BANG!
Sebuah peluru menancap jantung Erina dengan tiba-tiba. April melihat itu dengan ngeri. Dia memutar tubuhnya dan pistol sudah berada di depan matanya. Tubuh April bergetar, jantungnya berdetak seperti akan meledak.
“Apa yang sedang kau lakukan kepada Ibuku?!” sentak April dengan air mata yang sudah mengalir sejak tadi.
“Tentu saja aku sedang bermain,” jawabnya dengan senyum yang lebih mengerikan daripada apapun.
April mendorong tubuhnya ke belakang, tangannya mulai meraba tubuh ibunya. April membelalakan matanya, karena menyadari bahwa tubuh ibunya dingin. Padahal, dia dapat merasakannya bahwa tangan Erina sangat hangat saat menamparnya tadi.
“I-Ibu.” April memanggil Erina dengan suara yang bergetar.
Erina tidak menjawab, tapi Tomi menggantikan Erina dengan tawanya yang keras dan meledek itu. Dengan tangan yang masih mengarahkan pistol ke matanya, Tomi juga berhasil menginjak dua tangan wanita yang sedang berpegangan itu. Dia menginjak lalu memutarnya.
“Arghh!” April merasakan sakit yang hebat dari punggung tangannya, rasanya jari-jari itu seperti akan terbelah menjadi beberapa bagian.
“Apakah kamu penasaran dengan keadaan Ibumu? Biar aku yang memeriksanya,” kata Pria jahat itu. Dia meletakan kedua jarinya di leher Ibunya, lalu dia berkata lagi, “April, jika aku tidak bisa merasakan detak dari nadinya, apakah dia mati? Bagaimana ini April? Aku sudah melakukan kesalahan. Hah hahaha.” Tomi mulai membuat lelucon dengan kematian ibunya,
April mulai menangis lebih kencang dari sebelumnya. Tomi bahkan dapat melihat urat leher April yang timbul karena kemarahan kepadanya. Penderitaan ini adalah sesuatu yang memuaskan hati Tomi.
April lalu memutar tubuhnya, dia memeluk jiwa yang mati. “Ibu, tolong bangunlah, Ibu!” April merasakan bahwa dadanya sedikit sesak. Dia menderita sekarang. Sesuai yang Tomi harapkan. April menggerakan tubuh Ibunya, tapi mustahil dia bisa bangun kembali.
“Anak ini sudah gila,” batin Tomi.
April langsung berlari ke dapur lalu Tomi mengejarnya. April mengambil pisau dan mengarahkannya di depan Tomi. April juga membuat ancaman untuknya.
“Aku akan membunuhmu, Tomi!” sentak April.
Saat April ingin menusuk Tomi dengan pisau dapur, Tomi berhasil memblokirnya dengan pistol tadi. Senyum yang menyungging dengan bebas itu lebih menakutkan jika dilihat dari dekat. Tatapan mata Iblis itu juga membuat April ingin pergi jauh dari pada harus menusuk Tomi.
“Aku terpojok sekarang. Bagaimana ini?!” batin April.
Secara tidak sadar, pisau April jatuh ke lantai karena tangannya yang gemetar. Sedangkan pistol Tomi mendesak dekat lehernya sampai membuat April nyeri tenggorokan dan sulit bernafas.
“Kemana dirimu yang pemberani kemarin?” Tomi menatap tubuh April yang bergetar. “Dasar pahlawan kesiangan. Berani-beraninya mengganggu hidupku yang sempurna. Kamu pikir aku hanya akan membunuhmu langsung? Lebih menyenangkan membuatmu menderita dulu, bukan?” Tomi memukul kepala April di setiap kata yang dia ucapkan.
April menatap mata Tomi dengan penuh amarah. Dia bahkan menggigit bibirnya sampai berdarah. “Aku kasihan padamu. Kamu merusak kebahagiaan orang lain hanya karena kamu tidak bahagia. Tomi, aku dengar kamu anak yatim, lalu kamu juga anak angkat yang ditinggalkan. Kamu juga ditinggalkan istrimu—”
BUGH! BUGH! BUGH!
Tomi membalas perkataan April dengan pukulan yang keras di kepalanya. Dia tidak peduli April adalah wanita. Sementara April berhasil memancing sesuatu yang membuat Tomi marah dan melukai April.
April tergeletak di lantai. Ruangan ini banjir dengan air matanya. “Bunuh saja aku, Tomi. Kamu akan tahu apa itu neraka,” kata April.
Tapi ternyata keinginan April hanya angan-angan. April tidak diijinkan bahagia oleh Tomi bahkan di alam yang berbeda. Tomi tidak membunuhnya. Dia mengambil seutas tali dari dalam ranselnya, untuk mengikat tubuh April.
“Diamlah. Kau pikir aku bodoh? Lihat pertunjukanku.”
Sekarang, Tomi membuat operanya sendiri dan hanya April yang menontonnya. Tomi menarik rambut ibunya yang sudah menjadi mayat ke luar untuk dikubur di halaman rumah mereka.
“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?!” teriak April di dalam lakban hitam yang menutup mulutnya.
Tomi memasukan mayat Ibunya dengan sadis. Sesekali, Tomi melihat ekspresi April yang frustasi, menjerit di dalam lakban yang menutup mulutnya. Setelah selesai menguburkan Erina, Tomi melempar sebuah pisau berukuran jari kelingking kepada April.
“Selamat berjuang, ya,” ledek Tomi dan dia pergi begitu saja.
Tidak ada yang bisa April lakukan sekarang. Semuanya sudah mati, dan dia hanya sendiri. April mulai berpikir, bahwa dia akan mengakhiri hidupnya.
BLAR!
Gemuruh hujan dan petir terdengar ngeri. Di tengah jalan yang basah dan licin, seorang wanita terus berjalan tanpa henti. Pelipisnya penuh darah, bibirnya membiru, kaki tanpa alasnya terluka, tatapannya kosong.
“Bahkan hujan mengikuti tubuh inu, bersama kesedihan di dalamnya. Aku adalah April Ayudisha, wanita paling putus asa saat ini. Ck, kasihan sekali aku.”
Wanita itu terlihat kebingungan, berjalan tanpa ujung. Tapi begitu dia melihat jembatan yang menyekat sungai, dia berjalan ke arah tersebut. April sadar bahwa kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya, dia berjalan dengan pincang, dengan air mata yang sulit dikeluarkan.
“Apakah aku akan bahagia jika melompat dari sini? Apakah semua kegelisahan dan amarahku akan menghilang?” kata April dengan frustasi.
Bayang-bayang menyedihkan terus menyelimuti kepalanya. Beberapa kali dia membentur kepalanya pada pintu, ingatan itu terus ada. Berapa kali pun dia memukul dadanya, itu tidak bekerja. Dia tetap marah, kecewa, dendam. Tapi dia tidak bisa apa-apa, karena dia sudah kalah sekarang.
“Jahat sekali hidup ini. Bahkan aku harus pergi sendiri untuk dendamku, tapi mau seberani apapun diriku, aku hanya akan kalah. Aku berakhir menyedihkan, dan mereka bisa terus melanjutkan hidup. Aku sudah tidak peduli! Aku akan mati saja!” teriak April, dia mulai keluar dari jembatan itu, sekarang dia sudah dekat dengan kematian.
Matanya menatap air biru yang gelap. April tahu, itu pasti sangat dingin. April juga tahu, begitu dia melompat kesana, paru-parunya akan panas dan meledak. April mengernyitkan mata, dia membuang muka pada sungai itu. Bibirnya berhasil berdarah karena dia gigit untuk menahan ketakutannya.
“Kenapa? Kamu takut?”
Tiba-tiba, seorang pria berada di belakangnya, sejak tadi menyaksikan April yang ketakutan. Pria itu memiliki tubuh yang proporsional. Wajahnya sangat tampan, rahangnya seperti pahatan, hidungnya tinggi dan lurus. Matanya setajam elang dan terlihat mengintimidasi pada wanita yang sedang putus asa itu.
April terkejut saat melihatnya. Bisa-bisanya ada orang lain yang melihat April yang menyedihkan. April menatap laki-laki itu dengan kesal.
“Apa sedang kau lakukan disini? Kamu pikir aku malu karena akan melakukan ini? Kamu pikir aku tidak berani?!” sentak April dengan keras.
Perkataan pria itu membuat April mengeraskan suaranya. Tapi pria misterius itu malah melihat April dengan tatapan menyedihkan.
Halo, Readers. Ini adalah novel pertamaku di GoodNovel. Aku harap, kalian bisa menikmatinya bab demi bab. Setiap hari, aku selalu memberikan yang terbaik untuk para pembaca. Jadi, jangan lupa terus dukung novel ini, ya. Tolong berikan komentar yang membangun<3 Update 2-3 bab perhari.
Dia tidak membenci orang yang membunuh keluarganya saja, dia juga mulai membenci pria di hadapannya ini. Menjengkelkan. “Huh? silakan,” kata pria itu sambil menyodorkan tangannya pada sungai yang dingin. ”Aku sedang bosan, jadi aku pikir menyenangkan melihat orang yang sekarat,” sambungnya dengan senyuman menjijikan. April mendengus kesal, tapi tidak ada gunanya dia marah, karena dia akan mati hari ini. April memutar tubuhnya, menatap kembali sungai yang dingin. Entah kenapa, kali ini April lebih percaya diri. Dia merasa tidak takut ketika pria itu sudah berbicara jahat kepadanya. “Tapi sebelum itu, bagaimana jika aku membantumu menghapus darahmu?” Pria itu mengambil kain dari saku celananya, lalu menghapus darah di pelipis April dan bibirnya. Walaupun terasa perih, tapi April dapat merasakannya bahwa pria itu mengusapnya dengan lembut. Entah kenapa, April ingin menerima kebaikan bohong itu. Mata yang tadi mengintimidasi April, kini beralih pada luka yang terlihat pria itu khaw
“Aish, aku bersin terus, rupanya kalian semua sedang membicarakan aku disini!” ucap pria yang belum memperkenalkan dirinya dengan baik itu kepada April. Dia terlihat sedang menggesek hidungnya beberapa kali. April berpikir mungkin karena udara dingin setelah menyelamatkan April. “Ma-maaf, Tuan. Kami sudah selesai, jadi kami akan pergi ke dapur,” ujar salah seorang pelayan itu membawa kelima pelayan yang lain untuk pergi dari kamar tersebut. Dokter juga pergi meninggalkan mereka dengan sengaja. Kini, hanya tersisa April dan pria yang terus menatapnya. Pria itu memasukan kedua tangannya di saku celana. Dia masih berdiri, memiringkan kepalanya. “Hey, kau penasaran kepadaku? Huh! Setelah aksimu tadi? Aku benar, kamu memang tidak ingin mati.” Dia masih mengomel bahkan di rumahnya. “Si-siapa namamu?” tanya April dengan mata yang sayu dan suara yang bergetar. “Wah, akhirnya kamu bertanya siapa aku. Terima kasih karena sudah peduli, namaku Dewangga Endaru orang yang telah menyelamatkan
Sudah setengah bulan April bekerja di minimarket dekat kontrakan barunya. Setidaknya untuk bertahan hidup yang pas pasan, gaji dari minimarket di dekat rumahnya cukup. April hanya melakukan part time, sisanya diam di rumah meratapi hidup barunya. Sebelum orang tuanya meninggal, April bekerja sebagai desain interior di salah satu perusahaan Ayahnya bekerja. Tentu saja, di perusahaan itu ada Tomi, jadi sudah pasti April dipecat dari pekerjaannya. Sekarang, dia tidak bisa kerja di perusahaan manapun di Negeri ini, karena Tomi menyebarkan fitnah bahwa April ikut menggelapkan dana bersama Ayahnya. Padahal itu perbuatan Tomi. Walaupun April tahu banyak perusahaan yang menolaknya, tapi dia tidak pantang menyerah untuk melamar ke berbagai Perusahaan dengan kualifikasi dan skill yang dia miliki. Kegiatan setelah pulang bekerja hanya bermalas-malasan dengan ponselnya. Pakaian yang berantakan, makanan yang tidak habis, sampah yang berserakan, juga April yang tidak memiliki suasana hati yang b
Saat itu, April terkejut dengan perkataannya, sementara Angga memasang wajah yang datar. Rupanya, Angga sudah tahu masalah pribadi April. Dia bahkan tahu bahwa April akan melakukan interview hari ini, jadi Angga sebenarnya sengaja menunggunya, bukan tiba-tiba bertemu di lift seperti film romansa. Setelah mendengar Angga yang tahu semua masalah April, dia pun masuk ke dalam mobil Angga dengan pasrah. “Pertama, aku ingin meminta maaf atas kejadian malam itu. Aku sadar bahwa kamu berbeda dengan wanita yang pernah aku temui. Tapi bukan berarti kamu spesial, kamu masih tidak menarik seperti wanita biasa,” ucap Angga yang dibalas dengan kedua bola mata April yang berputar. “Kedua, aku akan membantumu untuk membalas dendam. Aku bisa menghancurkan kehidupan dia detik ini juga,” lanjutnya. April merinding mendengar kalimat kedua. Dia sangat enteng mengatakan akan menghancurkan Tomi. “Apa kamu menguntitku?” tanya April. Ya, dia lebih takut tentang itu sekarang. Jika tidak, bagaimana Angga d
“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. “Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga. April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” “Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. “Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, ap
“Siapa kamu sampai berani tidak mengizinkanku?” tanya April dengan mata yang sayu, lalu memegang pundak Angga dengan lengan kirinya. Angga tertegun merenung. Dia juga bingung kenapa dia mengatakan hal demikian. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang wanita yang keluar dari kandang kemarahan itu. Angga berpikir bahwa April lebih sulit dikendalikan dari perkiraannya. “Baiklah. Semua itu terserah kamu. Kemari. Ini informasi yang bisa aku dapat saat ini. Tapi, jika kamu ingin aku mencari informasi yang lebih detail, aku akan memberikannya lain kali,” kata Angga sambil memperlihatkan identitas Leo. Walaupun begitu, Angga sebenarnya sudah cukup lengkap mengetahui data diri Leo. Dia menyuruh anak buahnya, dan akan dia berikan kepada April. Lagi-lagi, April membuat jantung Angga berdegup kencang. Dia menundukan mendekatkan tubuhnya untuk melihat data diri Leo. Tapi mata Angga malah melihat ke arah leher jenjangnya. “Wangi,” gumam Angga tidak sadar dengan perkataannya. “Hm?” Apr
Hari ini adalah hari pertama April bekerja di Perusahaan DE. Perusahaan yang bergerak di bidang interior, menciptakan banyak produk mewah dan berkualitas tinggi. Sekarang, April sedang memilih pakaian untuknya bekerja, sampai bingung memilihnya karena terlalu banyak. “Hm, baju apa yang akan aku pakai, ya?” April masih mencoba banyak pakaian, sampai pakaian yang Angga berikan itu berserakan di kasur dan lantai. “Ah, ini saja. Memakai ini terlihat lugu, bukan? Aku harus memberi kesan pertama yang seperti ini kepadanya,” sambung gadis itu berpikir tentang Leo. April pun turun ke bawah. Semua yang dia kenakan sekarang adalah barang mewah dan elegan. Saat April hendak mengambil roti di meja, April melihat dari jendela bahwa Angga sedang menunggu April dengan mobil hitamnya. “Uhuk! Uhuk! Kenapa aku harus melihat pria itu pagi-pagi? Aish, kenapa adegan malam tadi terus berputar di kepalaku. Aku sudah gila! Sebaiknya, aku bersembunyi dulu.” Drrt! Drrt! Dering ponsel pun berbunyi. April
“Menurutmu?” kata Angga sambil memiringkan kepalanya. Angga menarik tangan April dari mobil yang berasap tersebut. Lalu dia membuat April duduk di pangkuannya. Tidak, ini kesalahan. Harusnya April duduk di kursi mobil, tapi tubuh Angga malah ikut terdorong bersamanya yang membuat Angga terlihat sedang memangku April. “Ma-maafkan aku,” kata April yang langsung berdiri itu. “Cepatlah duduk. Kita akan telat,” kata Angga yang sedang mengusap wajahnya itu. CEO tampan yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat pemalu ketika sudah melakukan sesuatu dengan April. Tapi ketika dia ingin melakukannya, dia akan tidak tahu malu seperti ciuman malam kemarin. “Bagaimana dengan mobilnya?” tanya April dengan wajah yang cemberut tersebut. Padahal April sudah berlaga keren di depan Angga tadi. Tetap saja, walaupun Angga yang menabraknya, tapi April merasa bahwa ini adalah kesalahannya. “Tidak apa-apa, aku akan membelikan mobil yang baru untukmu, jadi jangan khawatir,” balasan nya d