Share

Calon Tunangan

Davina mengerjapkan mata, baru saja ia terpejam namun suara ponselnya begitu berisik memekakkan telinga. Vina memaksa matanya terbuka, melihat siapa yang menelepon.

Bunda?

Vina mengernyitkan dahi, heran. Kenapa bunda meneleponnya di pagi buta seperti ini.

"Halo." Vina mendekatkan ponselnya ke telinga. "Apa?" pekik Vina, ketika orang di seberang telepon memberitahu jika bunda nya sakit. "Iya, aku usahain pulang."

Vina menghela napas, menyandarkan kepalanya sejenak. Ia memijit pelipisnya yang mulai berdenyut. Rasa cemas dan khawatir saling bersahutan. Namun hal lain mengganggu otaknya, bagaimana ia meminta izin cuti pada Sean.

Akankah Sean mengizinkannya? Setelah kejadian semalam? Vina tidak yakin. Mengingat sifat Sean, pria itu pasti akan menahannya tetap di sini.

Astaga! Kenapa serumit ini.

Tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi, Vina melirik layar ponselnya yang menyala. Mengembuskan napas kasar saat tahu siapa yang menelepon.

"Panjang umur juga si setan!" Dengan ogah-ogahan Vina menga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status