Beranda / Romansa / Dandelion / Bab 2 Ketika Fajar Menyingsing

Share

Bab 2 Ketika Fajar Menyingsing

Penulis: Eliaria Zinnia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 12:02:45

Malam semakin pekat, pertanda fajar semakin dekat. Dan akhirnya datang juga fajar menyingsing, dan matahari pun terbit. Zian mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah mengingat bahwa hari ini adalah hari senin dan seperti biasa Apel Bendera tetap dilaksanakan. Zian sudah mulai menata perlengkapan sekolahnya mulai dari buku, pulpen dan sebagainya. Pembantu rumah Bik Imah sudah menyiapkan sarapan pagi, semuanya tertatat rapi di atas meja makan ada beberapa roti tawar, nasi goreng dan omelet serta jus jeruk. Zian lebih memilih nasi goreng untuk sarapan pagi.

“Bik, Zain sudah bangun belum?”

“Kurang tahu Den, Den Zain belum kelihatan dari tadi,” jawab Bik Imah. Zain dan Zian tinggal di sebuah villa keluarga mereka bersama karena villa itu cukup luas seperti dua rumah yang disatukan wajar saja kalau Zian kadang jarang bertemu Zain saking besar dan luasnya. Mereka selalu bertemu diwaktu sarapan saja untuk makan malam dan yang lain mereka jarang bertemu padahal mereka berdua berada dalam satu villa, aneh sekali. Yah memang seperti itu jika hidup sebagai anak konglomerat. Selang beberapa menit Zain mulai muncul.

“Selamat pagi Zian…! Selamat pagi Bik Imah…!” sapa Zain dengan wajah yang cukup ceria. 

“Selamat pagi…” kata Zian. 

“Selamat pagi Den…mau sarapan pakai apa?” tanya Bik Imah. 

“Roti aja bik,”

“Kamu kenapa Zain tidak seperti biasanya. Hari ini kamu sedikit lebih ceria?” tanya Zian heran. 

“Tidak ada apa-apa kok bukankah aku memang seperti ini setiap hari,”

“Yah memang, tapi kali ini terlihat lebih ceria dari sebelumnya” kata Zian lagi.

Zain tetap saja tersenyum-senyum sendiri sambil makan roti tawar, ia masih teringat akan mimpi indah semalam. Mimpi bertemu gadis misterius itu lagi, ia hampir saja melihat wajah gadis itu sampai jam weker itu merusak mimpinya sama halnya dengan si Ziad yang mellow drama itu. Zian sudah menyelesaikan sarapannya ia bangkit dari tempat duduknya dan berangkat ke sekolah.

“Tunggu Zian, aku boleh nebeng sama kamu?” tanya Zain. 

“Memangnya mobil kamu kenapa?” kata Zian balik bertanya. 

“Ban mobilku kempes dan belum di ganti”

“Ok, kamu boleh ikut bersamaku.”

“Terima kasin Zian.”

Zian lalu pergi duluan sambil memanaskan mobil sedikit. Zain masih lahap dengan roti tawarnya, sedangkan klatson mobil sudah mulai terdengar dengan segera Zain menghabiskan segelas susu yang yang dibuatkan Bik Imah.

“Iya sebentar….!!!”

Zain akhirnya tepat waktu masuk ke dalam mobil sebelum Zian berangkat. Sepanjang perjalanan Zain masih saja tersenyum-senyum sendiri mengingat kembali mimpinya yang semalam, sedangkan Zian fokus kedepan untuk menyetir tanpa menghiraukan Zain sedikitpun. Tiba-tiba mobil sport melesat dengan cepatnya mendahului mobil Zian dan Zain. Zian hilang kendali dan hampir menabrak pohon besar di samping jalan.

“Woyyy….bisa nyetir gak….!!!!” teriak Zain yang kesal terhadap orang itu. Mobil lain tiba-tiba berhenti di depan mereka dan turunlah seorang gadis dengan seragam yang sama seperti mereka. 

“Kalian berdua tidak apa-apa kan?” tanya gadis itu.

“Ya, tidak apa-apa kok” jawab Zian. Zain malah melongo melihat gadis berambut panjang bak putri raja. Kepala Zian berdarah, ia sempat terbentur sedikit saat membanting setir.

“Tapi luka di dahimu itu bagaimana? Itu harus segera di rawat,” kata gadis itu khawatir. 

“Tidak apa-apa ini hanya luka kecil saja” jawab Zian. 

Gadis itu mengeluarkan sapu tangan dari dalam sweter yang ia gunakan. Sapu tangan berwarna pink dengan inisial M dipojok kiri. Namun darahnya tidak mau berhenti keluar, gadis itu semakin khawatir dan bersikukuh ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi Zian tidak mau. Belum puas dengan jawaban Zian. Gadis itu tetap ngotot untuk membawa Zian ke rumah sakit, tetapi Zian tetap pada jawaban yang sebelumnya.

“Sebaiknya kamu berangkat ke sekolah, jangan sampai kamu terlambat,” kata Zian menyarankan 

“Tetapi…” 

“Sudah lah ini tidak apa-apa kok, lagi pula di dalam mobil ada kotak P3K. Nanti aku bisa mengobatinya sendiri.”

“Ya sudah aku pergi dulu.”

Zian hanya mengangguk saja sambil menahan darah yang terus keluar dengan sapu tangan itu. Sebelum masuk ke mobil gadis itu melihat ke arah dua laki-laki itu dan mengatakan,

“Oh iya, nama aku Marina.”

Zain baru sadar dari khayalan tingkat tingginya dan melihat gadis itu sudah mau pergi.

“Aku Zain dan di sebelahku ini namanya Zian,” spontan Zain menjawab sambil tersenyum. Gadis itu mulai masuk ke mobilnya dan sopir dengan sigap menutup mobil itu dan pergi berlalu dari hadapan mereka berdua.

“Zian…..!! darah…!!! banyak sekali darah yang keluar,” kata Zain baru memperhatikan. Zian dengan perlahan-lahan masuk ke dalam mobil dan mengambil kotak P3K.

“Zian, kamu serius tidak mau ke rumah sakit, itu darahnya banyak yang keluar,” kata Zain lagi.

“Tidak apa-apa,” kata Zian sambil membersihkan darahnya dengan kapas dan langsung menempelkan plester di dahinya karena obat luka sudah habis.

“Zian, serius kamu tidak apa-apa, wajah kamu terlihat pucat sekali,” kata Zain khawatir melihat sepupunya.

“Iya gak apa-apa, udah ayo kita berangkat Zain. Kamu yang menyetir ya.”

“Iya, tetapi sepertinya kita akan terlambat”

“Maaf ya, karena aku kita jadi terlambat”

“Tidak apa-apa ini bukan salahmu kok tadi itu kan kecelakaan,” kata Zain sambil menyetir mobil.

“Lagi pula itu semua gara-gara orang itu. Awas saja kalau aku ketemu dia lagi. Aku bakalan…” 

“Sudahlah,” kata Zian menyela perkataan Zain. 

Jam setengah delapan mereka sampai di sekolah dan satpam sepertinya akan menutup gerbang sekolah. Zain mengklakson mobil dan meminta satpam untuk membiarkannya masuk, tetapi si satpam tidak bisa mentolerir siswa yang terlambat ke sekolah. Ziad tahu kalau sahabatnya itu terlambat berusaha menolong mereka.

“Stop pak…stop.. biarkan kedua sahabat saya ini masuk pak,” kata Ziad. 

“Tidak bisa, saya tidak bisa mentolerir siswa yang terlambat,” jawab satpam itu lagi.

Ziad mulai mengarang cerita yang aneh-aneh pada si satpam dan satpam itu pun percaya. Si satpam akhirnya membolehkan Zain dan Zian masuk. Saat keduanya turun Ziad terkejut bukan main melihat kondisi Zian yang sedikit pucat dengan plester yang ada di dahinya serta sedikit noda darah di bajunya.

“OMG HELLOW….. kamu kenapa Zian? terus luka ini apa? kalian berdua habis ngapain sih? terus wajah kamu pucat banget?” tanya Ziad begitu banyak sambil membolak balikkan tubuh Zian. 

“Sudah..sudah..kamu malah buat Zian pusing tahu gak,” kata Zain. 

“Maaf ya Ziad, ceritanya panjang nanti aku cerita sepulang sekolah sekarang aku ke kelas dulu ya,” jawab Zian. 

“Tapi kamu beneran tidak apa-apa kan Zian atau kita pulang aja ke rumah,” kata Zain menyarankan. 

“Tidak usah, aku baik-baik saja.” 

Zian mulai berjalan perlahan-lahan ke ruang kelasnya. Kelas Zian dan kedua sahabatnya berbeda Zian berada di kelas 2A, sedangkan kedua sahabatnya berada di kelas 2B.

“Ehhh…Zain, apa yang sebenarnya terjadi pada Zian?” tanya Ziad lagi. 

“Nanti aku cerita di kelas sebaiknya kita masuk sebelum para guru mengetahui kalau aku tidak ikut Apel Bendera tadi,” jawab Zain dan mulai bergegas pergi ke ruangannya. 

Untungnya guru belum masuk jadi guru tidak tahu kalau mereka terlambat. Seorang siswi putri bernama Naya terkejut melihat kondisi Zian saat bertemu di depan kelas.

“Ya ampun…Zian, kamu kenapa?" tanya Naya. 

“Maaf Nay, aku harap kamu tidak membuat satu kelas heboh dengan kondisiku yang sekarang,” kata Zian dengan tertatih. 

“Tapi…”

“Aku mohon…”

“Baiklah, tapi kamu bisa masuk kelas kan, atau aku bantu,” kata Naya. 

“Tidak usah repot-repot. Makasih ya Nay,” kata Zian mencoba menahan rasa sakit di kepalanya. 

“Iya sama-sama.”

Zian mencoba berjalan seperti biasanya agar teman-temannya tidak heboh melihat kondisinya. Naya yang melihat hal itu merasa sangat khawatir. Semua siswa cukup heran karena tidak biasanya Zian duduk di belakang seperti itu.

“Zian, tumben banget kamu mau duduk di belakang?” tanya salah seorang siswa. Saat Zian mau menjawab tiba-tiba Naya duduk dibelakang disamping Zian dan spontan berkata.

“Memangnya Zian tidak boleh duduk dibelakang memang ada yang ngelarang,” kata Naya. 

“Nay, kamu juga?” kata siswa itu lagi. 

“Kau tahu kan Naya itu tidak bisa jauh-jauh dari Zian makanya ia duduk di belakang juga,” ledek siswa yang lain. 

“Ihhhhh….!!!!! awas kau ya…!!” kata Naya marah. 

“Sudah…sudah. Aku hanya ingin saja duduk di belakang,” kata Zian dengan tersenyum

Setelah itu siswa yang lain sibuk masing-masing ketika mendapat jawaban dari Zian. Zian mencoba menahan rasa sakit di kepalanya.

“Zian kamu gak apa-apa?” tanya Naya penuh khawatir. 

“Iya tidak apa-apa kok. Hanya saja kepalaku sedikit pusing.”

“Sebaiknya kamu pulang saja.”

“Tidak usah Nay sebentar lagi kelas kita mau mulai.”

Guru pun datang dengan seorang gadis yang berambut panjang semua siswa terpanah melihat gadis itu. Zian hanya menunduk saja menahan rasa sakit di kepalanya.

“Zian sepertinya kita kedatangan murid baru.”

Zian hanya terdiam tidak merespon kata-kata dari Naya. Gadis itu memperkenalkan dirinya pada semua orang, tetapi perhatiannya malah tertuju pada seorang laki-laki yang hanya menunduk dari tadi. Ia tahu laki-laki itu adalah  Zian yang ia jumpai tadi pagi sebelumnya saat menghadap ke kepala sekolah ia meminta agar satu kelas dengan Zian dan kepala sekolah mengiakan. Jam pertama usai semua siswa berhamburan datang ke gadis itu untuk berkenalan. Naya hanya melihat Zian yang hanya masih menunduk. Tiba-tiba bel berbunyi tiga kali menandakan waktu pulang. Semua siswa bertanya-tanya kenapa mereka pulang lebih awal tetapi Naya tidak perduli. Naya malah bersyukur kalau pulang lebih awal melihat kondisi Zian yang tak menentu arahnya. Semua siswa pergi berhamburan untuk pulang hanya Naya, Marina dan Zian yang masih menunduk di dalam kelas. Naya yang heran dengan posisi Zian yang tak berubah bahkan tak bergerak mencoba untuk membangunkannya dan ternyata Zian tak sadarkan diri. 

“Zian…!!!! bangun.. bangun,” Naya mencoba membangunkannya lagi tapi mata Zian tidak terbuka. Ziad dan Zain bergegas ke kelas Zian untuk membawanya pulang melihat kondisinya yang tadi pagi sangat pucat. Marina yang melihat hal itu menghampiri Zian dan Naya.

“Sebaiknya kita segera bawa dia ke rumah sakit,” kata Marina. 

Naya hanya mengangguk mengikuti perintah Marina, keduanya merangkul Zian. Zain dan Ziad yang baru datang langsung panik setelah melihat kondisi Zian yang pingsan. Semuanya langsung membawa Zian ke rumah sakit.

“Nay, kapan Zian pingsan” tanya Ziad. 

“Aku juga tidak tahu sejak masuk kelas ia hanya menunduk saja sampai akhir pelajaran. Ketika bel pulang berbunyi aku heran kenapa dia tidak bergerak sedikitpun makanya aku coba membangunkan tapi ia tidak bangun.”

“Seharusnya aku bawa dia pulang tadi.” kata Zain marah pada dirinya sendiri dan memukul tembok. 

“Sudahlah Zain, kita berdoa saja semoga Zian baik-abaik saja,” kata Ziad bijak. 

“Sebaiknya kalian berdua pulang” tambah Ziad. 

“Aku ingin tunggu disini sampai Zian sadar.” kata Naya. 

“Iya aku juga.” ikut Marina juga. 

“Kamu?” kata Zain mulai mengenali wajah gadis itu. Ternyata itu gadis yang tadi pagi mereka jumpai.

“Aku mohon kalian berdua pulang saja nanti kami kabari jika Zian sudah sadar.” kata Ziad lagi. 

“Baiklah, kami berdua akan pulang.” kata Naya mengalah.

Akhirnya kedua gadis itu pulang ke rumah masing-masing meninggalkan Ziad dan Zain di rumah sakit.

“Zain, kamu sudah mengabari orang tua di rumah.” 

“Iya sudah tadi saat aku mengurus administrasi, katanya sebentar lagi mereka sampai.”

“Sepertinya kamu mengenal gadis yang bersama Naya tadi,” kata Ziad. 

“Iya, dia gadis yang ku ceritakan dikelas”

“Ohh…dia orangnya.”

Selang beberapa menit keluarga Zian, Zain dan Ziad datang. Mereka sangat khawatir sekali ketika mendengar kabar kalau Zian masuk rumah sakit.

Bab terkait

  • Dandelion   Bab 3 Kembali Pulang

    Sudah tiga hari Zian di rawat di rumah sakit kondisinya berangsur-angsur mulai membaik. Setiap pagi Zain dan Ziad selalu mampir ke rumah sakit sebelum berangkat ke sekolah kehadiran kedua sahabatnya membuat Zian semakin membaik. Ziad yang selalu membual dengan cerita-cerita anehnya menghilangkan rasa bosan bagi Zian.“Sebaiknya kalian berangkat ke sekolah, sudah jam setengah tujuh. Nanti satpam menutup gerbangnya lagi,” kata Zian yang masih terbaring.“Tenang Ziad kan ada nanti dia bisa cerita-cerita yang aneh ke satpam seperti waktu itu,” kata Zain dengan santainya.“Ahhh…kurang asem banget sih kamu, Zain” kata Ziad“Yah emang, ehhh aku tidak asem, tetapi aku manis.” canda Zain membuat suasana rumah sakit pecah. Kebisingan yang sering mereka lakukan sesekali mendapat teguran dari perawat dan suster.“Husttt…nanti suster itu datang lagi,” kata Zian.Ziad mulai menghitung dan ternyata benar suster itu datang dan menegur mereka bertiga.Tok

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Dandelion   Bab 4 Danau Biru

    Aroma kopi jelas sekali tercium dari arah tempat makan, Ziad mengikuti arah aroma itu dan jelas sekali tercium juga beberapa makanan yang lezat. Saat Zia mulai membuka matanya terlihat begitu banyak makanan yang tertata rapi oleh Bik Imah, orang tua Ziad juga terlihat bersama orang tua Zian dan Zain.“Selamat pagi nak.” kata ayah Ziad.“Ayah? dari mana ayah tahu kalau aku ada disini?” tanya Ziad.“Kemarin malam orang tua Zian menelpon dan mengatakan kalau kamu nginap disini.”“Oh maaf ya yah, semalam Ziad tidak sempat kasih tahu ayah, karena Ziad terlalu capek ”“Terlalu capek atau terlalu takut,” kata Zain dari belakang yang sudah mengenakan seragam sekolah. Selang beberapa menit Zian juga turun dan sudah mengenakan seragam sekolah.“Selamat pagi semua.” sapa Zian.“Zian, kamu mau masuk sekolah hari ini?” tanya ibunya.“Iya bu.”“Tapi kan baru semalam kamu pulang dari rumah sakit.”“Kondisi aku sudah baikan kok bu, ibu tenang sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Dandelion   Bab 5 Ulang Tahun Marina

    “Ziad…..!!!!” teriak seorang gadis dari arah belakang, saat Ziad menoleh ternyata yang memanggil namanya adalah Naya yang bersama dengan Marina.“Hey…kamu beli makanan buat Zain dan Zian ya, apakah kamu bisa membawanya atau aku bisa membantumu?” kata Naya menawarkan diri.“Tidak usah, aku bisa kok membawanya. Ngomong-ngomong ada apa?” tanya Ziad.“Begini besok tanggal 10 Oktober adalah ulang tahun Marina dan ia mengundangmu bersama Zian serta Zain.” kata Naya sambil menyodorkan tiga undangan untuknya.“Aku harap kalian bertiga bisa datang.” kata Marina yang sangat berharap akan kedatangan 3Z.“Iya, nanti aku tanyakan pada mereka berdua.” kata Ziad“Ya sudah kalau begitu kami akan melanjutkan untuk membagikan undangan ini.” kata Marina.“Kalau begitu sampai jumpa di pesta ulang tahun.” kata Naya sambil melambaikan tangannya. Ziad pun pergi ke tempat tongkrongannya disana sudah ada Zian dan Zain yang menunggu Ziad untuk membawa makanan.“Heyy…maaf aku ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Dandelion   Bab 6 Dandelion

    Semalaman Zian terus saja memikirkan gadis itu, sehingga ia tidak bisa tidur. Jam setengah sebelas malam Zian keluar dari rumah untuk menenangkan pikirannya saat ia menatap bintang hanya terbayang gadis itu saja, dia lalu membaca buku yang baru didapatkannya saat acara bedah buku ia juga membeli beberapa komik terbaru dan novel terbaru yang lainnya. Saat membaca bayangan gadis yang ia jumpai dari hutan itu semakin lama semakin memudar lambat laun akhirnya hilang, Zian kembali fokus dengan bacaannya selang beberapa menit kemudian Zain pun datang dan langsung duduk disamping Zian."Belum tidur? "tanya Zian."Aku tidak bisa tidur.""Kenapa? " tanya Zian heran."Entah kenapa aku kepikiran Marina, saat berdansa bersamanya tadi wajahnya selalu terbayang-bayang."Zian hanya tersenyum terus mendengar kata-kata Zain."Kamu kenapa tersenyum Zian, kamu lagi ngeledek aku ya?" kata Zain dengan wajah sedikit masam."Enggak bukan gitu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Dandelion   Bab 7 Liburan Akhir Semester

    Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa ujian akhir sekolah berakhir. Lagu libur telah tiba menjadi trending topik kala itu, semua siswa sangat menati-nanti hari ini, karena kepala sekolah akan mengumumkan tentang rencana camping untuk liburan tahun ini. Itu merupakan usulan dari beberapa anggota osis dan guru, karena dengan diadakannya camping ini para siswa bisa lebih leluasa mengenal alam. Semua siswa mendaftar ke ketua kelas masing-masing, Zian sebenarnya enggan sejali mengikuti kegiatan camping karena ia ingin menghabiskan masa liburnya bersama Natasya. Namun Zain dan Ziad sudah terlanjur mendaftarkannya sekalian. Jadi mau tidak mau ia harus ikut.Semua siswa mempersiapkan kelengkapan camping, mereka akan berangkat tiga hari lagi yaitu hari minggu jam tiga sore, mereka akan berkumpul di sekolah untuk menunggu bus yang akan digunakan."Kita harus segera bersiap juga Zain, Zian. Karena banyak sekali yang harus kita persiapkan mulai dari baju, sepatu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Dandelion   Bab 8 Kepulangan Zainia

    "Zain....!!" teriak seorang gadis dari ruang tamu memanggil- manggil namanya, Zain masih saja tidur dengan pulas, gadis itu terus saja memanggil namanya sambik menaiki tangga yang menuju ke kamar Zain. Zian keluar dari kamarnya untuk melihat darimana asal suara itu datang."Selamat pagi Zian."Alangkah terkejutnya Zian ketika melihat gadis itu, ya itu adalah Kak Zainia, kakak kandung Zain dan kakak sepupunya Zian."Kak Nia?""Zian, Zain dimana?""Sepertinya masih tidur mungkin kak.""Seharusnya libir panjang kayak gini kalian pergi bersenang-senang ke pantai, camping, mall, dll""Tiga hari yang lalu kami pulang camping kak."Nia lalu pergi ke kamar Zain untuk menemui adek tercintanya, ketika Nia di depan pintu Nia hanya diam saja sambil melihat situasinya."Hmmm.... " desah Zian yang sudah tahu apa yang akan terjadi pada kamar Zain.Brakkk.... Brakkk...!!!! pintu kamar Zain di hancurkan dengan sekali pukulan dari Nia, kakak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Dandelion   Bab 9 Makan Malam

    Senja kini berganti malam, Nia mulai bersiap-siap untuk pergi ke restoran bersama 3Z. Sesuai dengan perjanjian yang kalah harus mentraktir yang menang makan malam termewah. Dengan menggunakan dress berwarna silver dengan rambut yang terurai, Nia terlihat begitu mempesona. 3Z sedang menunggu di depan, ketika Nia datang ketiganya begitu takjub melihatnya."OMG Hellow... Kak Nia, you are so beautiful. Aku sampai pangling kak, kalau di banding dengan pacarku kakak number one, seandainya saja kakak seumuran denganku kakak akan aku jadikan pacar." puji Ziad."Ehemmm... ""Ya sudah kalau gitu sebaiknya kita berempat segera berangkat."ajak Zian.Semuanya memasuki mobil dan berangkat ke restoran. Ponsel Ziad terus saja berbunyi entah siapa yang menghubunginya, tetapi Ziad tidak menghiraukannya. Satu jam perjalanan mereka berempat akhirnya sampai di restoran, restoran itu terlihat begitu mewah. Nia mulai melangkah dengan anggunnya memasuki restoran itu dite

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-28
  • Dandelion   Bab 10 Kelompok Belajar

    Libur panjang akhir ujian telah berakhir, kini waktunya kembali untuk menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya namun dengan nuansa kelas yang berbeda, 3Z sudah kelas tiga yang artinya masa untuk bermain-main sudah berakhir. Kini mereka harus fokus terhadap masa depan yang menanti mereka di luar sana. 3Z mulai serius untuk belajar meski nilai mereka memuaskan di setiap mata pelajaran namun tidak membuat mereka untuk berhenti belajar atau merasa puas. Waktu jalan, shoping atau kumpul bareng dikurangi, karena kelas tiga ini mereka harus benar-benar fokus agar bisa masuk ke universitas yang cukup bergengsi secara bersama, karena itu merupakan kesepakatan 3Z akan selalu bersama dan sekolah ditempat yang sama.Di perpustakaan Zain mencari beberapa buku sebagai referensi untuk bacaannya, saat hendak mengambil buku yang diinginkan tak sengaja tangannya menyenggol buku lain dan terjatuh sampai mengenai seseorang dari balik lemari.Aww...!!Zain langsung bergega

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30

Bab terbaru

  • Dandelion   Bab 29 Pulih

    Ziad kembali istirahat, memejamkan kedua matanya. Suara klakson mobil dari depan mengejutkannya ia lalu melihat dari balik jendela. Ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang baru saja pulang. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan turun ke bawah untuk menyambut kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai rumah juga.""Iya," jawab ayah Ziad."Silahkan tuan, nyonya." kata pembantu membawakan dua gelas air minum."Terima kasih ya bik." ucap ibu Ziad."Ayah sama ibu baru pupang dari rumah sakit?""Ohh Ziad, kamu sudah pulang nak?" tanya ibunya."Hmmm.. " kata Ziad sambil mengangguk."Iya, ayah sama ibu dari rumah sakit." kata ayah."Alhamdulillah ayah Zain sudah baikan. Ayah sama ibu sempat khawatir saat kamu mengabari kalau ayah Zain masuk rumah sakit dan kritis." kata ibu."Lalu kerjaan ibu sama ayah bagaimana?""Alhamdulillah, kami berdua mendapatkan kontrak itu." kata ayah.&nb

  • Dandelion   Bab 28 Dilema

    Di perjalanan Ziad melihat Zian berdiri sendirian di pinggir jembatan, Ziad lalu menepikan mobilnya dan menghampiri Zian. Awan hitam mulai menyelimuti langit, nampaknya hujan akan segera turun."Hey, kenapa bengong disini. Lihat langit sudah mulai mendung, sepertinya akan turun hujan.""Ziad?"Ucapan Ziad benar, hujan pun turun dengan derasnya mereka berdua segera masuk ke dalam mobil."Kamu kenapa sih Zian, akhir-akhir aku lihat kamu sering menyendiri. Yah memang biasanya seperti itu, tetapi kali ini agak sedikit berbeda. Kamu kepikiran soal Zain?"Zian hanya diam saja, tak merespon perkataan Ziad. Niat Ziad untuk pulang ke rumah diurungkan, ia lalu mencari tempat untuk ngopi dan ngemil santai serta berbicara dengan Zian."Ayok! Kita mampir ngopi dan ngemil dulu disini," ajak Ziad.Zian masih saja melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan."Zian..!""Ehh... Iya ada apa?""Kamu ini kenapa sih, dari tadi

  • Dandelion   Bab 27 Harus Memutuskan

    "Aku keluar sebentar dulu ya Ziad, Nay." kata Zian.Zian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Zain disana, ia tidak marah atau pun dendam terhadapnya. Tapi ia hanya tidak ingin kalau Zain malah akan membecinya ketika ia mencoba menyapanya.Zian duduk di kantin sambil menikmati secangkir coklat panas sendirian, tiba-tiba handphonenya berdering. Telpon dari ibunya yang mengingatkan Zian untuk makan siang. Meskipun ibunya sibuk, ia tidak lupa mengingatkan putranya untuk makan.Hari sudah hampir siang, Naya dan Marina berpamitan untuk pulang ke rumah. Ziad menawarkan diri untuk mengantar Naya pulang, tetapi Naya merupakan gadis yang pemberani dan pengertian terhadap pacarnya. Naya mengatakan kalau ia bisa pulang sendiri, lagi pula ia juga tahu bagaimana hubungan mereka bertiga jadi tidak mungkin hanya karena dirinya Ziad akan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami musibah."Serius kamu tidak apa-apa?" tanya Ziad meyakinkan.

  • Dandelion   Bab 26 Belum Ada Kemajuan

    Zain berangkat sekolah seorang diri, ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Saat tengah menjawab soal ujian, pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal. Ia hanya memikirkan kondisi ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Satu persatu teman-temannya sudah selesai mengerjakan soal, tinggal beberapa orang masih menjawab termasuk Zain. Ziad melihat Zain yang terus saja melamun, ia lalu melemparkan kertas ke arah Zain."Apa?" kata Zain sambil melihat ke arah Ziad.Ziad menunjukkan kertasnya ke Zain dan jam dinding yang ada di depan. Zain mengerti maksud Ziad, kalau ia harus segera menyelesaikan soal-soal itu sebelum waktu yang sudah ditentukan.Marina pergi ke luar menunggu Zain di tempat parkiran setelah ia mengumpulkan lembar jawabannya. Marina sama sekali belum mengetahui kalau ayah Zain masuk rumah sakit, seharian kemarin ia kesal dan jengkel pada Zain serta mereka juga tidak saling menghubungi sama sekali.Ziad mengantarkan lembar jawaban kemud

  • Dandelion   Bab 25 Ayah Sakit

    Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg

  • Dandelion   Bab 24 Bertemu Lagi

    Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork

  • Dandelion   Bab 23 Zain Mulai Acuh pada Marina

    Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z

  • Dandelion   Bab 22 Masalah Zain

    Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka

  • Dandelion   Bab 21 Ujian Hari pertama

    Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang

DMCA.com Protection Status