Halo readers, kalian kesel sama siapa, nih? Kita lihat di bab selanjutnya, ya. Oh, ya! Bab selanjutnya juga April bakal ketemu sama siapa, tebak? Jangan lupa support novel ini, ya. Aku akan memberikan bab yang lebih banyak dan menarik untuk kalian baca. See u [kiss]
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya
“Apa yang sedang kamu lihat?! Buka pintu mobilnya sekarang!” perintah Mawar. April pun langsung berdiri dan berlari ke arah mobil milik Angga. Dia membuka pintu itu, lalu berlari lagi kepada mereka, untuk membantu Angga berdiri. Jujur, tubuh Angga sangat berat karena otot yang dilatih. Setelah April selesai membantunya, dia hanya berdiri di depan pintu mobil itu. “Kenapa kamu berdiri disini?! Pergi sana! Biar aku yang akan mengantarnya pulang—” “Tidak. Biarkan gadis itu yang mengantarkanku pulang.” Angga menyanggahnya. April tahu jika Mawar akan curiga kepada mereka berdua jika mengantarnya pulang. Karena dia akan terkejut kalau rumah Angga dan April bersebelahan. Lalu gosip tidak baik menyebar di kantor ini. “Tapi Angga, kamu akan terluka jika bersama dia,” kata Mawar. Daripada itu, Mawar terlihat ingin dekat dengan Angga daripada khawatir April akan menyakitinya. “Wanita ini adalah musang. Aku membencinya,” kata April di dalam hati. “Tidak apa-apa. Dia harus bertang
Drrt! Drrt! Ponsel April berbunyi di dalam saku rok miliknya. Ungkapan Angga mulai terlupakan karena April senang bahwa yang menghubunginya adalah Leo. April meninggalkan Angga sendirian dan dia mulai menutup pintu untuk bercengkrama dengan Leo di kamarnya. “Leo, ada apa kamu menghubungiku?” tanya April di dalam teleponnya. Angga mendengar pembicaraan mereka, bahkan sekarang dia sedang mengintip di balik pintu kamar April. Angga kesal karena suara yang April keluarkan untuk Leo terdengar dibuat-dibuat. “April, aku ingin memberitahumu bahwa besok aku akan menikah. Aku ingin memberikan kartu undangannya tapi aku tidak tahu dimana rumahmu,” kata Leo. Suara yang April dengar adalah ketidakinginan Leo untuk menikah dengan Camilla. Ya, terdengar lemah, tidak bersemangat dan lebih pasrah. April menyingkirkan rambutnya ke samping telinga. Dengan senyuman yang lebih merona dari pada yang diperlihatkan kepada Angga. Angga melihatnya dengan jelas, karena pintu ini tidak dikunci. “
Siang ini, matahari lebih terik dari biasanya. Pria tampan yang memakai jas hitam itu juga cukup tidak nyaman dengan pakaiannya. Lalu gadis di sampingnya memakai baju merah muda yang senada. “Kamu tampak cantik hari ini, April,” kata Angga sambil membawakan tas milik April yang ringan itu. Tentu saja dia sangat cantik. Pakaian apa pun yang dia pakai akan sangat cocok untuknya. Tapi April tidak menjawab ungkapan Angga. “Hari ini sangat panas. Bisakah kamu memegang jasku dulu?” Angga membuka jas hitamnya. Ketika dia menarik kedua tangannya ke belakang, dada bidang Angga lebih jelas sekarang. April melihatnya jika kancing itu seperti akan segera lepas. “Kenapa dia sangat seksi? Tubuhnya lebih memukau jika dia hanya menggunakan kemeja putih itu. Bahkan kerahnya yang terbuka menampakan belah dada—” April tidak melanjutkan perkataan di dalam pikiran kotornya. Dia memutar kepalanya ke kanan dan kiri. Dengan mata dan bibir yang dikerutkan. Lalu sebagai cengkraman tangannya, dia men
“Apa-apaan ini? Ada kecoa di dalam kue!” “Pernikahan ini sangat buruk!” “Ayo, pergi! Aku tidak bernafsu!” Banyak ucapan tidak baik yang didengar oleh pengantin baru itu. Leo yang mematung tidak bisa apa-apa, dan Camilla yang terus mengomel kepada suaminya untuk mencari orang yang menyebabkan semua ini. “Leo, Camilla! Pergi dari sini. Aku akan mencari siapa biang keladinya!” kata Tomi. Satu lagi yang tidak kenal takut selain Angga. Dia adalah Tomi. Wajah bengisnya membuat siapapun takut untuk menatapnya. Mungkin karena dia sudah sering menumpahkan darah dan mengambil nyawa manusia seenaknya. “Pak Tomi, saya akan membantu Anda untuk mencari pelakunya.” Angga menghampiri Tomi untuk memberikan bantuan khusus. “Terima kasih, Angga. Saya sangat senang dengan bantuan Anda,” balasnya. “Sayang, kita pergi saja, ya. Aku takut jika tikus itu masih ada disini walaupun petugas sudah membereskannya.” Mawar mulai memanfaatkan momen ini untuk lebih dekat dengan tunangannya itu. “Janga
“Dia tadi ada di sampingku. Aku benar-benar takut jika aku hilang kesadaranku. Dadaku juga sesak, Angga. Aku belum sanggup bahkan hanya mendengar suaranya atau melihat wajahnya.Tanganku bergetar,” ungkapnya sambil menangis. “Aku mengerti, April. Kamu pasti sangat kesulitan, ya. Ketika kamu tidak punya siapa-siapa, aku ada untukmu. Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun.”Angga terus memeluk dan mengusap punggungnya. Dia tidak sedang menggodanya. Dia benar-benar sudah mencintai gadis itu. Bahkan amarah April kepada Tomi dapat dia rasakan. “Aku berjanji, April. Bahwa kamu tidak akan hidup sendirian dengan luka yang kamu miliki. Aku akan menemanimu dan mengerahkan segalanya untukmu,” bisik Angga kepada gadis yang tertidur itu. Mengeluarkan air mata butuh tenaga. Setelah menangis pun April tertidur karena saking lelahnya. Kedua tangan masih melingkar pada pundak Angga. Jadi Angga memberikan April duduk dipangkuannya sambil Angga menyetir. “Dia seperti bayi,” gumamnya. Saat mer