Saat itu, April terkejut dengan perkataannya, sementara Angga memasang wajah yang datar. Rupanya, Angga sudah tahu masalah pribadi April. Dia bahkan tahu bahwa April akan melakukan interview hari ini, jadi Angga sebenarnya sengaja menunggunya, bukan tiba-tiba bertemu di lift seperti film romansa.
Setelah mendengar Angga yang tahu semua masalah April, dia pun masuk ke dalam mobil Angga dengan pasrah.
“Pertama, aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku sadar bahwa kamu berbeda dengan wanita yang pernah aku temui. Tapi bukan berarti kamu spesial, kamu masih tidak menarik seperti wanita biasa,” ucap Angga yang dibalas dengan kedua bola mata April yang berputar. “Kedua, aku akan membantumu untuk membalas dendam. Aku bisa menghancurkan kehidupan dia detik ini juga,” lanjutnya.
April merinding mendengar kalimat kedua. Dia sangat enteng mengatakan akan menghancurkan Tomi.
“Apa kamu menguntitku?” tanya April. Ya, dia lebih takut tentang itu sekarang. Jika tidak, bagaimana Angga dapat mengetahui masalah April dengan Tomi sangat detail.
“Untuk apa menguntitmu? Memangnya aku orang mesum. Tentu saja berkat kekuasaan dan kekayaan yang aku miliki, aku bisa mencari tahu kamu bahkan sesuatu tidak penting sekalipun. Seperti kebiasaanmu yang selalu mencium buku baru, buku lama dan baju kotor. Wah, kamu orang aneh yang pernah aku temui,” ungkapnya sambil terus menyetir dan menertawakan April.
“Jika dia tertawa seperti itu, dia seperti anak kecil,” batin April.
“Kenapa menatapku terus? Kamu terpesona, ya. Cepat turun.” Angga bahkan keterlaluan pada gadis biasa itu. Mendorong tubuh April agar cepat menghilang dari kursi mobilnya yang mewah dan mahal.
“Tapi ini bukan rumahku,” sanggah April dan memasang sabuk pengamannya lagi, sebagai kode untuk Angga bahwa dia harus mengantarkan April dengan benar. April sekarang berani menyilangkan kakinya juga.
Angga pun turun dari mobilnya. Dia membuka pintu untuk April. Satu tangannya diletakan di atas mobil agar saat April keluar, tidak membentur kepalanya.
“Sebelah kiri rumahku, lalu yang kanan rumahmu. Aku sengaja memberimu rumah yang lebih besar, karena kamu menyedihkan,” katanya dengan tatapan yang bangga telah mengejek April.
April terkejut beberapa kali dengan sikapnya dan apa yang telah dia berikan kepadanya. Tapi dia berpikir, bahwa hal seperti ini biasa untuk orang kaya seperti Angga.
Mereka pun pergi bersama ke rumah April. Angga banyak bicara ternyata. April pikir dia orang yang pendiam dan memiliki hati yang dingin. Tapi dia telah salah menilai Angga. Kesalahpahaman malam itu akan April maafkan, karena sudah memberinya rumah mewah dengan semua isinya, satu unit mobil, satu lemari pakaian mahal dari desain ternama, dan semua pendukung fashion April.
Walaupun April pernah hidup dalam kejayaan bersama orang tuanya, namun pemberian Angga tidak bisa April bandingkan. Sepanjang Angga menjelaskan rumah dan isinya, April hanya bisa menganga tidak percaya bahwa semua ini sudah menjadi hak miliknya. Angga sampai menandatangani perjanjian bahwa semua ini bukanlah kebohongan.
“April, ada satu lagi yang ingin aku tunjukan kepadamu. Aku memiliki ruang rahasia untuk kamu bekerja,” kata Angga.
Angga memandu April. Dia masuk ke sebuah ruangan kosong yang hanya ada satu kursi dan meja yang menghadap ke jendela. Tampaknya, itu adalah tempat untuk April membaca buku. Tapi bukan itu yang akan Angga tunjukan.
Angga mengambil satu buku tebal berwarna merah dari lemari tersebut. Ternyata, terdapat tombol berwarna hijau sebesar koin. Angga menekan tombol itu dan lemari itu tiba-tiba membuka jalan untuk mereka lewati.
Itu gelap sekali, jadi Angga menekan saklar lampu terlebih dahulu. April mengikuti Angga dari belakang sambil melihat ke berbagai arah dan sudut ruangan itu. Mereka perlu menuruni tangga terlebih dahulu.
“Ini ruangan yang aku maksud, April.” Angga menunjukan ruangan yang menakjubkan.
Sebuah meja yang panjang dan tiga kursi terpasang di dekat tembok bagian depan. Lalu, enam CCTV yang masih kosong juga ada di ruangan ini. Beralih ke ruangan paling sempit yang terdapat dua kursi dengan satu meja dan satu whiteboard.
“Angga, kenapa kamu memberikan aku semua ini? Apa maksudnya?” tanya April dengan mengerutkan matanya.
“Karena kamu menolak aku untuk menghancurkan hidup Tomi detik ini juga. Aku sudah menebaknya dari matamu yang penuh dendam itu. Jadi, aku menyiapkan semua ini. Apakah kamu ingin aku membantumu untuk balas dendam? Aku bisa membantumu dengan ini semua sebanyak yang aku bisa,” katanya.
April tidak langsung menjawabnya. Dia masih melihat benda yang terpasang di ruangan ini. “Maksudmu, kita akan membuat misi untuk balas dendam disini? Apa kita harus menyusup juga?” tanya April.
“Cerdas. Kita akan balas dendam dengan perlahan. Mempermalukannya, menyakitinya dan menghancurkannya. Dengan kita menyadap rumah dan kantor dia, kita akan tahu apa kelemahan dia dan apa yang paling ditakutinya. Kita akan menghancurkannya dengan itu, April,” jawabnya.
April pikir, meminta bantuan dari Angga cukup menguntungkan. Walau terlihat berlebihan untuk orang yang baru ditemui. Tapi April tidak peduli. Dia ingin balas dendam dengan fasilitas dan kekuasaan Angga.
Sebenarnya, setiap kali April mengatakan alasan Angga membantunya sejauh ini kenapa, dia selalu mengatakan bahwa April terlihat menyedihkan. Padahal, April tidak percaya itu. April berpikir bahwa Angga memiliki niat lain yang sama kepada Tomi. Hanya saja, April akan bertanya lagi secara perlahan.
“Mulai dari mana aku harus balas dendam?” gumam April dengan suara yang kecil dan terlihat murung itu.
April berpikir bahwa Tomi selalu melakukan kejahatan kepada keluarganya tanpa kebingungan. Sedangkan April yang sudah memiliki background yaitu Angga yang dapat diandalkan, masih saja kesulitan.
Angga menghampiri April dengan sebuah dokumen dan beberapa foto. Dia bahkan menyusun itu di meja. Angga menjelaskan orang-orang yang dekat dengan Tomi, lalu ada satu orang yang dia kenal.
“Leo?” April memegang foto orang dia kenal itu.
“Ya, Leo. Orang yang tertawa denganmu di lift tadi adalah anak dari Tomi. Kamu terlihat akrab dengannya. Siapa dia?” tanya Angga.
Angga menampilkan ekspresi kesal dan dingin saat bertanya tentang Leo kepadanya. Sedangkan April baru tahu orang yang ramah kepadanya adalah anak dari pembunuh orang tuanya.
“Aku baru kenal dia tadi. Karena dia kekasih musuhku,” jawabnya.
April memikirkan yang ide gemilang setelah mengetahui bahwa Leo adalah anak dari Tomi. Sebenarnya April kecewa karena Tomi memiliki anak seperti Leo. Tapi tidak menutup kemungkinan, Leo juga tidak sebaik yang dia kira. April harus lebih hati-hati sekarang.
“Jadi, apa yang kamu lakukan kepada Leo, April?” tanya Angga dengan mata yang tajam.
“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. “Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga. April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” “Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. “Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, ap
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya
“Apa yang sedang kamu lihat?! Buka pintu mobilnya sekarang!” perintah Mawar. April pun langsung berdiri dan berlari ke arah mobil milik Angga. Dia membuka pintu itu, lalu berlari lagi kepada mereka, untuk membantu Angga berdiri. Jujur, tubuh Angga sangat berat karena otot yang dilatih. Setelah April selesai membantunya, dia hanya berdiri di depan pintu mobil itu. “Kenapa kamu berdiri disini?! Pergi sana! Biar aku yang akan mengantarnya pulang—” “Tidak. Biarkan gadis itu yang mengantarkanku pulang.” Angga menyanggahnya. April tahu jika Mawar akan curiga kepada mereka berdua jika mengantarnya pulang. Karena dia akan terkejut kalau rumah Angga dan April bersebelahan. Lalu gosip tidak baik menyebar di kantor ini. “Tapi Angga, kamu akan terluka jika bersama dia,” kata Mawar. Daripada itu, Mawar terlihat ingin dekat dengan Angga daripada khawatir April akan menyakitinya. “Wanita ini adalah musang. Aku membencinya,” kata April di dalam hati. “Tidak apa-apa. Dia harus bertang
Drrt! Drrt! Ponsel April berbunyi di dalam saku rok miliknya. Ungkapan Angga mulai terlupakan karena April senang bahwa yang menghubunginya adalah Leo. April meninggalkan Angga sendirian dan dia mulai menutup pintu untuk bercengkrama dengan Leo di kamarnya. “Leo, ada apa kamu menghubungiku?” tanya April di dalam teleponnya. Angga mendengar pembicaraan mereka, bahkan sekarang dia sedang mengintip di balik pintu kamar April. Angga kesal karena suara yang April keluarkan untuk Leo terdengar dibuat-dibuat. “April, aku ingin memberitahumu bahwa besok aku akan menikah. Aku ingin memberikan kartu undangannya tapi aku tidak tahu dimana rumahmu,” kata Leo. Suara yang April dengar adalah ketidakinginan Leo untuk menikah dengan Camilla. Ya, terdengar lemah, tidak bersemangat dan lebih pasrah. April menyingkirkan rambutnya ke samping telinga. Dengan senyuman yang lebih merona dari pada yang diperlihatkan kepada Angga. Angga melihatnya dengan jelas, karena pintu ini tidak dikunci. “