:')
Drrt! Drrt! Ponsel April berbunyi di dalam saku rok miliknya. Ungkapan Angga mulai terlupakan karena April senang bahwa yang menghubunginya adalah Leo. April meninggalkan Angga sendirian dan dia mulai menutup pintu untuk bercengkrama dengan Leo di kamarnya. “Leo, ada apa kamu menghubungiku?” tanya April di dalam teleponnya. Angga mendengar pembicaraan mereka, bahkan sekarang dia sedang mengintip di balik pintu kamar April. Angga kesal karena suara yang April keluarkan untuk Leo terdengar dibuat-dibuat. “April, aku ingin memberitahumu bahwa besok aku akan menikah. Aku ingin memberikan kartu undangannya tapi aku tidak tahu dimana rumahmu,” kata Leo. Suara yang April dengar adalah ketidakinginan Leo untuk menikah dengan Camilla. Ya, terdengar lemah, tidak bersemangat dan lebih pasrah. April menyingkirkan rambutnya ke samping telinga. Dengan senyuman yang lebih merona dari pada yang diperlihatkan kepada Angga. Angga melihatnya dengan jelas, karena pintu ini tidak dikunci. “
Siang ini, matahari lebih terik dari biasanya. Pria tampan yang memakai jas hitam itu juga cukup tidak nyaman dengan pakaiannya. Lalu gadis di sampingnya memakai baju merah muda yang senada. “Kamu tampak cantik hari ini, April,” kata Angga sambil membawakan tas milik April yang ringan itu. Tentu saja dia sangat cantik. Pakaian apa pun yang dia pakai akan sangat cocok untuknya. Tapi April tidak menjawab ungkapan Angga. “Hari ini sangat panas. Bisakah kamu memegang jasku dulu?” Angga membuka jas hitamnya. Ketika dia menarik kedua tangannya ke belakang, dada bidang Angga lebih jelas sekarang. April melihatnya jika kancing itu seperti akan segera lepas. “Kenapa dia sangat seksi? Tubuhnya lebih memukau jika dia hanya menggunakan kemeja putih itu. Bahkan kerahnya yang terbuka menampakan belah dada—” April tidak melanjutkan perkataan di dalam pikiran kotornya. Dia memutar kepalanya ke kanan dan kiri. Dengan mata dan bibir yang dikerutkan. Lalu sebagai cengkraman tangannya, dia men
“Apa-apaan ini? Ada kecoa di dalam kue!” “Pernikahan ini sangat buruk!” “Ayo, pergi! Aku tidak bernafsu!” Banyak ucapan tidak baik yang didengar oleh pengantin baru itu. Leo yang mematung tidak bisa apa-apa, dan Camilla yang terus mengomel kepada suaminya untuk mencari orang yang menyebabkan semua ini. “Leo, Camilla! Pergi dari sini. Aku akan mencari siapa biang keladinya!” kata Tomi. Satu lagi yang tidak kenal takut selain Angga. Dia adalah Tomi. Wajah bengisnya membuat siapapun takut untuk menatapnya. Mungkin karena dia sudah sering menumpahkan darah dan mengambil nyawa manusia seenaknya. “Pak Tomi, saya akan membantu Anda untuk mencari pelakunya.” Angga menghampiri Tomi untuk memberikan bantuan khusus. “Terima kasih, Angga. Saya sangat senang dengan bantuan Anda,” balasnya. “Sayang, kita pergi saja, ya. Aku takut jika tikus itu masih ada disini walaupun petugas sudah membereskannya.” Mawar mulai memanfaatkan momen ini untuk lebih dekat dengan tunangannya itu. “Janga
“Dia tadi ada di sampingku. Aku benar-benar takut jika aku hilang kesadaranku. Dadaku juga sesak, Angga. Aku belum sanggup bahkan hanya mendengar suaranya atau melihat wajahnya.Tanganku bergetar,” ungkapnya sambil menangis. “Aku mengerti, April. Kamu pasti sangat kesulitan, ya. Ketika kamu tidak punya siapa-siapa, aku ada untukmu. Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun.”Angga terus memeluk dan mengusap punggungnya. Dia tidak sedang menggodanya. Dia benar-benar sudah mencintai gadis itu. Bahkan amarah April kepada Tomi dapat dia rasakan. “Aku berjanji, April. Bahwa kamu tidak akan hidup sendirian dengan luka yang kamu miliki. Aku akan menemanimu dan mengerahkan segalanya untukmu,” bisik Angga kepada gadis yang tertidur itu. Mengeluarkan air mata butuh tenaga. Setelah menangis pun April tertidur karena saking lelahnya. Kedua tangan masih melingkar pada pundak Angga. Jadi Angga memberikan April duduk dipangkuannya sambil Angga menyetir. “Dia seperti bayi,” gumamnya. Saat mer
Tiga hari kedepan, April menemukan kebebasannya karena dia dan karyawan lainnya mendapatkan cuti. Walaupun begitu, April melakukan kesempatan cuti ini untuk melakukan misi selanjutnya. Sekarang, seorang pria yang mendorong mulutnya karena April senang jika dia tidak ada. “Apa kamu selalu senang seperti itu jika aku tidak ada, April?” “Tentu saja, karena tidak ada yang bisa menggangguku tiga hari kedepan. Ah, aku akan liburan. Senangnya!”Padahal April sudah tidak sabar dengan misi barunya yang lebih menarik itu. Angga menghela nafas karena gadis itu terlalu terus terang, kemudian Angga merasa sakit hati juga. “Seharusnya kamu jadi Sekretarisku—”“Tidak mau! Menjadi karyawan biasa saja kamu sudah sering menyiksaku! Revisi! Revisi! Revisi! Hah, aku bahkan tidak bisa membayangkannya dengan pikiran yang positif,” ujar April sambil menciptakan dunianya sendiri yang seperti neraka jika dia harus menjadi Sekretaris Angga. Angga tersenyum sebagai balasannya. “Kalau begitu, aku akan mer
Pagi ini, gadis penuh nafsu dengan dendam sedang melihat mentari yang berdiri di pelupuk matanya. Dia pergi ke pesisir pantai dengan kaki yang ditaburi pasir laut yang halus. Garis senyumnya tergambar cantik. Lalu mata indahnya menatap pasangan yang akan dihancurkan di masa depan. “Tanganku ini sempurna,” gumam April sambil melihat telapak tangan sebelah kanan. Tentu saja, dia sedang membayangkan bagaimana dia bisa menghancurkan pasangan yang sedang memunggungi April itu dengan tangannya. “Aku tidak sabar misi setiap misi bisa aku selesaikan. Lalu hingga aku akhirnya bisa berdiri dengan kemenangan di atas keputusasaan dan mayit mereka,” lanjutnya, April berjalan di garis pantai yang masih sama, dengan pikiran indahnya. Seolah-olah semua misinya akan berhasil. Dia tidak sabar, tiba di saat itu. “Tomi, aku akan membawamu ke neraka, bersama semua orang yang kamu lindungi di dunia.” April menyunggingkan bibirnya bahagia. “Baiklah, ini saatnya,” sambungnya. April pun berlari untuk me
“Aish, apa yang sedang wanita ini lakukan di depan kami?!” kata Camilla di dalam hatinya. Camilla pun mengambil beberapa helai tisu untuk mengeringkan mulut Leo yang basah karena dia tidak sengaja menyemburkan minumannya saat April mengatakan tentang dada. “Maafkan aku, Leo,” kata April kepada pria yang pipinya semerah kepiting merah tersebut. “Ti-tidak apa-apa,” jawab Leo sambil menahan malu. “Ck, walaupun dia tidak mencintai Camilla, dia sepertinya sudah menikmati tubuh palsu itu,” batin April sambil menatap kedua pengantin baru yang sedang sibuk itu. Sedangkan di dalam pikiran April, dia tidak akan membiarkan semua ini berjalan di atas kebahagiaan yang sama. Seperti janjinya April pada tanah yang menenggelamkan ibunya, bahwa April akan membuat keadilan dan neraka sendiri untuk mereka. “Camilla, aku sudah lama tidak menghabiskan waktu bersamamu. Tapi ini adalah waktumu untuk bulan madu. Aku akan meminta waktumu lain kali,” kata April sambil berdiri dan berniat pergi dari meja
Camilla hanya berpikir bahwa April sedang memperolok-oloknya, karena mereka pernah menjadi musuh di masa lalu. Camilla menyadarinya. “Aku tahu hidupmu sempurna, tapi Leo juga harus mencintaimu dengan nyata. Kamu adalah wanita yang harus memiliki semua yang kamu inginkan, bukan? Aku akan mewujudkan mimpimu yang satu ini. Karena aku paham, jika kamu sudah memiliki jiwa nya, kamu juga harus memiliki hatinya,” kata April. Saat April memegang kedua tangan Camilla, dia tidak melepaskannya begitu saja seperti tadi. Camilla sekarang malah sedang berpikir tentang penawaran yang jelas menguntungkan jika dia menyetujuinya. “Bagaimana caranya?” kata Camilla dengan suara yang rendah. April tersenyum karena Camilla mulai tertarik dengan penawaran April. “Aku akan membantumu apapun itu, mengenai Leo. Aku juga akan melaporkan semua yang Leo lakukan di kantor. Kamu tahu, kita satu divisi,” kata April. Camilla menggigit bibirnya karena bimbang. Walau hatinya lebih dominan untuk setuju. Camil