Dia tidak membenci orang yang membunuh keluarganya saja, dia juga mulai membenci pria di hadapannya ini. Menjengkelkan.
“Huh? silakan,” kata pria itu sambil menyodorkan tangannya pada sungai yang dingin. ”Aku sedang bosan, jadi aku pikir menyenangkan melihat orang yang sekarat,” sambungnya dengan senyuman menjijikan.
April mendengus kesal, tapi tidak ada gunanya dia marah, karena dia akan mati hari ini. April memutar tubuhnya, menatap kembali sungai yang dingin. Entah kenapa, kali ini April lebih percaya diri. Dia merasa tidak takut ketika pria itu sudah berbicara jahat kepadanya.
“Tapi sebelum itu, bagaimana jika aku membantumu menghapus darahmu?” Pria itu mengambil kain dari saku celananya, lalu menghapus darah di pelipis April dan bibirnya.
Walaupun terasa perih, tapi April dapat merasakannya bahwa pria itu mengusapnya dengan lembut. Entah kenapa, April ingin menerima kebaikan bohong itu. Mata yang tadi mengintimidasi April, kini beralih pada luka yang terlihat pria itu khawatirkan. April kesal, dengan sikap pria ini yang membingungkan.
April menepis tangan pria itu. “Sudahlah! Tidak perlu membuat lelucon lagi untukku. Kenapa kamu begitu jahat kepada orang yang akan mati?” April memutar bola matanya.
Pria itu masih memegangi pergelangan tangan April, sampai suara sirine mulai bising di telinga mereka. April menoleh pada sekumpulan mobil polisi. Para polisi juga dengan cepat menghampiri April dengan pelan-pelan dan berhasil menarik tubuhnya. Mereka membawa April ke dalam mobil Polisi.
“Kenapa ada Polisi kemari?” batin April yang merasa bingung dengan keadaan saat ini.
Tidak ada yang berbicara saat ini. Entah pria itu, Polisi, bahkan dirinya. April menoleh ke belakang untuk melihat pria yang sedari tadi membuat lelucon dengannya. April kebingungan dengan situasi ini yang tiba-tiba.
“Apakah dari tadi dia mengulur waktu? Supaya aku tidak mati?” katanya di dalam hati.
April mulai memasuki mobil polisi tersebut. Dia berhenti menoleh ke belakang, karena dia tahu bahwa pria itu juga mengikutinya. April sekarang mengeratkan pakaiannya. Dia ingin sekali menangis. Entah karena dia yang sudah mengacaukan rencananya atau karena dia sudah menyelamatkannya.
“Haruskah aku bersyukur? Aku tetap saja terluka,” batinnya.
Hanya memerlukan beberapa menit untuk sampai ke tujuan. Tapi anehnya, April tidak dibawa ke kantor Polisi atau Rumah Sakit. April malah diantar ke sebuah rumah besar yang memiliki tiga lantai.“Kenapa mereka membawaku kemari? Apa ada yang salah dengan otak mereka?”
Begitu April keluar dari mobil, enam pelayan beserta satu yang sepertinya merupakan ketua pelayan menyambut sang Tuan, pria yang telah menolongnya itu. Mereka tampak membungkukkan tubuhnya. April juga membukkan tubuhnya kepada para pelayan itu. Mereka terlihat ramah. Dua pelayan langsung memberikan selimut pada tubuhnya.
April tidak mengerti, kenapa dia berada disini. Sejauh apa dia akan menolongnya.
“Biarkan saya mengantar Anda ke kamar,” kata salah seorang pelayan kepada April.
Enam pelayan itu mengikuti April. Ada yang mengambil obat, ada yang mengambil nampan berisi minum dan makanan, ada yang mengambil air hangat. April tahu, itu pasti untuknya. April akan bertanya kepada Pria tadi setelah ini selesai.
“Apakah dia orang kaya? Sepertinya benar. Tidak mungkin orang biasa memiliki rumah sebesar ini dan pelayan. Apakah dia tinggal sendiri?” batin April lagi, bertanya-tanya.
Begitu dia memasuki kamarnya, seorang wanita dengan jas putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya itu menatap April dengan senyuman yang ramah.
“Kemarilah, April. aku akan mengobatimu,” pinta Dokter muda itu.
Saat April melihat wanita itu, dia merasa tidak asing dengannya. April merasa bahwa dia pernah bertemu dengan Dokter itu di suatu tempat.
“Kenapa dia mengetahuiku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya April di dalam hati.
Para pelayan membantu April untuk berbaring di kasurnya. Mereka juga mulai membersihkan luka dan debu yang menempel pada tangan dan kakinya. Karena April merasa tidak biasa, dia melarang para pelayan itu untuk melakukan hal seperti itu kepadanya.
“A-Aku akan melakukannya sendiri,” kata April.
April berusaha merebut kain basah dan kering yang akan membersihkan tubuh April.
“Tidak apa-apa. Tuan menyuruh kami untuk merawat Anda. Jangan merasa terbebani, ini adalah pekerjaan kami,” jawab salah seorang Pelayan itu.
Walaupun pelayan itu berkata ini tugas mereka, dia tetap saja tidak nyaman. April adalah orang laur. Dia tidak mengenal pria yang menolongnya itu. Walaupun begitu, April terlihat seperti nyonya sekarang.
“Kenapa kalian tahu namaku?” April bertanya kepada mereka termasuk kepada Dokter yang sibuk dengan infusan yang dia pasang.
April bertanya kepada mereka karena April datang ke tempat ini tiba-tiba. Kecuali, jika pria tadi memberitahunya.
“Si bodoh itu yang memberitahu kami. Ah, aku tidak habis pikir dengannya. Dia bilang kepadaku jika aku tidak datang dalam sepuluh menit, dia akan membunuhku. Memangnya sedekat apa rumahku ke rumah ini? Apa aku harus jadi burung supaya cepat?! Hah, menyebalkan. Tapi aku senang yang akan aku bantu adalah wanita yang cantik,” ungkapnya.
Ekspresi Dokter itu yang cepat berubah membuat April tertawa. Beberapa pasang mata yang melihat April tertawa malah membeku. Bukan karena April tidak sopan, tapi April lebih menawan dari pada saat dia datang dengan tubuh yang lemah.
“Apakah kau kekasihnya?” tanya Dokter itu itu tiba-tiba.
“Apa yang sedang Dokter itu katakan?! Tunggu, jangan bilang mereka mengira bhawa aku kekasihnya?! Aku dengannya? Berpacaran?! Lebih baik aku mencium es batu dari pada harus menyukai pria dingin dan tidak berperasaan itu!” batin April.
April membelalakan matanya. Beberapa pasang mata melihat dirinya. April membeku, tidak mungkin dia kekasih orang gila itu. April menggelengkan kepalanya dan semua orang teriak dengan kecewa.
“Anda bukan kekasih Tuan?” tanya para pelayan dengan serentak.
“Huh? Eh? Aku—”
“Kamu kekasihnya, kan?” tanya seorang pelayan yang menyatukan sepuluh jarinya, berharap bahwa wanita di depannya adalah kekasih Tuan dia.
“Sepertinya dia bukan kekasihnya,” ujar Dokter wanita itu.
April lebih terkejut dengan reaksi kecewa mereka. Apalagi enam pelayan yang bertanya bersama, seperti anak kucing kembar enam. Mereka bertanya dengan suara yang keras. Lalu Dokter yang sedang merawatnya juga seperti menahan tangis, setelah kekesalan yang dia ungkapkan.
“Apa? Tolong, katakan sesuatu kepada kami. Apakah kamu kekasihnya? Tunangannya? Atau kalian sudah menikah?”
“Dan punya anak?”
PLAK!
Dokter memukul kepala salah seorang pelayan itu.
“Tidak mungkin. Dia tidak hamil, kok,” jawabnya.
Dokter itu membuat ekspresi menggoda kepada April. Membuat enam pelayan curiga bahwa April hamil anak pria tadi.
“Bu-bukan. Kenapa kalian terlihat kecewa? Memangnya dia orang seperti apa?” tanya April dengan penasaran. Itu karena Tuan mereka memiliki sikap yang membingungkan. Dia menjengkelkan tapi dia tiba-tiba menolong dirinya sampai bisa ke rumah ini.
“Aish, aku bersin terus, rupanya kalian semua sedang membicarakan aku disini!” ucap pria yang belum memperkenalkan dirinya dengan baik itu kepada April. Dia terlihat sedang menggesek hidungnya beberapa kali. April berpikir mungkin karena udara dingin setelah menyelamatkan April. “Ma-maaf, Tuan. Kami sudah selesai, jadi kami akan pergi ke dapur,” ujar salah seorang pelayan itu membawa kelima pelayan yang lain untuk pergi dari kamar tersebut. Dokter juga pergi meninggalkan mereka dengan sengaja. Kini, hanya tersisa April dan pria yang terus menatapnya. Pria itu memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia masih berdiri, memiringkan kepalanya. “Hey, kau penasaran kepadaku? Huh! Setelah aksimu tadi? Aku benar, kamu memang tidak ingin mati.” Dia masih mengomel bahkan di rumahnya. “Si-siapa namamu?” tanya April dengan mata yang sayu dan suara yang bergetar. “Wah, akhirnya kamu bertanya siapa aku. Terima kasih karena sudah peduli, namaku Dewangga Endaru orang yang telah menyelamatkan
Sudah setengah bulan April bekerja di minimarket dekat kontrakan barunya. Setidaknya untuk bertahan hidup yang pas pasan, gaji dari minimarket di dekat rumahnya cukup. April hanya melakukan part time, sisanya diam di rumah meratapi hidup barunya. Sebelum orang tuanya meninggal, April bekerja sebagai desain interior di salah satu perusahaan Ayahnya bekerja. Tentu saja, di perusahaan itu ada Tomi, jadi sudah pasti April dipecat dari pekerjaannya. Sekarang, dia tidak bisa kerja di perusahaan manapun di Negeri ini, karena Tomi menyebarkan fitnah bahwa April ikut menggelapkan dana bersama Ayahnya. Padahal itu perbuatan Tomi. Walaupun April tahu banyak perusahaan yang menolaknya, tapi dia tidak pantang menyerah untuk melamar ke berbagai Perusahaan dengan kualifikasi dan skill yang dia miliki. Kegiatan setelah pulang bekerja hanya bermalas-malasan dengan ponselnya. Pakaian yang berantakan, makanan yang tidak habis, sampah yang berserakan, juga April yang tidak memiliki suasana hati yang b
Saat itu, April terkejut dengan perkataannya, sementara Angga memasang wajah yang datar. Rupanya, Angga sudah tahu masalah pribadi April. Dia bahkan tahu bahwa April akan melakukan interview hari ini, jadi Angga sebenarnya sengaja menunggunya, bukan tiba-tiba bertemu di lift seperti film romansa. Setelah mendengar Angga yang tahu semua masalah April, dia pun masuk ke dalam mobil Angga dengan pasrah. “Pertama, aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku sadar bahwa kamu berbeda dengan wanita yang pernah aku temui. Tapi bukan berarti kamu spesial, kamu masih tidak menarik seperti wanita biasa,” ucap Angga yang dibalas dengan kedua bola mata April yang berputar. “Kedua, aku akan membantumu untuk membalas dendam. Aku bisa menghancurkan kehidupan dia detik ini juga,” lanjutnya. April merinding mendengar kalimat kedua. Dia sangat enteng mengatakan akan menghancurkan Tomi. “Apa kamu menguntitku?” tanya April. Ya, dia lebih takut tentang itu sekarang. Jika tidak, bagaimana Angga d
“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. “Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga. April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” “Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. “Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, ap
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan