“Aish, aku bersin terus, rupanya kalian semua sedang membicarakan aku disini!” ucap pria yang belum memperkenalkan dirinya dengan baik itu kepada April. Dia terlihat sedang menggesek hidungnya beberapa kali. April berpikir mungkin karena udara dingin setelah menyelamatkan April.
“Ma-maaf, Tuan. Kami sudah selesai, jadi kami akan pergi ke dapur,” ujar salah seorang pelayan itu membawa kelima pelayan yang lain untuk pergi dari kamar tersebut.
Dokter juga pergi meninggalkan mereka dengan sengaja. Kini, hanya tersisa April dan pria yang terus menatapnya. Pria itu memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia masih berdiri, memiringkan kepalanya.
“Hey, kau penasaran kepadaku? Huh! Setelah aksimu tadi? Aku benar, kamu memang tidak ingin mati.” Dia masih mengomel bahkan di rumahnya.
“Si-siapa namamu?” tanya April dengan mata yang sayu dan suara yang bergetar.
“Wah, akhirnya kamu bertanya siapa aku. Terima kasih karena sudah peduli, namaku Dewangga Endaru orang yang telah menyelamatkanmu dari Neraka tadi.” Angga memberikan kartu namanya kepada gadis yang baru ditemuinya itu.
Dewangga atau kerap dipanggil Angga adalah seorang CEO dari perusahaan Wirangga Group. April tidak berhenti menatap kartu nama itu dengan matanya yang membelalak dan tidak merasa perih.
Dengan jarum infus yang masih terpasang di punggung tangannya, April duduk di lantai yang dingin. Kedua tangannya memegang kaki Angga dengan erat. April bersimpuh dan memohon kepada Angga.
“Hey, apa yang sedang kamu lakukan?!” Angga tidak nyaman dengan yang April lakukan kepadanya.
“Seperti yang kamu lihat di jembatan tadi, aku memang tidak berani loncat dari jembatan itu. Aku mohon, bunuh aku sekarang. Biarkan aku bahagia dengan kedua orang tuaku. Tidak ada yang bisa aku lakukan saat ini. Orang itu benar-benar tidak bisa dikalahkan. Aku mohon.”
April memohon dengan kata-kata seperti itu membuat Angga semakin bingung. Dia tidak tahu siapa yang sudah menyakitinya sampai seperti ini. Tapi Angga paham bahwa kedua orang tua April sudah meninggal dunia.
“Hey, tenanglah. Jangan memohon seperti ini,” kata Angga sambil memeluk April.
“Apakah kamu akan membantuku?” tanya April sambil membalas pelukan Angga.
Tiba-tiba, Angga sadar. Dia melepaskan pelukannya pada gadis itu dengan kasar. April sampai terlempar ke kasur. April semakin bingung dengan apa yang Angga lakukan kepadanya saat ini.
“Hey! Apakah kamu salah satu dari wanita penggoda? Aktingmu sangat bagus, lho. Sejauh ini, kamu yang paling hebat sampai bisa membuatku lupa diri seperti tadi,” katanya dengan penuh amarah. Urat di pelipis dan lehernya timbul.
Angga beranggapan bahwa April adalah salah satu dari wanita yang mengincarnya dengan usaha yang keras. Sebenarnya, sebelum April datang kesini, sudah banyak wanita yang mengejarnya dengan berbagai cara.
Seperti diam-diam mengikuti Angga setelah pulang bekerja, membuat Angga mabuk dan membawanya ke sebuah penginapan, menyusup ke dalam kantor dan rumah, memasang penyadap suara dan lain-lain. Tapi yang paling sering Angga temukan adalah yang seperti April. Mengancam akan bunuh diri agar Angga merasa kasihan atau pura-pura frustasi dengan masalahnya dan meminta pertolongan Angga, padahal akan menjebak Angga dengan niat buruknya.
“Apa maksudmu?! Kenapa aku harus menggoda kamu? Aku hanya ingin—”
“Uang? Tubuhku? Kekuasaan? Kamu ingin populer? Apa?! Aku tahu kamu datang karena niat yang jahat!” Angga menyentak April.
Sedangkan April tidak mengerti apa-apa. Dia semakin bingung dengan sikap Angga yang cepat berubah. April berpikir bahwa dia datang ke tempat ini bukan atas keinginannya, tapi karena Angga yang menolongnya tiba-tiba.
“Angga, aku benar-benar tidak mengerti maksudmu,” ungkap April sambil memegang punggung tangan Angga. Entah dari mana keberanian April datang. Dia hanya ingin memastikan bahwa dia tidak memiliki niat jahat dan butuh penjelasan Angga.
“Lepaskan aku! Aku baru sadar tadi kamu menghubungiku sambil menangis. Kamu memohon kepadaku untuk membantumu membalas dendam kepada orang yang bernama Tomi. Aku tanya siapa dia, kamu malah terus menangis dan mengancam kamu akan bunuh diri jika tidak datang. Kamu pikir aku tidak ingat?”
Bahkan sekarang April bingung kenapa Angga tahu soal Tomi. Tapi dia merasa tidak menghubungi siapa-siapa saat pergi ke jembatan tadi.
“Sikap kamu yang pura-pura bingung sekarang membuatku kesal. Pergi! Mumpung aku masih bicara baik-baik,” teriak Angga.
“Ah, begitu, ya. Harusnya aku memang tidak ikut kamu kemari. Bodoh. Aku cukup percaya saat tadi kamu memanggil polisi,” ujar April. Dia pun melepas jarum infusnya. Kemudian pergi dan menutup pintu itu dengan keras.
Angga tidak ingin mengejar April. Dia tahu bahwa April adalah wanita yang sama dengan yang lainnya, hanya memanfaatkan Angga.
Saat April pergi dengan kaki yang pincang, semua pelayan menatapnya dengan berat hati, berharap bisa membantu gadis yang menderita itu. Mereka bahkan dapat merasakan dengan hati mereka, bahwa April berbeda dengan wanita lain.
Dokter pun mengikuti langkah kaki April. April tidak menatap ke samping walaupun di sebelahnya ada Dokter Riana, yang merupakan sahabat Angga.
“Aku bisa mengantarmu,” kata dia itu yang ingin menawarkan bantuan.
“Biarkan dia pergi sendiri! Jangan ada satupun yang membantu penjahat itu!” perintah Angga.
Ternyata, dia sedang melihat kepergian April dari lantai tiga, sebuah jendela terbuka.
Di rumah ini, tidak ada yang bisa menentang Angga. Dia adalah manusia yang paling berbahaya jika semua orang bertindak semaunya. Yang paling Angga benci di dunia ini adalah wanita licik dan penuh tipu daya. Seorang wanita yang menginginkan dirinya sampai melakukan cara konyol. Bahkan, April pun dianggap wanita seperti itu.
“Hey, CEO bodoh! Lihat ini!” April berteriak kepada Angga.
April melempar kartu nama Angga ke tanah, lalu menginjaknya dengan kaki April tanpa alas itu. Sebagai ucapan perpisahannya, April juga memberikan jari tengah kepada Angga. Tentu saja, semua orang yang melihatnya terkejut apalagi Angga. Faktanya, April cukup berani bertindak seperti itu kepada Angga yang dihormati dan banyak disegani.
Setelah April puas dengan semuanya, dia pun naik taksi yang kebetulan lewat. Beruntungnya, dia masih memiliki uang di sakunya.
“Kita akan pergi kemana, Nona?” tanya Sopir taksi tersebut.
“Jalan saja, Pak,” jawabnya.
Pada akhirnya, April gagal bunuh diri dan gagal diselamatkan. Entah apa yang harus April syukuri sekarang. Dia terpaksa harus melanjutkan hidup bahkan setelah menderita seperti ini. Berharap ada pangeran berkuda yang menolongnya, tapi itu hanyalah dongeng belaka.
April berhenti di sebuah minimarket. Dia kelaparan sejak tadi, jadi dia berpikir bahwa dia akan membeli semangkuk mie instan untuknya.
“Aduh!” April mendesah, karena seorang wanita dengan high heels berwarna merah itu menginjak kakinya. “Maaf,” sambungnya tanpa menatap orang yang ada di hadapannya. April cukup lelah hari ini, jadi dia tidak peduli jika dia harus meminta maaf lebih dulu.
“Hey, April! Kau sudah menjadi gembel, ya?” kata orang di hadapannya.
April yang dari tadi menundukan pandangan, kini memutar tubuhnya, melihat suara wanita yang dia kenal itu. Dia adalah Camilla, musuh sejak dari SMA.
“Apa kamu menikmati pertunjukanku? Bagaimana cara Angga mengusirmu? Kamu berantakan sekali. Jangan-jangan kamu dicampakan, ya?” tanya Camilla sambil menjentikan jari-jarinya itu.
“Oh, jadi kamu pelakunya, dasar wanita gila! Aku akan membunuhmu!” balas April.
“Aku yang akan membunuhmu!” ujar Camilla.
Di tengah hawa dinginnya malam, sang kasir minimarket tiba-tiba merasa kepanasan. Rupanya, April dan Camilla sedang bertarung dengan kepalanya. Sang kasir yang melihatnya tidak mengerti, kenapa mereka beradu kepala. Selain itu, mereka juga menarik rambut satu sama lain.
Walaupun pertarungan itu dimenangkan oleh April, dia tetap lebih rendah dari pada Camilla. Karena Camilla pergi bersama kekasihnya dan dijemput mobil mewah. Sedangkan April tidak memiliki siapa-siapa disampingnya.
Dengan sisa uang yang tersisa, April hanya mampu menyewa kontrakan kecil dan membeli satu mie instan. Tidak ada uang yang tersisa untuk sebuah sandal tipis sekalipun. Menyedihkan.
Sudah setengah bulan April bekerja di minimarket dekat kontrakan barunya. Setidaknya untuk bertahan hidup yang pas pasan, gaji dari minimarket di dekat rumahnya cukup. April hanya melakukan part time, sisanya diam di rumah meratapi hidup barunya. Sebelum orang tuanya meninggal, April bekerja sebagai desain interior di salah satu perusahaan Ayahnya bekerja. Tentu saja, di perusahaan itu ada Tomi, jadi sudah pasti April dipecat dari pekerjaannya. Sekarang, dia tidak bisa kerja di perusahaan manapun di Negeri ini, karena Tomi menyebarkan fitnah bahwa April ikut menggelapkan dana bersama Ayahnya. Padahal itu perbuatan Tomi. Walaupun April tahu banyak perusahaan yang menolaknya, tapi dia tidak pantang menyerah untuk melamar ke berbagai Perusahaan dengan kualifikasi dan skill yang dia miliki. Kegiatan setelah pulang bekerja hanya bermalas-malasan dengan ponselnya. Pakaian yang berantakan, makanan yang tidak habis, sampah yang berserakan, juga April yang tidak memiliki suasana hati yang b
Saat itu, April terkejut dengan perkataannya, sementara Angga memasang wajah yang datar. Rupanya, Angga sudah tahu masalah pribadi April. Dia bahkan tahu bahwa April akan melakukan interview hari ini, jadi Angga sebenarnya sengaja menunggunya, bukan tiba-tiba bertemu di lift seperti film romansa. Setelah mendengar Angga yang tahu semua masalah April, dia pun masuk ke dalam mobil Angga dengan pasrah. “Pertama, aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku sadar bahwa kamu berbeda dengan wanita yang pernah aku temui. Tapi bukan berarti kamu spesial, kamu masih tidak menarik seperti wanita biasa,” ucap Angga yang dibalas dengan kedua bola mata April yang berputar. “Kedua, aku akan membantumu untuk membalas dendam. Aku bisa menghancurkan kehidupan dia detik ini juga,” lanjutnya. April merinding mendengar kalimat kedua. Dia sangat enteng mengatakan akan menghancurkan Tomi. “Apa kamu menguntitku?” tanya April. Ya, dia lebih takut tentang itu sekarang. Jika tidak, bagaimana Angga d
“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. “Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga. April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” “Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. “Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, ap
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya