dari rebahannya, Aya kian menatap Dafa kesal. "Tadi siapa yang nyuruh nggak jadi pergi? ya udah mending aku tidur!" jawab Aya matanya pun mel

  • Destiny About Me   Bab 120.

    Brak!! Suara gebrakan terdengar begitu keras di salah satu tempat kecil dan sedikit gelap. Di sana ada satu perempuan tengah duduk di kursi tangan dalam keadaan terikat di belakang tubuhhya. Tangisan pun terdengar lirih di sela keheningan yang ada, perempuan itu tidak sendiri, ada dua laki-laki berjas hitam. "Maksud kamu apa datang ke toilet ketika sepi, dan ingin melabrak pacar saya?!" ujar suara bariton di hadapan perempuan itu, dan suara pria tersebut tak lain adalah Tito. Ia menyuruh anak buahnya untuk menculik Felly dan membawanya di salah satu gedung kosong, Tito hanya ingin sedikit memberi pelajaran kepada wanita yang sudah membuat sang kekasih ketakutan. "Kamu mau celakai Syifa? IYA?!" Felly terlonjak kaget mendengar bentakan dari Tito. "Kamu nggak tau berhadapan dengan siapa? kamu pikir saya diam aja, ketika ada orang yang mau menyakiti pacar saya."Tubuh Felly menegang, ia begitu ketakutan melihat raut wajah Tito, yang biasanya ia lihat begitu tampan, kini berubah men

  • Destiny About Me   Bab 119.

    "Syifa. Kamu nggak apa-apa kan dek?" tiba di rumah Syifa langsung di lihat kondisinya oleh sang Kakak. Tadi Dafa mendapatkan kabar dari Tito, Syifa di ganggu oleh salah satu mahasiswi di sana, tentu Dafa langsung kalang kabut bahkan ia ingin menyusul Syifa ke kampus. Namun urung, saat Tito mengatakan jika masalah ini biar dia yang mengurus. "Aku nggak apa-apa, Mas. Tadi aku telepon pihak keamanan di kampus, jadi alhamdulillah sebelum aku kenapa-napa, satpam sudah datang dan tolongin aku. Lagian tadi juga ada teman aku yang bantuin, kalau nggak ada siapa-siapa, ya aku nggak tau nasib aku." ujar Syifa. "Alhamdulillah, Mas khawatir banget sama kamu dek.""Tenang aja, Daf. Syifa aman kalau sama gue." timpal Tito. "Tolong ya ngaca. Lo ya sumber dari masalah ini," sungut Dafa kesal. "Lah kok gue?'" Iyalah, coba lo nggak caper ke mereka. Nggak ada yang bakal ganggu adek gue!""Astagfirullah_ siapa yang caper coba?!" jawab Tito tak terima. "Halah sok-sokan. Nggak mau ngaku lagi," Tito

  • Destiny About Me   Bab 118.

    Syifa berada di kamar mandi bersama satu gadis bernama Weni, dia adalah teman satu bangku dengang Syifa, keduanya terlihat asyik bercanda hingga suara bantingan pintu terdengar cukup keras membuat dua gadis itu terlonjak kaget. "Kalian apa-apaan sih! mau ngapain Hah?!" bentak Weni yang begitu berani. Syifa membulatkan matanya melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam kearahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah, ingat pesan dari sang kekasih Syifa buru-buru masuk kedalam satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam. "Jangan sembunyi lo! keluar." bentak seorang gadis. "Kenapa, lo takut! dasar cupu." Syifa tak memperdulikan teriakan yang tak lain adalah Felly. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, Syifa menelpon nomer keamanan kampus, beruntung pihak kampus bisa memberi nomer jika terjadi sesuatu pada mahasiswa atau mahasiswinya. "Hai! mau ngapain kalian di sini. Kalian ke kampus untuk belajar, bukan sok jadi pahlawan seperti ini!" bentak pak Rahmat, m

DMCA.com Protection Status