Beranda / Romansa / Dendam Membara Kekasih CEO / Diselamatkan Oleh Pria Misterius

Share

Diselamatkan Oleh Pria Misterius

Dia tidak membenci orang yang membunuh keluarganya saja, dia juga mulai membenci pria di hadapannya ini. Menjengkelkan. 

“Huh? silakan,” kata pria itu sambil menyodorkan tangannya pada sungai yang dingin. ”Aku sedang bosan, jadi aku pikir menyenangkan melihat orang yang sekarat,” sambungnya dengan senyuman menjijikan. 

April mendengus kesal, tapi tidak ada gunanya dia marah, karena dia akan mati hari ini. April memutar tubuhnya, menatap kembali sungai yang dingin. Entah kenapa, kali ini April lebih percaya diri. Dia merasa tidak takut ketika pria itu sudah berbicara jahat kepadanya. 

“Tapi sebelum itu, bagaimana jika aku membantumu menghapus darahmu?” Pria itu mengambil kain dari saku celananya, lalu menghapus darah di pelipis April dan bibirnya. 

Walaupun terasa perih, tapi April dapat merasakannya bahwa pria itu mengusapnya dengan lembut. Entah kenapa, April ingin menerima kebaikan bohong itu. Mata yang tadi mengintimidasi April, kini beralih pada luka yang terlihat pria itu khawatirkan. April kesal, dengan sikap pria ini yang membingungkan. 

April menepis tangan pria itu. “Sudahlah! Tidak perlu membuat lelucon lagi untukku. Kenapa kamu begitu jahat kepada orang yang akan mati?” April memutar bola matanya. 

Pria itu masih memegangi pergelangan tangan April, sampai suara sirine mulai bising di telinga mereka. April menoleh pada sekumpulan mobil polisi. Para polisi juga dengan cepat menghampiri April dengan pelan-pelan dan berhasil menarik tubuhnya. Mereka membawa April ke dalam mobil Polisi.

“Kenapa ada Polisi kemari?” batin April yang  merasa bingung dengan keadaan saat ini.  

Tidak ada yang berbicara saat ini. Entah pria itu, Polisi, bahkan dirinya. April menoleh ke belakang untuk melihat pria yang sedari tadi membuat lelucon dengannya. April kebingungan dengan situasi ini yang tiba-tiba. 

“Apakah dari tadi dia mengulur waktu? Supaya aku tidak mati?” katanya di dalam hati. 

April mulai memasuki mobil polisi tersebut. Dia berhenti menoleh ke belakang, karena dia tahu bahwa pria itu juga mengikutinya. April sekarang mengeratkan pakaiannya. Dia ingin sekali menangis. Entah karena dia yang sudah mengacaukan rencananya  atau karena dia sudah menyelamatkannya. 

“Haruskah aku bersyukur? Aku tetap saja terluka,” batinnya. 

Hanya memerlukan beberapa menit untuk sampai ke tujuan. Tapi anehnya, April tidak dibawa ke kantor Polisi atau Rumah Sakit. April malah diantar ke sebuah rumah besar yang memiliki tiga lantai. 

“Kenapa mereka membawaku kemari? Apa ada yang salah dengan otak mereka?” 

Begitu April keluar dari mobil, enam pelayan beserta satu yang sepertinya merupakan ketua pelayan menyambut sang Tuan, pria yang telah menolongnya itu. Mereka tampak membungkukkan tubuhnya. April juga membukkan tubuhnya kepada para pelayan itu. Mereka terlihat ramah. Dua pelayan langsung memberikan selimut pada tubuhnya.

April tidak mengerti, kenapa dia berada disini. Sejauh apa dia akan menolongnya. 

“Biarkan saya mengantar Anda ke kamar,” kata salah seorang pelayan kepada April. 

Enam pelayan itu mengikuti April. Ada yang mengambil obat, ada yang mengambil nampan berisi minum dan makanan, ada yang mengambil air hangat. April tahu, itu pasti untuknya. April akan bertanya kepada Pria tadi setelah ini selesai. 

“Apakah dia orang kaya? Sepertinya benar. Tidak mungkin orang biasa memiliki rumah sebesar ini dan pelayan. Apakah dia tinggal sendiri?” batin April lagi, bertanya-tanya. 

Begitu dia memasuki kamarnya, seorang wanita dengan jas putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya itu menatap April dengan senyuman yang ramah. 

“Kemarilah, April. aku akan mengobatimu,” pinta Dokter muda itu. 

Saat April melihat wanita itu, dia merasa tidak asing dengannya. April merasa bahwa dia pernah bertemu dengan Dokter itu di suatu tempat. 

“Kenapa dia mengetahuiku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya April di dalam hati. 

Para pelayan membantu April untuk berbaring di kasurnya. Mereka juga mulai membersihkan luka dan debu yang menempel pada tangan dan kakinya. Karena April merasa tidak biasa, dia melarang para pelayan itu untuk melakukan hal seperti itu kepadanya. 

“A-Aku akan melakukannya sendiri,” kata April. 

April berusaha merebut kain basah dan kering yang akan membersihkan tubuh April. 

“Tidak apa-apa. Tuan menyuruh kami untuk merawat Anda. Jangan merasa terbebani, ini adalah pekerjaan kami,” jawab salah seorang Pelayan itu. 

Walaupun pelayan itu berkata ini tugas mereka, dia tetap saja tidak nyaman. April adalah orang laur. Dia tidak mengenal pria yang menolongnya itu. Walaupun begitu, April terlihat seperti nyonya sekarang. 

“Kenapa kalian tahu namaku?” April bertanya kepada mereka termasuk kepada Dokter yang sibuk dengan infusan yang dia pasang. 

April bertanya kepada  mereka karena April datang ke tempat ini tiba-tiba. Kecuali, jika pria tadi memberitahunya. 

“Si bodoh itu yang memberitahu kami. Ah, aku tidak habis pikir dengannya. Dia bilang kepadaku jika aku tidak datang dalam sepuluh menit, dia akan membunuhku. Memangnya sedekat apa rumahku ke rumah ini? Apa aku harus jadi burung supaya cepat?! Hah, menyebalkan. Tapi aku senang yang akan aku bantu adalah wanita yang cantik,” ungkapnya. 

Ekspresi Dokter itu yang cepat berubah membuat April tertawa. Beberapa pasang mata yang melihat April tertawa malah membeku. Bukan karena April tidak sopan, tapi April lebih menawan dari pada saat dia datang dengan tubuh yang lemah. 

“Apakah kau kekasihnya?” tanya Dokter itu itu tiba-tiba. 

“Apa yang sedang Dokter itu katakan?! Tunggu, jangan bilang mereka mengira bhawa aku kekasihnya?! Aku dengannya? Berpacaran?! Lebih baik aku mencium es batu dari pada harus menyukai pria dingin dan tidak berperasaan itu!” batin April. 

April membelalakan matanya. Beberapa pasang mata melihat dirinya. April membeku, tidak mungkin dia kekasih orang gila itu. April menggelengkan kepalanya dan semua orang teriak dengan kecewa. 

“Anda bukan kekasih Tuan?” tanya para pelayan dengan serentak. 

“Huh? Eh? Aku—”

“Kamu kekasihnya, kan?” tanya seorang pelayan yang menyatukan sepuluh jarinya, berharap bahwa wanita di depannya adalah kekasih Tuan dia. 

“Sepertinya dia bukan kekasihnya,” ujar Dokter wanita itu. 

April lebih terkejut dengan reaksi kecewa mereka. Apalagi enam pelayan yang bertanya bersama, seperti anak kucing kembar enam. Mereka bertanya dengan suara yang keras. Lalu Dokter yang sedang merawatnya juga seperti menahan tangis, setelah kekesalan yang dia ungkapkan. 

“Apa? Tolong, katakan sesuatu kepada kami. Apakah kamu kekasihnya? Tunangannya? Atau kalian sudah menikah?”

“Dan punya anak?”

PLAK! 

Dokter memukul kepala salah seorang pelayan itu. 

“Tidak mungkin. Dia tidak hamil, kok,” jawabnya. 

Dokter itu membuat ekspresi menggoda kepada April. Membuat enam pelayan curiga bahwa April hamil anak pria tadi. 

“Bu-bukan. Kenapa kalian terlihat kecewa? Memangnya dia orang seperti apa?” tanya April dengan penasaran. Itu karena Tuan mereka memiliki sikap yang membingungkan. Dia menjengkelkan tapi dia tiba-tiba menolong dirinya sampai bisa ke rumah ini.  

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Febry
Seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status