Sudah setengah bulan April bekerja di minimarket dekat kontrakan barunya. Setidaknya untuk bertahan hidup yang pas pasan, gaji dari minimarket di dekat rumahnya cukup. April hanya melakukan part time, sisanya diam di rumah meratapi hidup barunya.
Sebelum orang tuanya meninggal, April bekerja sebagai desain interior di salah satu perusahaan Ayahnya bekerja. Tentu saja, di perusahaan itu ada Tomi, jadi sudah pasti April dipecat dari pekerjaannya. Sekarang, dia tidak bisa kerja di perusahaan manapun di Negeri ini, karena Tomi menyebarkan fitnah bahwa April ikut menggelapkan dana bersama Ayahnya. Padahal itu perbuatan Tomi.
Walaupun April tahu banyak perusahaan yang menolaknya, tapi dia tidak pantang menyerah untuk melamar ke berbagai Perusahaan dengan kualifikasi dan skill yang dia miliki.
Kegiatan setelah pulang bekerja hanya bermalas-malasan dengan ponselnya. Pakaian yang berantakan, makanan yang tidak habis, sampah yang berserakan, juga April yang tidak memiliki suasana hati yang baik.
DING!
Sebuah email dari ponselnya muncul. Itu adalah jawaban dari sebuah perusahaan yang dilamar. April membelalakan matanya, hatinya berdebar, rambutnya sedikit naik seperti tersetrum.
“YES! Akhirnya aku dapat panggilan interview malam ini!” April kegirangan sekarang. Dia mulai mencari pakaian formal di tumpukan baju yang berserakan. Menggali terus menerus, dan dia berhasil menemukan pakaiannya.
April mencium baju itu. “Setidaknya, ini tidak tercemar dengan pakaian kotor yang bau. Ugh, andai Tomi tidak membakar rumahku, pasti banyak yang bisa aku selamatkan untuk aku jual,” desisnya.
Sebenarnya, beberapa hari setelah kematian Ibunya, April memberanikan diri untuk pergi ke rumahnya. Sayang sekali, rumah itu bahkan sudah tidak memiliki kerangka lagi. Hanya abu yang menumpuk di atas tanah. Bahkan, Agnes juga tidak tahu kapan rumah itu dibakar oleh Tomi.
Pakaian yang April miliki sekarang adalah pakaian yang tersisa saat dia camping bersama temannya. Bahkan, dia masih menyesali kenapa saat camping tidak memakai pakaian paling mahal saja agar layak dijual. Beruntungnya, April masih memiliki satu teman yang baik, bahkan memperbolehkan April tinggal dengannya. Hanya saja, April merasa akan membebani temannya, apalagi melihat temannya yang tinggal di rumah yang sempit bersama neneknya.
Malam ini, April mulai bersiap-siap untuk interview pertamanya. Dia memakai blazer dan rok pendek berwarna hitam yang kuno, dengan kemeja putih milik rekan kerjanya di minimarket.
“Kemeja ini terlalu besar. Apa yang akan HRD lihat dariku nanti?” batin April.
Walaupun dia sempat mengeluh, tapi dia tetap berangkat. Setidaknya, dia sudah berusaha keras bahkan untuk sampai interview. Di perjalanannya, April berharap dia bisa bekerja di perusahaan satu ini. Perusahaan yang bergerak di bidang interior yang paling terkenal di dunia.
Jika April kerja di perusahaan itu, April akan bisa mengubah hidupnya. Walaupun tidak akan kembali ke kehidupan yang dulu. Tapi April ingin bebas dari tagihan pokok.
April kini sudah berada di depan perusahaan DE Group. Setelah mengumpulkan keberaniannya, April memperbaiki pakaian dan memegang tas selempangnya dengan kuat. Kakinya melangkah dengan bebas, senyumnya terukir indah, dan pandangannya lurus. Tidak ada yang bisa menebak bahwa kehidupan April sedang berantakan jika dia memancarkan energi positif seperti ini.
Kecuali, pria yang sedang menatapnya sekarang. Dia melihat April dari atas kepala sampai ujung kaki. Dia heran April yang cantik seperti itu datang ke perusahaan dengan pakaian yang aneh dan kuno. Terlebih, rambutnya yang diikat ke belakang tanpa membuat volume yang sedang trendi.
April yang merasa terganggu langsung duduk bersama kandidat yang lain. Pria itu masih menatapnya dengan terang-terangan.
“Apa yang sedang kamu lihat? Jika itu karena pakaian—”
“Tidak. Aku hanya kagum kepadamu. Kamu masih bisa terlihat cantik dengan pakaian seperti itu. Semoga berhasil, ya,” ucap pria itu. Setelah berkata demikian, dia pergi tanpa pamit.
“Tunggu, apakah kamu kekasih Camilla?” tanya April.
Melihat pria itu tidak asing bagi April, tapi dia baru sadar sekarang, jika pria itu adalah kekasih Camilla yang menjemput Camilla setelah bertengkar dengannya. Mungkin pria itu tidak melihat pertarungan mereka, pikir April.
“April Ayudisha. Silakan masuk ke ruang interview.”
Seorang HRD memanggil namanya, padahal Leo–kekasih Camilla baru menarik nafasnya untuk menjawab pertanyaan April.
April pun memasuki ruangan sakral itu. Disana, terdapat satu perempuan dan dua laki-laki yang mengujinya. Pertama, mata mereka tertuju pada pakaian April yang aneh. Dia sudah tahu akan terjadi hal seperti ini. Seperti kata orang, penampilan adalah yang pertama kali orang nilai.
Interview kali ini April diajak berbicara menggunakan bahasa inggris. Tesnya sangat mudah walaupun banyak yang ditanyakan oleh mereka. Mereka juga seperti senang dengan kemampuan dan pengalaman yang April punya. Tapi mereka tidak menutup mulutnya tentang yang mereka tidak sukai dari April, yaitu pakaiannya. Walaupun begitu, mereka hanya memperingatinya.
“Selamat, Anda lolos interview ini. Kami sangat puas dengan apa yang kamu punya di CV ini. Tapi Bos kami tidak suka orang yang memiliki penampilan berantakan. Datanglah dengan pakaian yang lebih layak, karena kamu sudah bisa bekerja besok,” ucap HRD perempuan itu.
April mengulurkan tangannya dengan tegas setelah berterima kasih. Dia keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang bangga dan bahagia. Akhirnya, setelah ratusan perusahaan menolaknya, April mendapatkan pekerjaan juga.
Saat April akan pergi untuk menaiki lift, semua pandangan tertuju padanya. Penampilan April yang buruk justru terlihat mencolok. April tidak peduli, jadi dia tetap naik lift itu sendirian. Ternyata, Leo ada di dalam.
“Hey, bagaimana dengan interview kamu?” tanya Leo dengan ceria.
April bahkan hampir lupa bahwa orang di hadapannya ini adalah kekasih Camilla. Tapi karena dia karyawan baru, tidak ada salahnya berpura-pura ramah.
“Tentu saja, aku lolos,” jawabnya dengan penuh kepura-puraan.
“Kamu mengenal Camilla?” tanya Leo langsung.
Sedangkan untuk April, mendengar namanya saja seperti ingin melanjutkan pertarungan malam itu. “Huh? Kami hanya teman sekolah. Aku tidak terlalu dekat dengannya, haha,” jawab April dengan malas.
Saat obrolan mereka yang semakin menyenangkan, pintu lift terbuka dan seseorang dengan tubuh tinggi dan memiliki wajah yang paling tampan di kantor ini masuk.
“Selamat siang, Pak. April, dia adalah CEO kita,” kata Leo sambil membantu punggung April untuk menunduk sebagai rasa hormat kepada orang yang posisinya di atas mereka.
April masih terkejut. CEO itu adalah Angga, pria yang menolong tragedi bunuh diri dan mengusir April dari rumahnya. Dia sekarang sedang berdiri dan memunggungi April. Punggung lebarnya ingin April pukul daripada harus dipeluk. April masih kesal kepada pria aneh satu ini.
“Aku benar-benar lupa bahwa dia adalah CEO di perusahaan ini,” batin April.
“April, aku pergi dulu, ya. Ini lantai aku bekerja. Selamat istirahat.” Leo melambaikan tangannya kepada April, lalu meninggalkan mereka berdua di dalam lift ini. Sedangkan April membalas Leo dengan senyum yang tipis.
Untuk menuju nomor satu di lift itu terasa sangat lama. Terlebih lagi, Angga juga menuju lantai satu.
“Kamu sangat berani mengejarku sejauh ini, ya. Katakan, apa yang kamu inginkan?” Angga mendorong tubuhnya ke depan. Memblokir April dengan menyudutkannya.
“Aku ingin membalas dendam. EH!”
Secara spontan, April mengatakan apa yang ada di kepalanya. Sungguh, bukan itu yang harus April katakan kepada Angga.
Saat itu, April terkejut dengan perkataannya, sementara Angga memasang wajah yang datar. Rupanya, Angga sudah tahu masalah pribadi April. Dia bahkan tahu bahwa April akan melakukan interview hari ini, jadi Angga sebenarnya sengaja menunggunya, bukan tiba-tiba bertemu di lift seperti film romansa. Setelah mendengar Angga yang tahu semua masalah April, dia pun masuk ke dalam mobil Angga dengan pasrah. “Pertama, aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku sadar bahwa kamu berbeda dengan wanita yang pernah aku temui. Tapi bukan berarti kamu spesial, kamu masih tidak menarik seperti wanita biasa,” ucap Angga yang dibalas dengan kedua bola mata April yang berputar. “Kedua, aku akan membantumu untuk membalas dendam. Aku bisa menghancurkan kehidupan dia detik ini juga,” lanjutnya. April merinding mendengar kalimat kedua. Dia sangat enteng mengatakan akan menghancurkan Tomi. “Apa kamu menguntitku?” tanya April. Ya, dia lebih takut tentang itu sekarang. Jika tidak, bagaimana Angga d
“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. “Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga. April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” “Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. “Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, ap
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya
“Apa yang sedang kamu lihat?! Buka pintu mobilnya sekarang!” perintah Mawar. April pun langsung berdiri dan berlari ke arah mobil milik Angga. Dia membuka pintu itu, lalu berlari lagi kepada mereka, untuk membantu Angga berdiri. Jujur, tubuh Angga sangat berat karena otot yang dilatih. Setelah April selesai membantunya, dia hanya berdiri di depan pintu mobil itu. “Kenapa kamu berdiri disini?! Pergi sana! Biar aku yang akan mengantarnya pulang—” “Tidak. Biarkan gadis itu yang mengantarkanku pulang.” Angga menyanggahnya. April tahu jika Mawar akan curiga kepada mereka berdua jika mengantarnya pulang. Karena dia akan terkejut kalau rumah Angga dan April bersebelahan. Lalu gosip tidak baik menyebar di kantor ini. “Tapi Angga, kamu akan terluka jika bersama dia,” kata Mawar. Daripada itu, Mawar terlihat ingin dekat dengan Angga daripada khawatir April akan menyakitinya. “Wanita ini adalah musang. Aku membencinya,” kata April di dalam hati. “Tidak apa-apa. Dia harus bertang