"Apa kamu senang bisa berpelukan dengannya?" Readers, tebak siapa yang cemburu? Baca bab selanjutnya supaya tahu kisah selanjutnya ;)
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya
“Apa yang sedang kamu lihat?! Buka pintu mobilnya sekarang!” perintah Mawar. April pun langsung berdiri dan berlari ke arah mobil milik Angga. Dia membuka pintu itu, lalu berlari lagi kepada mereka, untuk membantu Angga berdiri. Jujur, tubuh Angga sangat berat karena otot yang dilatih. Setelah April selesai membantunya, dia hanya berdiri di depan pintu mobil itu. “Kenapa kamu berdiri disini?! Pergi sana! Biar aku yang akan mengantarnya pulang—” “Tidak. Biarkan gadis itu yang mengantarkanku pulang.” Angga menyanggahnya. April tahu jika Mawar akan curiga kepada mereka berdua jika mengantarnya pulang. Karena dia akan terkejut kalau rumah Angga dan April bersebelahan. Lalu gosip tidak baik menyebar di kantor ini. “Tapi Angga, kamu akan terluka jika bersama dia,” kata Mawar. Daripada itu, Mawar terlihat ingin dekat dengan Angga daripada khawatir April akan menyakitinya. “Wanita ini adalah musang. Aku membencinya,” kata April di dalam hati. “Tidak apa-apa. Dia harus bertang
Drrt! Drrt! Ponsel April berbunyi di dalam saku rok miliknya. Ungkapan Angga mulai terlupakan karena April senang bahwa yang menghubunginya adalah Leo. April meninggalkan Angga sendirian dan dia mulai menutup pintu untuk bercengkrama dengan Leo di kamarnya. “Leo, ada apa kamu menghubungiku?” tanya April di dalam teleponnya. Angga mendengar pembicaraan mereka, bahkan sekarang dia sedang mengintip di balik pintu kamar April. Angga kesal karena suara yang April keluarkan untuk Leo terdengar dibuat-dibuat. “April, aku ingin memberitahumu bahwa besok aku akan menikah. Aku ingin memberikan kartu undangannya tapi aku tidak tahu dimana rumahmu,” kata Leo. Suara yang April dengar adalah ketidakinginan Leo untuk menikah dengan Camilla. Ya, terdengar lemah, tidak bersemangat dan lebih pasrah. April menyingkirkan rambutnya ke samping telinga. Dengan senyuman yang lebih merona dari pada yang diperlihatkan kepada Angga. Angga melihatnya dengan jelas, karena pintu ini tidak dikunci. “
Siang ini, matahari lebih terik dari biasanya. Pria tampan yang memakai jas hitam itu juga cukup tidak nyaman dengan pakaiannya. Lalu gadis di sampingnya memakai baju merah muda yang senada. “Kamu tampak cantik hari ini, April,” kata Angga sambil membawakan tas milik April yang ringan itu. Tentu saja dia sangat cantik. Pakaian apa pun yang dia pakai akan sangat cocok untuknya. Tapi April tidak menjawab ungkapan Angga. “Hari ini sangat panas. Bisakah kamu memegang jasku dulu?” Angga membuka jas hitamnya. Ketika dia menarik kedua tangannya ke belakang, dada bidang Angga lebih jelas sekarang. April melihatnya jika kancing itu seperti akan segera lepas. “Kenapa dia sangat seksi? Tubuhnya lebih memukau jika dia hanya menggunakan kemeja putih itu. Bahkan kerahnya yang terbuka menampakan belah dada—” April tidak melanjutkan perkataan di dalam pikiran kotornya. Dia memutar kepalanya ke kanan dan kiri. Dengan mata dan bibir yang dikerutkan. Lalu sebagai cengkraman tangannya, dia men
“Apa-apaan ini? Ada kecoa di dalam kue!” “Pernikahan ini sangat buruk!” “Ayo, pergi! Aku tidak bernafsu!” Banyak ucapan tidak baik yang didengar oleh pengantin baru itu. Leo yang mematung tidak bisa apa-apa, dan Camilla yang terus mengomel kepada suaminya untuk mencari orang yang menyebabkan semua ini. “Leo, Camilla! Pergi dari sini. Aku akan mencari siapa biang keladinya!” kata Tomi. Satu lagi yang tidak kenal takut selain Angga. Dia adalah Tomi. Wajah bengisnya membuat siapapun takut untuk menatapnya. Mungkin karena dia sudah sering menumpahkan darah dan mengambil nyawa manusia seenaknya. “Pak Tomi, saya akan membantu Anda untuk mencari pelakunya.” Angga menghampiri Tomi untuk memberikan bantuan khusus. “Terima kasih, Angga. Saya sangat senang dengan bantuan Anda,” balasnya. “Sayang, kita pergi saja, ya. Aku takut jika tikus itu masih ada disini walaupun petugas sudah membereskannya.” Mawar mulai memanfaatkan momen ini untuk lebih dekat dengan tunangannya itu. “Janga
“Dia tadi ada di sampingku. Aku benar-benar takut jika aku hilang kesadaranku. Dadaku juga sesak, Angga. Aku belum sanggup bahkan hanya mendengar suaranya atau melihat wajahnya.Tanganku bergetar,” ungkapnya sambil menangis. “Aku mengerti, April. Kamu pasti sangat kesulitan, ya. Ketika kamu tidak punya siapa-siapa, aku ada untukmu. Aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun.”Angga terus memeluk dan mengusap punggungnya. Dia tidak sedang menggodanya. Dia benar-benar sudah mencintai gadis itu. Bahkan amarah April kepada Tomi dapat dia rasakan. “Aku berjanji, April. Bahwa kamu tidak akan hidup sendirian dengan luka yang kamu miliki. Aku akan menemanimu dan mengerahkan segalanya untukmu,” bisik Angga kepada gadis yang tertidur itu. Mengeluarkan air mata butuh tenaga. Setelah menangis pun April tertidur karena saking lelahnya. Kedua tangan masih melingkar pada pundak Angga. Jadi Angga memberikan April duduk dipangkuannya sambil Angga menyetir. “Dia seperti bayi,” gumamnya. Saat mer
Tiga hari kedepan, April menemukan kebebasannya karena dia dan karyawan lainnya mendapatkan cuti. Walaupun begitu, April melakukan kesempatan cuti ini untuk melakukan misi selanjutnya. Sekarang, seorang pria yang mendorong mulutnya karena April senang jika dia tidak ada. “Apa kamu selalu senang seperti itu jika aku tidak ada, April?” “Tentu saja, karena tidak ada yang bisa menggangguku tiga hari kedepan. Ah, aku akan liburan. Senangnya!”Padahal April sudah tidak sabar dengan misi barunya yang lebih menarik itu. Angga menghela nafas karena gadis itu terlalu terus terang, kemudian Angga merasa sakit hati juga. “Seharusnya kamu jadi Sekretarisku—”“Tidak mau! Menjadi karyawan biasa saja kamu sudah sering menyiksaku! Revisi! Revisi! Revisi! Hah, aku bahkan tidak bisa membayangkannya dengan pikiran yang positif,” ujar April sambil menciptakan dunianya sendiri yang seperti neraka jika dia harus menjadi Sekretaris Angga. Angga tersenyum sebagai balasannya. “Kalau begitu, aku akan mer
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak