Beranda / Romansa / Dendam Membara Kekasih CEO / Saatnya Bertahan Hidup

Share

Saatnya Bertahan Hidup

“Aish, aku bersin terus, rupanya kalian semua sedang membicarakan aku disini!” ucap pria yang belum memperkenalkan dirinya dengan baik itu kepada April. Dia terlihat sedang menggesek hidungnya beberapa kali. April berpikir mungkin karena udara dingin setelah menyelamatkan April.  

“Ma-maaf, Tuan. Kami sudah selesai, jadi kami akan pergi ke dapur,” ujar salah seorang pelayan itu membawa kelima pelayan yang lain untuk pergi dari kamar tersebut. 

Dokter juga pergi meninggalkan mereka dengan sengaja. Kini, hanya tersisa April dan pria yang terus menatapnya. Pria itu memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia masih berdiri, memiringkan kepalanya. 

“Hey, kau penasaran kepadaku? Huh! Setelah aksimu tadi? Aku benar, kamu memang tidak ingin mati.” Dia masih mengomel bahkan di rumahnya. 

“Si-siapa namamu?” tanya April dengan mata yang sayu dan  suara yang bergetar. 

“Wah, akhirnya kamu bertanya siapa aku. Terima kasih karena sudah peduli, namaku Dewangga Endaru orang yang telah menyelamatkanmu dari Neraka tadi.” Angga memberikan kartu namanya kepada gadis yang baru ditemuinya itu. 

Dewangga atau kerap dipanggil Angga adalah seorang CEO dari perusahaan Wirangga Group. April tidak berhenti menatap kartu nama itu dengan matanya yang membelalak dan tidak merasa perih. 

Dengan jarum infus yang masih terpasang di punggung tangannya, April duduk di lantai yang dingin. Kedua tangannya memegang kaki Angga dengan erat. April bersimpuh dan memohon kepada Angga. 

“Hey, apa yang sedang kamu lakukan?!” Angga tidak nyaman dengan yang April lakukan kepadanya.

“Seperti yang kamu lihat di jembatan tadi, aku memang tidak berani loncat dari jembatan itu. Aku mohon, bunuh aku sekarang. Biarkan aku bahagia dengan kedua orang tuaku. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini. Orang itu benar-benar tidak bisa dikalahkan. Aku mohon.”

April memohon dengan kata-kata seperti itu membuat Angga semakin bingung. Dia tidak tahu siapa yang sudah menyakitinya sampai seperti ini. Tapi Angga paham bahwa kedua orang tua April sudah meninggal dunia. 

“Hey, tenanglah. Jangan memohon seperti ini,” kata Angga sambil memeluk April.

“Apakah kamu akan membantuku?” tanya April sambil membalas pelukan Angga. 

Tiba-tiba, Angga sadar. Dia melepaskan pelukannya pada gadis itu dengan kasar. April sampai terlempar ke kasur. April semakin bingung dengan apa yang Angga lakukan kepadanya saat ini. 

“Hey! Apakah kamu salah satu dari wanita penggoda? Aktingmu sangat bagus, lho. Sejauh ini, kamu yang paling hebat sampai bisa membuatku lupa diri seperti tadi,” katanya dengan penuh amarah. Urat di pelipis dan lehernya timbul. 

Angga beranggapan bahwa April adalah salah satu dari wanita yang mengincarnya dengan usaha yang keras. Sebenarnya, sebelum April datang kesini, sudah banyak wanita yang mengejarnya dengan berbagai cara. 

Seperti diam-diam mengikuti Angga setelah pulang bekerja, membuat Angga mabuk dan membawanya ke sebuah penginapan, menyusup ke dalam kantor dan rumah, memasang penyadap suara dan lain-lain. Tapi yang paling sering Angga temukan adalah yang seperti April. Mengancam akan bunuh diri agar Angga merasa kasihan atau pura-pura frustasi dengan masalahnya dan meminta pertolongan Angga, padahal akan menjebak Angga dengan niat buruknya. 

“Apa maksudmu?! Kenapa aku harus menggoda kamu? Aku hanya ingin—”

“Uang? Tubuhku? Kekuasaan? Kamu ingin populer? Apa?! Aku tahu kamu datang karena niat yang jahat!” Angga menyentak April. 

Sedangkan April tidak mengerti apa-apa. Dia semakin bingung dengan sikap Angga yang cepat berubah. April berpikir bahwa dia datang ke tempat ini bukan atas keinginannya, tapi karena Angga yang menolongnya tiba-tiba. 

“Angga, aku benar-benar tidak mengerti maksudmu,” ungkap April sambil memegang punggung tangan Angga. Entah dari mana keberanian April datang. Dia hanya ingin memastikan bahwa dia tidak memiliki niat jahat dan butuh penjelasan Angga. 

“Lepaskan aku! Aku baru sadar tadi kamu menghubungiku sambil menangis. Kamu memohon kepadaku untuk membantumu membalas dendam kepada orang yang bernama Tomi. Aku tanya siapa dia, kamu malah terus menangis dan mengancam kamu akan bunuh diri jika tidak datang. Kamu pikir aku tidak ingat?”

Bahkan sekarang April bingung kenapa Angga tahu soal Tomi. Tapi dia merasa tidak menghubungi siapa-siapa saat pergi ke jembatan tadi. 

“Sikap kamu yang pura-pura bingung sekarang membuatku kesal. Pergi! Mumpung aku masih bicara baik-baik,” teriak Angga. 

“Ah, begitu, ya. Harusnya aku memang tidak ikut kamu kemari. Bodoh. Aku cukup percaya saat tadi kamu memanggil polisi,” ujar April. Dia pun melepas jarum infusnya. Kemudian pergi dan menutup pintu itu dengan keras. 

Angga tidak ingin mengejar April. Dia tahu bahwa April adalah wanita yang sama dengan yang lainnya, hanya memanfaatkan Angga. 

Saat April pergi dengan kaki yang pincang, semua pelayan menatapnya dengan berat hati, berharap bisa membantu gadis yang menderita itu. Mereka bahkan dapat merasakan dengan hati mereka, bahwa April berbeda dengan wanita lain. 

Dokter pun mengikuti langkah kaki April. April tidak menatap ke samping walaupun di sebelahnya ada Dokter Riana, yang merupakan sahabat Angga. 

“Aku bisa mengantarmu,” kata dia itu yang ingin menawarkan bantuan. 

“Biarkan dia pergi sendiri! Jangan ada satupun yang membantu penjahat itu!” perintah Angga. 

Ternyata, dia sedang melihat kepergian April dari lantai tiga, sebuah jendela terbuka. 

Di rumah ini, tidak ada yang bisa menentang Angga. Dia adalah manusia yang paling berbahaya jika semua orang bertindak semaunya. Yang paling Angga benci di dunia ini adalah wanita licik dan penuh tipu daya. Seorang wanita yang menginginkan dirinya sampai melakukan cara konyol. Bahkan, April pun dianggap wanita seperti itu. 

“Hey, CEO bodoh! Lihat ini!” April berteriak kepada Angga. 

April melempar kartu nama Angga ke tanah, lalu menginjaknya dengan kaki April tanpa alas itu. Sebagai ucapan perpisahannya, April juga memberikan jari tengah kepada Angga. Tentu saja, semua orang yang melihatnya terkejut apalagi Angga. Faktanya, April cukup berani bertindak seperti itu kepada Angga yang dihormati dan banyak disegani.  

Setelah April puas dengan semuanya, dia pun naik taksi yang kebetulan lewat. Beruntungnya, dia masih memiliki uang di sakunya. 

“Kita akan pergi kemana, Nona?” tanya Sopir taksi tersebut. 

“Jalan saja, Pak,” jawabnya. 

Pada akhirnya, April gagal bunuh diri dan gagal diselamatkan. Entah apa yang harus April syukuri sekarang. Dia terpaksa harus melanjutkan hidup bahkan setelah menderita seperti ini. Berharap ada pangeran berkuda yang menolongnya, tapi itu hanyalah dongeng belaka. 

April berhenti di sebuah minimarket. Dia kelaparan sejak tadi, jadi dia berpikir bahwa dia akan membeli semangkuk mie instan untuknya. 

“Aduh!” April mendesah, karena seorang wanita dengan high heels berwarna merah itu menginjak kakinya. “Maaf,” sambungnya tanpa menatap orang yang ada di hadapannya. April cukup lelah hari ini, jadi dia tidak peduli jika dia harus meminta maaf lebih dulu. 

“Hey, April! Kau sudah menjadi gembel, ya?” kata orang di hadapannya. 

April yang dari tadi menundukan pandangan, kini memutar tubuhnya, melihat suara wanita yang dia kenal itu. Dia adalah Camilla, musuh sejak dari SMA. 

“Apa kamu menikmati pertunjukanku? Bagaimana cara Angga mengusirmu? Kamu berantakan sekali. Jangan-jangan kamu dicampakan, ya?” tanya Camilla sambil menjentikan jari-jarinya itu. 

“Oh, jadi kamu pelakunya, dasar wanita gila! Aku akan membunuhmu!” balas April. 

“Aku yang akan membunuhmu!” ujar Camilla. 

Di tengah hawa dinginnya malam, sang kasir minimarket tiba-tiba merasa kepanasan. Rupanya, April dan Camilla sedang bertarung dengan kepalanya. Sang kasir yang melihatnya tidak mengerti, kenapa mereka beradu kepala. Selain itu, mereka juga menarik rambut satu sama lain. 

Walaupun pertarungan itu dimenangkan oleh April, dia tetap lebih rendah dari pada Camilla. Karena Camilla pergi bersama kekasihnya dan dijemput mobil mewah. Sedangkan April tidak memiliki siapa-siapa disampingnya.

Dengan sisa uang yang tersisa, April hanya mampu menyewa kontrakan kecil dan membeli satu mie instan. Tidak ada uang yang tersisa untuk sebuah sandal tipis sekalipun. Menyedihkan. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Febry
Seru ceritanya.. kesian dengan keadaan april
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status