“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu.
Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya.
“Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga.
Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga.
April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!”
“Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu.
“Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, apakah kamu memiliki hubungan spesial dengannya?” lanjut April.
PUK!
Angga memukul kening April dengan dokumen kosong yang ada di sampingnya. Walaupun itu tidak terasa sakit, tapi April kesal kepada Angga yang berani dengannya.
April mencondongkan tubuhnya lalu meletakan tangan kirinya ke dada yang bahkan tidak menarik itu. Rambutnya terbang disapu angin bayangan.
“Aku ini sabuk hitam. Kamu jangan macam-macam padaku!” sentaknya yang membuat Angga tidak bisa mengedipkan matanya dan malah meneteskan air mata. Tidak, bukan karena bersedih. Itu karena ujung rambut April mengenai matanya.
Angga langsung menarik rambut April ke atas dengan niatnya untuk memperbaiki posisi rambut tersebut. Tapi, yang terjadi sekarang adalah fakta bahwa hati Angga berdebar. Itu karena leher panjang April yang indah.
“Apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu demam?” tanya April sambil memegang kening Angga dengan punggung tangannya. Tapi reaksi Angga malah terus larut dalam pipi tomat dan telinga yang tiba-tiba terbakar.
“Dasar wanita aneh. Aku ini normal. Penyuka wanita, tapi aku bukan buaya,” sanggahnya dengan malu. Angga masih memikirkan leher jenjang April.
Sedangkan April memikirkan bahwa pria tegas di hadapannya ini adalah pria tidak normal. Ekspresi wajah April memperlihatkan wajah penggoda. Dia mulai mendorong jari tangannya untuk mengangkat pakaian Angga. Dia akan melihat sesuatu yang memiliki enam atau bahkan delapan kotak.
Angga menepis tangan April. “Hey! Apakah kamu wanita mesum?! Sungguh tidak terduga jika kamu yang memiliki wajah yang polos ini senang menggoda pria. Apakah pekerjaanmu sebelumnya melakukan sesuatu seperti ini? Mendorong tubuhku ke belakang lalu dasiku …”
“Angga, kamu seperti bukan pria yang normal. Tubuhmu sangat bagus, roti perutmu memiliki satu, dua, tiga, enam! Wah, aku tahu bahwa aku tidak boleh ikut campur, tapi cobalah mencintai wanita daripada pria,” katanya sambil melepaskan cengkramannya dari dasi Angga dan turun dari kursi itu.
Seperti sudah tidak terjadi apa-apa, April menepuk kedua tangannya seperti sedang membersihkan debu.
Angga bangkit dari tempat duduknya sambil memperbaiki dasinya itu. Tentunya, tanpa meninggalkan perasaan yang berdegup kencang itu.
“Kamu pikir aku membangun otot ini untuk seorang pria?! Ini bukan untuk wanita atau bahkan pria. Ini untuk diriku. Daripada tubuhmu yang tidak menarik itu. Apa yang bisa dilihat dari tubuhmu?” kata Angga sambil melihat tubuh April yang rata.
Sedangkan April pergi mencari cermin yang besar untuk melihat tubuhnya. Dia melihat ke sisi kanan dan kiri. Tidak lupa, membusungkan dadanya.
“Argh! Apakah aku bisa menggoda dia dengan tubuhku yang kaku ini? Bahkan jika aku seorang wanita, aku akan berakhir menjadi pria yang tidak menarik,” ungkapnya karena bersedih dengan tubuhnya.
Tapi Angga bertanya-tanya di dalam kepalanya. Dia tidak tahu siapa yang April maksud. Kenapa dia mengatakan seorang pria, pikirnya.
Angga menghampiri April lalu bertanya, “Siapa pria yang kamu maksud?” Angga menatap April dengan kening yang mengkerut.
“Leo. Aku membicarakan dia. Kenapa kamu ini lambat sekali,” jawabnya dengan cepat.
“Apa yang akan kamu lakukan dengan tubuhmu itu? Kamu tidak sedang memikirkan sesuatu yang gila, ‘kan?” tanya Angga sambil memastikan perkataannya. Dia terus membuntuti langkah April, kemanapun dia pergi di ruangan itu.
“Menurutmu?” April memutar tubuhnya. Sekarang mata mereka saling bertatapan.
Jantung Angga berdegup kencang meminta lompat. Tapi yang lebih mengganggu pikirannya adalah akasi yang akan April lakukan kepada Leo, pria yang baru dia kenal hari ini. Angga memiliki perasaan yang buruk tentang ini.
“April, jangan bertindak lebih jauh. Kamu baru mengenal dia hari ini. Bagaimana jika dia berbahaya? Apakah kamu tidak takut dia akan menyakitimu? Bagaimana jika dia memaksamu untuk minum beberapa botol alkohol lalu membawamu ke kamar tidurnya?” tanya Angga.
Angga tahu bahwa tindakan April sangat gegabah. Angga akan membuat April mencari cara lain tanpa harus memadam ambisinya untuk membalas dendam kepada Tomi. Tapi memikirkan bahwa Leo akan tidur dengan April, membuat hatinya sakit.
“Angga, kenapa kamu malah khawatir padaku? Aku yang akan melakukan semua itu, Angga. Aku yang akan menjebak dia dengan alkohol dan mengajaknya tidur denganku,” jawab April dengan wajah yang dimiringkan ke sebelah kiri.
“Tidak! Aku tidak akan mengizinkannya.”
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d
April pun pergi bersama Leo. Tidak hanya itu, pria yang seusia dengannya itu juga memperkenalkan April kepada tim divisi lainnya. April tidak menyangka, bahwa tim divisi A akan menyambutnya dengan hangat. “Selamat bekerja, April. Saya sudah mendengar tentangmu dari Leo,” kata Hanum. Karyawan paling tua di divisi ini. “Terima kasih,” jawab April sambil membungkukkan tubuhnya. April pun duduk di sebelah Leo. Ini juga kejutan untuk April, karena mereka lebih mudah menyapa satu sama lain, walaupun terhalang sekat masing-masing. “Ini lebih mudah dari yang aku kira. Aku akan menghancurkan pria di hadapanku ini tanpa perasaan. Aku akan membuat kamu menderita, Leo. Sama seperti Ayahmu yang membuat orang tuaku menderita,” katanya di dalam hati. April mengambil pekerjaannya. Walaupun dia adalah karyawan baru, April melakukannya lebih baik karena kemampuannya. Semua orang di divisi ini tidak kewalahan dengan April karena April cukup hebat. Tok! Tok! April mengetuk sekat yang menghalan
April dan yang lainnya selesai bekerja. Hanya ada Leo yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya sedikit lagi. “Leo, aku pulang, ya,” kata Sarah. “Baik, kak,” jawab Leo sambil melambaikan tangannya. Sarah dan yang lainnya pulang bersama. Sementara April sedang menuliskan sesuatu di sebuah kertas note berwarna kuning. Dia menempelkan pada botol berwarna merah muda itu. “Leo, ini untukmu. Aku pulang dulu, ya. Semangat,” kata April sambil memberikan susu strawberry kepada Leo. Tidak hanya itu, April juga tersenyum kepadanya. Selain itu, seorang pria sudah berdiri di depan pintu. Dia adalah Angga, pemilik mata elangnya yang menakutkan. April hampir tersedak karena dia juga sedang minum susu yang sama. “Hey, apa yang kamu lakukan disini?! Ayo, kita pergi!” bisik April dengan mulut yang tegas. April mendorong tubuh Angga karena takut jika Leo melihatnya. Sementara Angga terlihat kesal sampai mau muntah melihat apa yang April lakukan kepada Leo tadi. Di parkiran mobil, hanya
“Apa yang sedang kamu lihat?! Buka pintu mobilnya sekarang!” perintah Mawar. April pun langsung berdiri dan berlari ke arah mobil milik Angga. Dia membuka pintu itu, lalu berlari lagi kepada mereka, untuk membantu Angga berdiri. Jujur, tubuh Angga sangat berat karena otot yang dilatih. Setelah April selesai membantunya, dia hanya berdiri di depan pintu mobil itu. “Kenapa kamu berdiri disini?! Pergi sana! Biar aku yang akan mengantarnya pulang—” “Tidak. Biarkan gadis itu yang mengantarkanku pulang.” Angga menyanggahnya. April tahu jika Mawar akan curiga kepada mereka berdua jika mengantarnya pulang. Karena dia akan terkejut kalau rumah Angga dan April bersebelahan. Lalu gosip tidak baik menyebar di kantor ini. “Tapi Angga, kamu akan terluka jika bersama dia,” kata Mawar. Daripada itu, Mawar terlihat ingin dekat dengan Angga daripada khawatir April akan menyakitinya. “Wanita ini adalah musang. Aku membencinya,” kata April di dalam hati. “Tidak apa-apa. Dia harus bertang
Drrt! Drrt! Ponsel April berbunyi di dalam saku rok miliknya. Ungkapan Angga mulai terlupakan karena April senang bahwa yang menghubunginya adalah Leo. April meninggalkan Angga sendirian dan dia mulai menutup pintu untuk bercengkrama dengan Leo di kamarnya. “Leo, ada apa kamu menghubungiku?” tanya April di dalam teleponnya. Angga mendengar pembicaraan mereka, bahkan sekarang dia sedang mengintip di balik pintu kamar April. Angga kesal karena suara yang April keluarkan untuk Leo terdengar dibuat-dibuat. “April, aku ingin memberitahumu bahwa besok aku akan menikah. Aku ingin memberikan kartu undangannya tapi aku tidak tahu dimana rumahmu,” kata Leo. Suara yang April dengar adalah ketidakinginan Leo untuk menikah dengan Camilla. Ya, terdengar lemah, tidak bersemangat dan lebih pasrah. April menyingkirkan rambutnya ke samping telinga. Dengan senyuman yang lebih merona dari pada yang diperlihatkan kepada Angga. Angga melihatnya dengan jelas, karena pintu ini tidak dikunci. “
Siang ini, matahari lebih terik dari biasanya. Pria tampan yang memakai jas hitam itu juga cukup tidak nyaman dengan pakaiannya. Lalu gadis di sampingnya memakai baju merah muda yang senada. “Kamu tampak cantik hari ini, April,” kata Angga sambil membawakan tas milik April yang ringan itu. Tentu saja dia sangat cantik. Pakaian apa pun yang dia pakai akan sangat cocok untuknya. Tapi April tidak menjawab ungkapan Angga. “Hari ini sangat panas. Bisakah kamu memegang jasku dulu?” Angga membuka jas hitamnya. Ketika dia menarik kedua tangannya ke belakang, dada bidang Angga lebih jelas sekarang. April melihatnya jika kancing itu seperti akan segera lepas. “Kenapa dia sangat seksi? Tubuhnya lebih memukau jika dia hanya menggunakan kemeja putih itu. Bahkan kerahnya yang terbuka menampakan belah dada—” April tidak melanjutkan perkataan di dalam pikiran kotornya. Dia memutar kepalanya ke kanan dan kiri. Dengan mata dan bibir yang dikerutkan. Lalu sebagai cengkraman tangannya, dia men
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak