Share

Melvin Memiliki Kekasih?

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 04:15:30

“Jangan beritahu siapa pun, Regina. Aku mohon,” pinta Thania dengan suara gemetar, matanya memburu ketakutan, seolah setiap kata yang keluar bisa menjadi peluru yang membunuhnya di kemudian hari.

Tangannya menggenggam erat tangan Regina, mencari pegangan di tengah badai yang terus menghantam hidupnya.

Ia baru saja menceritakan semuanya—penderitaan dalam pernikahan yang tak pernah ia impikan, kebohongan Melvin yang membuatnya terjebak, dan cinta palsu yang berubah menjadi penjara tanpa pintu keluar.

Regina terpaku. Matanya berkaca-kaca menatap Thania yang kini jauh dari sosok ceria dan profesional yang ia kenal selama ini.

Di hadapannya kini duduk seorang wanita yang hancur, dengan mata sembab dan tubuh lelah seperti telah memikul beban dunia.

“Aku tidak menyangka jika sikap Melvin akan semakin menjadi,” ucap Regina perlahan, suaranya nyaris berbisik karena takut menyakiti Thania lebih dari yang sudah ia alami.

“Aku tahu, dia memang sedikit arogan dan seringkali berdebat dengan ayahnya. Tapi... mendengar bahwa dia juga menipumu, aku benar-benar terkejut, Thania.”

Thania hanya tersenyum lirih. Senyum yang tidak mengandung kebahagiaan—hanya sisa-sisa kekuatan untuk tetap terlihat hidup.

“Ini semua salahku, Regina. Aku terlalu bodoh... terlalu polos...” suaranya patah-patah, seperti tiap katanya menyayat tenggorokannya.

“Aku kehilangan akal. Hanya karena dijanjikan utang lunas saja... aku langsung luluh. Aku pikir... aku pikir dia sungguh mencintaiku. Ternyata, ini balasan yang harus aku dapatkan...”

Air mata kembali mengalir di pipinya, tanpa isak, hanya diam dan jatuh satu per satu seperti gerimis yang menghantam tanah kering. Hening, tapi menghancurkan.

Regina mengusap lembut lengan Thania, mencoba menyalurkan kekuatan melalui sentuhan yang hangat.

Tanpa berkata apa pun, ia menarik tubuh Thania ke dalam pelukannya—erat, dalam, dan tulus.

Ia tahu, pelukan itu mungkin tak akan menyelesaikan apa-apa, tapi paling tidak... bisa membuat Thania merasa tidak sendirian untuk sesaat.

“Jangan sungkan untuk menceritakan semuanya padaku, Thania. Jangan pendam sendiri. Aku ada untukmu,” bisik Regina penuh ketulusan, sambil mengusap punggung sahabatnya perlahan.

Thania mengangguk pelan di pelukan itu. “Terima kasih, Regina... Kau gadis yang baik. Aku senang memiliki sahabat dan partner kerja sepertimu. Mungkin, satu-satunya alasan aku bisa bertahan sejauh ini adalah karena kau masih ada.”

Regina menarik tubuh Thania agar bisa melihat wajahnya. Ia tersenyum hangat, meski matanya ikut berkabut oleh air mata yang ia tahan.

“Kalau kau lelah dan ingin menyerah... sebaiknya menyerah saja, Thania. Hidup ini terlalu singkat untuk terus disiksa. Kau berhak bahagia, bahkan lebih dari siapa pun.”

Thania menunduk. Tangannya saling menggenggam erat di pangkuan, seolah jika ia tidak memeluk dirinya sendiri, tubuhnya akan runtuh saat itu juga.

“Sulit, Regina... Dia memegang rahasia keluargaku. Aku akan terjebak selamanya dalam hidup Melvin. Akan selamanya menjadi boneka mainan Melvin.”

Kata-kata itu keluar seperti sumpah kutukan. Matanya menatap kosong ke arah lantai, seolah masa depannya terhampar di sana—gelap, sunyi, dan tanpa harapan.

Regina terdiam. Ia ingin bicara, ingin mengusulkan sesuatu, ingin mengatakan bahwa ada jalan keluar. Tapi kenyataan yang Thania katakan itu benar—Melvin bukan pria biasa.

Ia punya kuasa. Punya kendali. Dan jika Regina bertindak gegabah, bukan hanya Thania yang akan hancur... dirinya pun bisa ikut binasa.

“Maaf, aku tidak bisa membantumu, Thania. Aku pun takut… aku juga hanya wanita lemah, sama sepertimu,” ucap Regina lirih, suaranya nyaris tak terdengar di antara degup kecemasan yang memenuhi ruang kecil itu.

Thania tidak berkata apa-apa selama beberapa saat. Matanya kosong menatap lantai, seolah sedang menenangkan badai di dalam dadanya yang tak pernah reda.

Lalu perlahan, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis—senyum yang tak membawa cahaya, hanya luka yang tersamar rapi.

“It’s okay, Regina. Tidak perlu membantu apa pun. Aku akan bertahan… semampuku, sebisaku,” jawab Thania dengan suara yang terdengar tenang, tapi sebenarnya penuh ketakutan yang ditelan diam-diam.

Regina memeluknya lagi. Erat. Ia tahu pelukannya tak bisa menyelamatkan Thania dari kenyataan yang menyesakkan, tapi setidaknya… bisa membuatnya merasa sedikit lebih hangat, meski hanya untuk sejenak.

Di dalam pelukannya, Regina menahan tangis. Betapa berat beban yang harus Thania jalani.

Ia bukan hanya wanita biasa yang terjebak dalam pernikahan yang dingin dan penuh kebencian, tapi juga seorang kakak, seorang tulang punggung keluarga, seorang wanita yang memikul utang demi membebaskan kakaknya yang bahkan tak tahu balas budi.

Dan kini, nasib menggiringnya untuk menjadi istri dari pria seperti Melvin—arogan, manipulatif, licik, dan berhati dingin.

Sekadar membayangkannya saja sudah cukup membuat bulu kuduk Regina merinding. Tapi Thania? Ia menjalaninya… setiap hari, setiap malam. Sendiri.

**

Waktu bergulir. Jam telah menunjukkan pukul lima sore ketika mobil mereka berhenti di depan rumah.

Melvin membuka pintu dengan langkah santai, tapi sorot matanya tetap dingin dan tak bersahabat.

“Siapkan air hangat untukku,” titahnya singkat, tanpa menoleh, sambil membuka satu per satu kancing kemejanya, seolah Thania adalah pelayan pribadinya, bukan istri sahnya.

Thania tidak menjawab. Tak ada tenaga lagi untuk membantah. Tak ada suara yang tersisa untuk menyanggah.

Ia hanya memutar tubuh dan melangkah menuju kamar mandi, menjalankan perintah seperti mesin yang kehilangan jiwa.

Di dalam kamar mandi, ia mengisi bath tub dengan air hangat, memastikan suhunya pas, seperti yang Melvin suka.

Ia bahkan menambahkan minyak aroma terapi, meski tak pernah diminta. Bukan karena dia peduli—tapi karena satu kesalahan kecil bisa memicu amarah yang tak terkendali.

Lima belas menit berlalu. Saat air sudah siap, Thania keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan.

“Air hangatnya sudah siap,” ucapnya datar, seperti kaset yang diputar ulang tanpa emosi.

Melvin meliriknya sekilas, lalu meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia bangkit dan masuk ke kamar mandi tanpa mengucapkan terima kasih. Tentu saja. Ia tak pernah melakukannya.

Thania duduk di tepi tempat tidur, memejamkan mata sejenak. Satu tarikan napas… dua tarikan napas… mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak pernah benar-benar tenang di rumah ini.

Lalu—ding—suara notifikasi dari ponsel Melvin menyentaknya.

Tanpa sadar, matanya melirik ke arah layar ponsel yang menyala. Ia bukan tipe pencemburu.

Bahkan tidak merasa punya hak untuk cemburu. Tapi kali ini... dadanya terasa seperti diremas ketika membaca pesan yang muncul di layar:

‘Sampai jumpa nanti, Melvin. Aku sudah tidak sabar bertemu denganmu.’

Thania menegang. Tangannya bergetar, alisnya mengerut. Jantungnya berdegup lebih cepat.

“Siapa dia? Jadi… selama ini dia memiliki kekasih?” gumamnya lirih.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
wahhh Melvin siapa yang kamu chat .kamu kok curang c Thania harus takluk d bawah oerintahmu sedangkan kamu bisa senang-senang sesuka hatimu.
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Kalau sudah punya pacar kenapa mempertahankan Thania. aneh si Melvin ini..
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Rahasia apa yang Melvin pegang untuk menjerat mu Thania.. jadilah pendiem jangan merespon apapun yang di omongin Melvin. biarkan dia berbicara sendiri tanpa kau timpali Thania..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Penasaran dengan Sosok Wanita itu

    “Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Melvin yang baru saja keluar dengan handuk melingkar di pinggang, rambutnya masih basah meneteskan air ke lantai marmer yang dingin.Ia mengerutkan kening begitu menyadari Thania berdiri kaku di sisi tempat tidur, memandangi dirinya dengan tatapan kosong, datar, namun penuh tekanan yang tak terucap.Thania tidak menjawab langsung. Ia menatap Melvin dalam-dalam, matanya tak berkedip, penuh emosi yang terbungkus rapat.Lalu dengan nada dingin dan datar, ia bertanya tanpa tedeng aling-aling, “Kau memiliki kekasih? Kenapa tidak kau nikahi saja wanita itu?”Melvin terdiam sejenak, wajahnya menyiratkan keterkejutan. Ia melangkah pelan, menghindari genangan air di lantai, lalu mengambil ponselnya dari meja kecil di samping tempat tidur.Jarinya menggenggam erat ponsel itu seakan hendak menyembunyikan sesuatu. Ia menoleh ke arah Thania, yang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan penuh tuntutan.“Kenapa diam?” desak Thania, nadanya lebih tegas sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Permintaan Wanita yang Tidak Bisa Dibatalkan

    “A—apa yang kau lakukan di sini?” tanya Melvin terkejut, suaranya tertahan namun terdengar cukup tajam.Ia segera meraih tangan wanita yang memeluknya dan menariknya masuk ke dalam ruang kerjanya dengan gerakan cepat dan penuh tekanan, lalu menutup pintu rapat-rapat di belakang mereka.Joana, wanita cantik berusia dua puluh sembilan tahun itu, mendengus pelan, jelas tidak menyukai sambutan dingin yang baru saja ia terima.Ia berdiri tegak di tengah ruangan, rambut bergelombangnya tergerai sempurna, gaun pastel yang dikenakannya terlihat kontras dengan suasana tegang yang mulai mengisi udara.“Karena aku merindukanmu, Melvin. Kenapa sambutanmu seperti ini padaku?” ucap Joana dengan nada kesal, kedua lengannya terlipat di depan dada.Suaranya penuh protes, namun tetap dibalut gaya manja yang biasa ia pakai saat ingin meluluhkan hati pria itu.Melvin menghela napas dalam, matanya melirik sekilas ke arah jendela kaca di samping pintu.Dari celah tirai tipis, ia bisa melihat Thania masih d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Pertanyaan dari Arion

    “Arion? Kau di sini juga?” Thania memiringkan kepalanya sedikit, lalu melangkah menghampiri pria itu yang sedang duduk di pojok rak buku, tertunduk membaca sebuah buku tebal dengan sampul berwarna cokelat tua.Cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar perpustakaan menyorot setengah wajah Arion, membuatnya tampak tenang dan fokus.Begitu mendengar suara Thania, Arion langsung menutup bukunya dengan satu gerakan halus dan mengangkat wajahnya.Senyuman hangat segera terulas di bibirnya, seperti bias cahaya yang menyelinap lembut ke ruang hati Thania yang sepi.“Ya. Aku di sini bersama dengan timku,” jawab Arion ramah. “Kami sedang menyiapkan beberapa materi literasi untuk program pameran komunitas.” Lalu, dengan nada penasaran, ia menambahkan, “Kau sendiri saja? Atau bersama dengan Regina?”“Hanya sendiri. Regina sedang ada meeting bersama Tuan Kalen,” jawab Thania sambil menunduk sejenak, mengamati rak buku yang ada di sampingnya.Arion mengangguk pelan, matanya masih memandang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Amarah Melvin yang Menggelegar

    “Kenapa sudah pulang?” tanya Thania, suaranya terdengar datar, namun dalam intonasinya terselip sedikit nada heran. Ia melirik jam tangan tipis di pergelangan kirinya.“Baru pukul sembilan. Aku pikir kau tidak akan pulang malam ini,” lanjutnya, sembari melangkah mendekat dan memungut jas hitam Melvin yang tergeletak sembarangan di atas sofa.Melvin tidak segera menjawab. Ia hanya menatap Thania dengan tatapan dingin dan tak terbaca, seolah sedang menilai apakah kata-kata wanita itu layak ditanggapi atau diabaikan begitu saja.“Bukankah Joana sangat merindukanmu?” Thania melanjutkan sambil merapikan lipatan jas itu. Meski nadanya tenang, kata-katanya mengandung tajam yang disengaja. “Seharusnya kau menghabiskan malam—”“Buatkan aku spaghetti.” Suara Melvin memotong tajam kalimat Thania. Ia mengucapkannya tanpa ekspresi, langsung dan memaksa.Thania berhenti sejenak. Keningnya berkerut, bibirnya tertarik samar ke bawah. “Spaghetti?” ulangnya, seolah memastikan pendengarannya.“Apa aku t

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Buang Jauh Mimpi Itu

    "Sakit, Melvin... pelan-pelan," lirih Thania, suara yang nyaris tertelan oleh gelapnya malam dan gemetar napasnya yang kacau.Kamar itu sunyi, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu malam kecil di sisi ranjang. Tapi keheningan itu tidak menenangkan—justru menciptakan ruang hampa yang membekukan jiwa.Di sana, Thania terbaring dengan tubuh yang menggigil dan hati yang tercabik. Kedinginan merayap di balik kulitnya, bukan karena udara, tapi karena perlakuan seseorang yang seharusnya menjadi pelindung dalam ikatan suci bernama pernikahan.Namun tidak. Ini bukan perlindungan. Ini penindasan.Sorot mata Melvin menatapnya tanpa perasaan, penuh bara dendam yang membakar nuraninya. Raut wajah tampan yang dulu sempat Thania percayai, kini tampak seperti topeng iblis.Tidak ada kelembutan. Tidak ada cinta. Yang ada hanya kebencian, menyelinap dalam setiap geraknya, dalam setiap kata yang mengiris lebih tajam dari pisau."Kau pikir aku menikahimu karena aku mencintaimu?" bisiknya dengan nada

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ancaman Gila Melvin

    "Dengan menjadi istrimu yang akan kau siksa setiap harinya?" ucap Thania lirih, suara seraknya nyaris patah. Matanya menatap Melvin dengan luka yang tak bisa ia sembunyikan lagi.Melvin mengangguk mantap. Tegas. Tanpa ragu sedikit pun."Ya. Itu benar." katanya, suaranya dingin dan dalam. "Kau adalah istriku. Dan kau akan hidup sesuai keinginanku. Tak ada pengecualian."Thania menunduk, menggenggam ujung selimut tebal yang bergetar di tangan. Air mata terus mengalir, namun ia tak mengusapnya. Untuk apa? Tangisnya pun tak punya tempat lagi untuk berlabuh.Tubuhnya masih terasa sakit. Bukan hanya karena sentuhan kasar Melvin beberapa menit yang lalu, tetapi karena kata-kata yang terucap dari mulut pria itu—kata-kata yang lebih tajam dari bilah pisau mana pun."Kau adalah boneka mainan," lanjut Melvin, mendekat dan mencengkram dagu Thania dengan kasar, mengangkat wajah wanita itu agar menatapnya."Boneka milikku. Bagian dari perjalanan hidupku. Maka dari itu, turuti semua perintahku. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Wanita Murahan ini adalah Istrimu!

    “Selamat atas pernikahanmu, Thania,” sapa Arion dengan nada hangat, matanya menatap lembut ke arah Thania yang tengah berdiri di depan pintu ruang rapat menunggu Melvin.Thania menoleh, kedua alisnya terangkat tipis. “Terima kasih, Arion,” jawabnya pelan sambil memeluk file di dadanya lalu menghela napas.“Kenapa kau tidak datang di acara pernikahanku dua hari yang lalu?” tanya Thania ingin tahu.Arion menghela napas sejenak, menunduk. “Maafkan aku, Thania. Ayahku tiba-tiba sakit, aku harus menemaninya ke luar kota kemarin malam. Kupikir masih sempat kembali, tapi jadwal penerbangan…” Suaranya tersendat, menahan rasa bersalah di sudut mulut.Thania mengangguk pelan, sorot matanya penuh pengertian. “Aku mengerti, keluarga memang lebih penting.” Ia tersenyum, berusaha menutupi rasa kecewa kecil yang merayap di dada.Arion melempar senyum tipis. “Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ia menepuk lembut pundak Thania sebelum melangkah mundur.Mereka menoleh bersama ke arah seber

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ucapan Gila Melvin

    “Berani sekali kau berkata seperti itu padaku,” ucap Melvin, suaranya datar namun menakutkan, seperti ancaman yang tersembunyi di balik ketenangan.Matanya menusuk tajam ke wajah Thania, seolah ingin mengoyak setiap lapisan harga diri wanita itu.Namun Thania tetap berdiri di tempatnya, tak sedikit pun gentar. Meski seluruh tubuhnya bergetar, ia menahan diri untuk tidak mundur.Kepalanya tetap tegak, meski matanya enggan menatap mata pria itu. “Aku rasa, tidak ada yang salah dengan ucapanku. Itu benar. Kenyataan. Kau sudah menikahiku, dan menjadikan wanita murahan ini adalah istrimu.”Nadanya tenang, namun luka yang dibawanya terasa dalam. Kata-kata itu bukan bentuk perlawanan, melainkan jeritan sunyi dari hati yang terlalu lama tertindas.Ia bahkan tidak ingin menatap Melvin, karena melihat wajah pria itu hanya akan mengingatkannya pada luka-luka yang tak kunjung sembuh.Di dalam hatinya, Thania berteriak. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya terjebak dalam pusaran pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26

Bab terbaru

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Amarah Melvin yang Menggelegar

    “Kenapa sudah pulang?” tanya Thania, suaranya terdengar datar, namun dalam intonasinya terselip sedikit nada heran. Ia melirik jam tangan tipis di pergelangan kirinya.“Baru pukul sembilan. Aku pikir kau tidak akan pulang malam ini,” lanjutnya, sembari melangkah mendekat dan memungut jas hitam Melvin yang tergeletak sembarangan di atas sofa.Melvin tidak segera menjawab. Ia hanya menatap Thania dengan tatapan dingin dan tak terbaca, seolah sedang menilai apakah kata-kata wanita itu layak ditanggapi atau diabaikan begitu saja.“Bukankah Joana sangat merindukanmu?” Thania melanjutkan sambil merapikan lipatan jas itu. Meski nadanya tenang, kata-katanya mengandung tajam yang disengaja. “Seharusnya kau menghabiskan malam—”“Buatkan aku spaghetti.” Suara Melvin memotong tajam kalimat Thania. Ia mengucapkannya tanpa ekspresi, langsung dan memaksa.Thania berhenti sejenak. Keningnya berkerut, bibirnya tertarik samar ke bawah. “Spaghetti?” ulangnya, seolah memastikan pendengarannya.“Apa aku t

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Pertanyaan dari Arion

    “Arion? Kau di sini juga?” Thania memiringkan kepalanya sedikit, lalu melangkah menghampiri pria itu yang sedang duduk di pojok rak buku, tertunduk membaca sebuah buku tebal dengan sampul berwarna cokelat tua.Cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar perpustakaan menyorot setengah wajah Arion, membuatnya tampak tenang dan fokus.Begitu mendengar suara Thania, Arion langsung menutup bukunya dengan satu gerakan halus dan mengangkat wajahnya.Senyuman hangat segera terulas di bibirnya, seperti bias cahaya yang menyelinap lembut ke ruang hati Thania yang sepi.“Ya. Aku di sini bersama dengan timku,” jawab Arion ramah. “Kami sedang menyiapkan beberapa materi literasi untuk program pameran komunitas.” Lalu, dengan nada penasaran, ia menambahkan, “Kau sendiri saja? Atau bersama dengan Regina?”“Hanya sendiri. Regina sedang ada meeting bersama Tuan Kalen,” jawab Thania sambil menunduk sejenak, mengamati rak buku yang ada di sampingnya.Arion mengangguk pelan, matanya masih memandang

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Permintaan Wanita yang Tidak Bisa Dibatalkan

    “A—apa yang kau lakukan di sini?” tanya Melvin terkejut, suaranya tertahan namun terdengar cukup tajam.Ia segera meraih tangan wanita yang memeluknya dan menariknya masuk ke dalam ruang kerjanya dengan gerakan cepat dan penuh tekanan, lalu menutup pintu rapat-rapat di belakang mereka.Joana, wanita cantik berusia dua puluh sembilan tahun itu, mendengus pelan, jelas tidak menyukai sambutan dingin yang baru saja ia terima.Ia berdiri tegak di tengah ruangan, rambut bergelombangnya tergerai sempurna, gaun pastel yang dikenakannya terlihat kontras dengan suasana tegang yang mulai mengisi udara.“Karena aku merindukanmu, Melvin. Kenapa sambutanmu seperti ini padaku?” ucap Joana dengan nada kesal, kedua lengannya terlipat di depan dada.Suaranya penuh protes, namun tetap dibalut gaya manja yang biasa ia pakai saat ingin meluluhkan hati pria itu.Melvin menghela napas dalam, matanya melirik sekilas ke arah jendela kaca di samping pintu.Dari celah tirai tipis, ia bisa melihat Thania masih d

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Penasaran dengan Sosok Wanita itu

    “Kenapa menatapku seperti itu?” tanya Melvin yang baru saja keluar dengan handuk melingkar di pinggang, rambutnya masih basah meneteskan air ke lantai marmer yang dingin.Ia mengerutkan kening begitu menyadari Thania berdiri kaku di sisi tempat tidur, memandangi dirinya dengan tatapan kosong, datar, namun penuh tekanan yang tak terucap.Thania tidak menjawab langsung. Ia menatap Melvin dalam-dalam, matanya tak berkedip, penuh emosi yang terbungkus rapat.Lalu dengan nada dingin dan datar, ia bertanya tanpa tedeng aling-aling, “Kau memiliki kekasih? Kenapa tidak kau nikahi saja wanita itu?”Melvin terdiam sejenak, wajahnya menyiratkan keterkejutan. Ia melangkah pelan, menghindari genangan air di lantai, lalu mengambil ponselnya dari meja kecil di samping tempat tidur.Jarinya menggenggam erat ponsel itu seakan hendak menyembunyikan sesuatu. Ia menoleh ke arah Thania, yang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan penuh tuntutan.“Kenapa diam?” desak Thania, nadanya lebih tegas sekarang

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Melvin Memiliki Kekasih?

    “Jangan beritahu siapa pun, Regina. Aku mohon,” pinta Thania dengan suara gemetar, matanya memburu ketakutan, seolah setiap kata yang keluar bisa menjadi peluru yang membunuhnya di kemudian hari.Tangannya menggenggam erat tangan Regina, mencari pegangan di tengah badai yang terus menghantam hidupnya.Ia baru saja menceritakan semuanya—penderitaan dalam pernikahan yang tak pernah ia impikan, kebohongan Melvin yang membuatnya terjebak, dan cinta palsu yang berubah menjadi penjara tanpa pintu keluar.Regina terpaku. Matanya berkaca-kaca menatap Thania yang kini jauh dari sosok ceria dan profesional yang ia kenal selama ini.Di hadapannya kini duduk seorang wanita yang hancur, dengan mata sembab dan tubuh lelah seperti telah memikul beban dunia.“Aku tidak menyangka jika sikap Melvin akan semakin menjadi,” ucap Regina perlahan, suaranya nyaris berbisik karena takut menyakiti Thania lebih dari yang sudah ia alami.“Aku tahu, dia memang sedikit arogan dan seringkali berdebat dengan ayahnya

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Cabut Saja Nyawaku

    “Apa kau gila?” bentak Thania segera setelah suara langkah Kalen menghilang dari balik pintu.Ia menoleh cepat ke arah Melvin, matanya melebar karena marah dan tak percaya. “Aku tidak mau pergi bulan madu denganmu.”Nada suaranya bergetar. Bukan hanya karena emosi, tapi karena ketakutan yang perlahan merayap masuk ke dalam dirinya.Gagasan untuk berdua saja dengan Melvin di tempat asing selama dua minggu membuat perutnya terasa mual.“Kau pikir aku mau?” sahut Melvin, tak kalah sengit.Suaranya meninggi, memantul di dinding ruang kerja yang kini menjadi arena perang tanpa saksi. “Aku pun tidak sudi menghabiskan waktu denganmu kalau saja aku punya pilihan!”Thania mendengus getir. “Salahmu sendiri! Kau yang mulai berbohong pada ayahmu. Aku diam karena tak ingin membuat suasana kacau, tapi kau terus saja bertindak semaumu!”Melvin menggertakkan giginya. Urat di rahangnya menegang.Matanya penuh bara, tak ada sedikit pun niat untuk mundur dari argumennya. “Kita akan tetap pergi. Sabtu be

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ucapan Gila Melvin

    “Berani sekali kau berkata seperti itu padaku,” ucap Melvin, suaranya datar namun menakutkan, seperti ancaman yang tersembunyi di balik ketenangan.Matanya menusuk tajam ke wajah Thania, seolah ingin mengoyak setiap lapisan harga diri wanita itu.Namun Thania tetap berdiri di tempatnya, tak sedikit pun gentar. Meski seluruh tubuhnya bergetar, ia menahan diri untuk tidak mundur.Kepalanya tetap tegak, meski matanya enggan menatap mata pria itu. “Aku rasa, tidak ada yang salah dengan ucapanku. Itu benar. Kenyataan. Kau sudah menikahiku, dan menjadikan wanita murahan ini adalah istrimu.”Nadanya tenang, namun luka yang dibawanya terasa dalam. Kata-kata itu bukan bentuk perlawanan, melainkan jeritan sunyi dari hati yang terlalu lama tertindas.Ia bahkan tidak ingin menatap Melvin, karena melihat wajah pria itu hanya akan mengingatkannya pada luka-luka yang tak kunjung sembuh.Di dalam hatinya, Thania berteriak. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya terjebak dalam pusaran pe

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Wanita Murahan ini adalah Istrimu!

    “Selamat atas pernikahanmu, Thania,” sapa Arion dengan nada hangat, matanya menatap lembut ke arah Thania yang tengah berdiri di depan pintu ruang rapat menunggu Melvin.Thania menoleh, kedua alisnya terangkat tipis. “Terima kasih, Arion,” jawabnya pelan sambil memeluk file di dadanya lalu menghela napas.“Kenapa kau tidak datang di acara pernikahanku dua hari yang lalu?” tanya Thania ingin tahu.Arion menghela napas sejenak, menunduk. “Maafkan aku, Thania. Ayahku tiba-tiba sakit, aku harus menemaninya ke luar kota kemarin malam. Kupikir masih sempat kembali, tapi jadwal penerbangan…” Suaranya tersendat, menahan rasa bersalah di sudut mulut.Thania mengangguk pelan, sorot matanya penuh pengertian. “Aku mengerti, keluarga memang lebih penting.” Ia tersenyum, berusaha menutupi rasa kecewa kecil yang merayap di dada.Arion melempar senyum tipis. “Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ia menepuk lembut pundak Thania sebelum melangkah mundur.Mereka menoleh bersama ke arah seber

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Ancaman Gila Melvin

    "Dengan menjadi istrimu yang akan kau siksa setiap harinya?" ucap Thania lirih, suara seraknya nyaris patah. Matanya menatap Melvin dengan luka yang tak bisa ia sembunyikan lagi.Melvin mengangguk mantap. Tegas. Tanpa ragu sedikit pun."Ya. Itu benar." katanya, suaranya dingin dan dalam. "Kau adalah istriku. Dan kau akan hidup sesuai keinginanku. Tak ada pengecualian."Thania menunduk, menggenggam ujung selimut tebal yang bergetar di tangan. Air mata terus mengalir, namun ia tak mengusapnya. Untuk apa? Tangisnya pun tak punya tempat lagi untuk berlabuh.Tubuhnya masih terasa sakit. Bukan hanya karena sentuhan kasar Melvin beberapa menit yang lalu, tetapi karena kata-kata yang terucap dari mulut pria itu—kata-kata yang lebih tajam dari bilah pisau mana pun."Kau adalah boneka mainan," lanjut Melvin, mendekat dan mencengkram dagu Thania dengan kasar, mengangkat wajah wanita itu agar menatapnya."Boneka milikku. Bagian dari perjalanan hidupku. Maka dari itu, turuti semua perintahku. Jang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status