Sudah tiga hari Zian di rawat di rumah sakit kondisinya berangsur-angsur mulai membaik. Setiap pagi Zain dan Ziad selalu mampir ke rumah sakit sebelum berangkat ke sekolah kehadiran kedua sahabatnya membuat Zian semakin membaik. Ziad yang selalu membual dengan cerita-cerita anehnya menghilangkan rasa bosan bagi Zian.
“Sebaiknya kalian berangkat ke sekolah, sudah jam setengah tujuh. Nanti satpam menutup gerbangnya lagi,” kata Zian yang masih terbaring. “Tenang Ziad kan ada nanti dia bisa cerita-cerita yang aneh ke satpam seperti waktu itu,” kata Zain dengan santainya. “Ahhh…kurang asem banget sih kamu, Zain” kata Ziad“Yah emang, ehhh aku tidak asem, tetapi aku manis.” canda Zain membuat suasana rumah sakit pecah. Kebisingan yang sering mereka lakukan sesekali mendapat teguran dari perawat dan suster.“Husttt…nanti suster itu datang lagi,” kata Zian. Ziad mulai menghitung dan ternyata benar suster itu datang dan menegur mereka bertiga. Tok..tok…!!“Maaf, suara kalian bisa di kecilin kasihan pasien di sebelah merasa terganggu,” kata suster cantik itu.“Iya sus, maaf” kata mereka hampir berbarengan. Ziad dan Zain tertawa keras lagi setelah suster cantik itu pergi.“Hussttt…kalian berdua bener-bener ya, tidak tahu malu. Ini udah kedua kalinya kita ditegur sama suster itu,” kata Zian. “Zian, sebenarnya kami sengaja melakukan hal itu gimana ya cara ngomongnya. Kami berdua itu kurang serek berangkat ke sekolah kalau belum ditegur sama suster cantik itu,” kata Ziad sambil ketawa kecil. “Yupp…bener banget,” kata Zain sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.“Ya sudah terserah kalian, cepet gih berangkat ke sekolah ntar terlambat.” kata Zian lagi. “Ok siap, besok ketiga kalinya kita akan di tegur sama suster itu.” kata Ziad. “Tidak ada yang ketiga kalinya karena mulai besok aku sudah ada di rumah,” kata Zian. “Yup…itu sangat benar sekali,” kata Zain. “Kenapa aku baru dikasih tahu sekarang?” tanya Ziad. “Sebenarnya Zian belum di izinkan untuk pulang sampai kondisinya benar-benar baik, tetapi dari kemarin dia minta ke dokter untuk diizinkan pulang dan alhasil dokter bilang jika keadaannya hari ini cukup memungkinkan maka ia bisa di pulangkan,” kata Zain menjelaskan panjang lebar. “Zian..!!! aku mohon kamu harus ada disini sampai keadaanmu sudah benar-benar membaik, please..! please..!!!” rengek Ziad. “Ahhh…tidak mau aku bosan di rumah sakit. Lagipula berkat kalian aku sekarang sudah agak baikan,” kata Zian. “Yah…kalau kayak gini aku tidak bisa ketemu suster cantik itu lagi,” kata Ziad merasa kecewa. “Aku tahu gimana caranya agar kamu bisa ketemu sama suster itu lagi,” kata Zain. “Gimana…gimana..” kata Ziad penasaran. “Gimana kalau kamu aja yang gantiin Zian yang sakit nah tiap hari kamu bisa ketemu suster itu..haa..haaa.”“Wah ni anak kayaknya pengen dihajar..awass kamu Zain…terima ni jurus ketiakku…hyatttttt,” kata Ziad. “Udah-udah…cepetan kalian berangkat sana.” kata Zian. “Kamu selamat hari ini berkat Zian, kalau tidak ada Zian habis kamu sama aku,” kata Ziad sambil mengepalkan tangannya.“Okkk…aku tunggu di episode berikutnya,” kata Zain sambil memalingkan wajahnya.Keduannya pun berangkat ke sekolah meski tingkah mereka seperti orang bermusuhan, tetapi sebenarnya itu hanya akting saja. Zian kembali beristirahat setelah kedua sahabatnya pergi. Orang tuanya tidak bisa menemani dirinya karena ada rapat penting yang tidak bisa ditunda. Zian memaklumi hal itu, bahkan itu sudah biasa baginya. Sesekali perawat datang untuk mengecek infus dan memberikan obat padanya lalu Zian kembali beristirahat.Di sekolah Zain dan Ziad selalu saja bercanda sehari saja mereka berdua tidak melakukan hal itu rasanya sekolah terasa sepi seperti kuburan mungkin waktu belajar saja mereka diam. Saat bel istirahat berbunyi mereka berdua pergi ke kantin untuk membeli beberapa cemilan dan langsung ke taman belakang sekolah, karena di tempat itu mereka bertiga biasanya kumpul.“Tunggu, Zain…” suara Naya menghentikan mereka berdua yang ingin berlalu dari kantin.“Hai Nay,” sapa keduanya hampir bersamaan. “Gimana keadaan Zian?” tanya Naya. “Zian udah baikan kok Nay malahan nanti sore dia sudah bisa pulang ke rumah,” kata Zain. “Syukur deh kalau gitu,” kata Naya merasa lega mendengar kabar baik itu.“Oh iya, ngomong-ngomong Ziad bukankah kamu sudah berjanji padaku kalau kamu akan memberikan kabar jika Zian sudah sadar kemarin. Terus kenapa kamu tidak nelpon atau chat?” kata Naya mulai mengintrogasi Ziad “Emmmm….soal itu…mmm soal itu” Ziad tidak bisa memberikan jawaban yang pas untuk pertanyaan yang dilontarkan Naya. Dia tidak tahu harus ngomong apa pada Naya. Zain lalu memutar otak dan memberikan alasan yang tepat pada Naya.“Maaf Nay, waktu itu kami berdua sangat cemas dan panik akan kondisi Zian. Jadi kami tidak pernah pegang hp. Dan kamu lihat sendiri kan situasi kami waktu itu.” kata Zain memberikan alasan. “Iya juga sih, ya sudah tidak apa-apa yang penting Zian sudah bisa pulang ke rumah. Kalau gitu aku pergi dulu. Bye.” kata Naya berlalu dari hadapan mereka berdua.Zain dan Ziad pun pergi ke tempat tongkrongan mereka, sepanjang jalan hingga sampai di taman Ziad memberikan A+ buat sahabatnya itu karena pandai sekali memberikan jawaban kepada Naya. Ziad benar-benar tidak pernah kepikiran dengan alasan hal seperti itu tetapi bener juga sih yang Zain katakan waktu itu mereka tiidak pernah sempat melihat hp untuk mengabari orang tua saja menggunakan telpon rumah sakit.Jam sepuluh Zian melihat Bunga Dandelion di atas meja, ia merasa bingung siapa yang membawa bunga itu kepadanya ini kali kedua ia melihat bunga itu dan ada tulisan kata “MAAF”. Zian lalu melihat sosok gadis yang lewat dari arah jendela mungkinkah gadis itu yang membawakan untuknya, tetapi ia dengan kondisi yang cukup membaik mengikuti gadis itu. Gadis itu berambut panjang dengan seragam SMA GARUDA dengan memakai sepatu ket hitam dan tas hitam. Gadis itu seperti ia kenal, tapi di mana? wajahnya tidak begitu jelas, tetapi yang paling mengejutkan adalah mobil yang ia kendarai persis seperti mobil yang membuatnya hilang kendali dan hampir menabrak pohon besar. Benar-benar tidak masuk akal baginya. Tiba-tiba Zian jatuh pingsan karena kondisi tubuhnya menurun. Suster dan perawat segera membawanya kembali ke kamar dan memeriksa keadaannya kembali. Ibu Zian segera datang ke rumah sakit setelah pihak rumah sakit mengabarinya kalau kondisi Zian menurun. Kecemasan yang terlukis di wajah ibunya.“Zian, kamu kenapa lagi nak?” tanya sang ibu dengan penuh kekhawatiran. “Maaf bu, tadi Zian hanya bosan dan ingin jalan-jalan sebentar tiba-tiba kepala Zian terasa pusing makanya Zian jatuh,” kata Zian. “Lain kali kalau mau keluar itu harus ditemani perawat.”“Keadaan Zian sudah agak baikan kok bu.”“Ibu jadi ingin menunda kepulangan kamu.”“Jangan bu, Zian beneran udah tidak apa-apa kok.“ “Hmmmm baiklah kalau begitu nanti sore kita pulang.”“Iya bu.”Senyum manis terlukis diwajah Zian, tetapi dalam hatinya ia bertanya-tanya siapakah gadis itu mungkinkah gadis itu adalah murid SMA GARUDA. Zian sama sekali tidak pernah melihatnya. Jika dia murid baru, bukankah aneh jika ia pergi keluyuran di jam pelajaran. Kepalanya terasa sakit setiap kali ia tidak dapat menjawab teka teki tersebut.Jam dua siang, Zain dan Zaid datang untuk menemani Zian dirumah sakit, karena berhubung nanti sore Zian akan pulang jadi mereka berdua akan membantu Zian berkemas.“Ehhh…tante Nirmala ada disini?” tanya Zain heran melihat tantenya ada disini biasanya jam dua siang tante Nirmala masih berada di kantor.“Iya Zain tadi suster mengabari tante kalau Zian terjatuh. Makanya tante tinggalkan pekerjaan karena khawatir sekali dengan kondisinya.” “Tenang saja tante kami berdua kan sudah ada disini jadi tante bisa lanjut kerja,” kata Ziad menyarankan. “Baiklah nanti kalian yang bawa Zian pulang ya biar tante yang urus keperluan di rumah sedikit lagi pekerjaan tante akan cepat selesai.”“Ok siap tante,” jawab keduanya hampir berbarengan. “Kalau begitu ibu pergi dulu ya sayang.” kata ibunya sambil mengecup kening putra.“Iya bu, hati-hati” kata Zian .Ibu Nirmala kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga.
“Wihhh…Zian kamu jatuh di mana and gimana ceritanya?” tanya Ziad yang sangat penasaran.“Lalu bunga ini, kenapa bisa ada disini lagi?”tanya Zain yang penasaran juga.“Nah itu yang membuat aku penasaran, tadi itu aku lihat ada seorang gadis yang keluar dari kamarku. Nah aku beranggapan mungkin saja dia yang membawakanku bunga ini setiap pagi. Aku tidak bisa melihat wajahnya, yang ku tahu hanya dia memakai seragam SMA GARUDA berambut panjang. Aku coba untuk mengikutinya, tetapi sayang sekali aku malah terpeleset dan saat sadar aku udah ada di kamar.” kata Zian panjang lebar terhadap kedua sahabatnya.Zain dan Ziad malah tersenyum-senyum, dilihat dari aura senyumnya mereka berdua menyeramkan sekali.“Kalian berdua kenapa tersenyum seperti itu serem banget kayak difilm horror” tambah Zian. “Ini seperti bukan gaya kamu dah Zian yang penasaran sama itu cewek sampai-sampai harus ngikutin segala,” kata Zain meledek sepupunya itu.Wajah Zian mulai kemerah-merahan mendengar ejekan dari sepupunya itu.“Tidak kok..aku hanya…”“Hanya apa?” kata Ziad menegaskan.“Yang paling parah kamu hampir jatuh lagi, pasti cewek itu benar-benar wow banget. Bener gak Zain.” tambah Ziad lagi mengejek. “Yupp itu benar sekali,” jawab Zain sependapat.Zian sengaja mengarang cerita waktu ia terpeleset sebenarnya ia tidak ingin mereka berdua tahu kalau gadis misterius itu adalah pemilik mobil yang hampir menyerepet mobilnya. Zian takut kalau amarah Zain dan Ziad meledak. Tapi yang jelas Zian akan mencari tahu dulu benarkah gadis itu yang mengendarai mobil itu atau orang lain. Keduanya masih saja meledek Zian ketika melihat sahabatnya itu melamun.“Hemmm sepertinya ada yang sedang memikirkan gadis misterius itu kira-kira siapa ya gadis itu dan di mana rumahnya. Aku harus melihatnya langsung. Bagaimana sih rupanya sehingga dia bisa membuat sepupuku penasaran sampai seperti ini,” ledek Zain lagi. “Sudahlah.” kata Zian .Sore itu matahari mulai bergerak perlahan-lahan menuju barat, semua barang-barang Zian sudah dikemas dengan rapi oleh Ziad dan Zain dan mereka berdua juga sudah memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Mereka bertiga pun mulai meninggalkan ruumah sakit. Sepanjang perjalanan Zian hanya terdiam saja di belakang.“Shuttt…shuttt..Zain itu lihat si Zian kenapa?” tanya Zaid. Zain lalu melihat ke belakang.“Woy….ngelamun aja dari tadi. Kamu lagi mikirin apaan sih?” kata Zain menegur Zian sambil menepuk lututnya.“Aku gak apa-apa kok, mungkin hanya kepalaku yang terasa masih pusing”“Atau jangan-jangan kamu lagi mikirin gadis itu lagi” tebak Ziad. “Bukan, aku sudah tidak memikirkan hal itu kok.”“Ohh iya gimana kalau kita mampir sebentar di caffe untuk releksasi,” usul Ziad. “Tidak bisa. Zian baru aja keluar dari rumah sakit, kamu malah ngajak dia ke caffe. Pokoknya gak bisa,” tegas Zain. Zian hanya tersenyum melihat tingkah sepupunya yang tiba-tiba over protektif, biasanya hal itu tidak pernah terjadi.“Ya udah kita langsung pulang aja,” kata Ziad dengan nada kecewa.“Udah jangan khawatir kita bertiga bisa pergi lain waktu,” kata Zian mencoba menghibur. “Iya. Lagipula tante Nirmala dari tadi ngechat aku terus, jam berapa baliklah, sudah sampai manalah..pokoknya gitu deh jadi kita tidak bisa pergi okey,” kata Zain mulai nyerocos kayak ibu-ibu.“Lagipula aku tahu dimana tempat tongkrongan terbaru, setelah Zian sembuh kita pergi kesana bersama-sama.” tambah Zian lagi. “Okk..siap boss.” kata Zian dan Ziad hampir bersamaan sambil hormat seperti prajurit kepada pimpinan.Zain tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya itu sesekali ia melihat ke arah luar tiba-tiba ia melihat sosok gadis yang selalu dia impikan itu duduk termenung sendirian di dekat danau yang terdapat di seberang sana.“Ziad, kalau jalan yang berada di seberang itu menuju kemana?” tanya Zain. “Aku juga kurang tahu.” jawab Zaid. “Memangnya kenapa?”“Tidak ada apa-apa,” jawab Zain. Zain terus saja memandang ke arah danau itu terlihat begitu angker karena tempat itu sepertinya tidak pernah di kunjungi oleh orang ramai. Zian penasaran dengan pertanyaan yang Zain lontarkan tadi, mengapa tiba-tiba Zain menanyakan tempat itu padahal tempat itu tidak terlihat berpenghuni. Gadis itu mulai menghilang dari pandangannya, Zain terus mencari-cari sosok gadis tersebut. Zian tidak melihat satu orang pun disana karena gadis itu sudah pergi hanya Zain yang melihat sosok gadis itu.“Kemana perginya?” tanya Zain dalam hatinya.“Ehemmm…sekarang siapa yang melamun sekarang?” ledek Ziad lagi. Zain masih terdiam saja dan terus bertanya-tanya dalam hati kemana perginya gadis itu kata-kata Ziad tidak di gubris bahkan tidak di dengarnya.“Maksud kamu Ziad?” kata Zian yang merasa bahwa ia yang dibicarakan.“Tuhhh…” Ehemmm….!!! Ehemm…!! Ziad terus saja berdehem tapi Zain tetap tidak dengar. Zain sudah tenggelam dalam lamunannya tentang gadis itu. Ziad terus melakukan tingkah-tingkah aneh seperti pura-pura batuk dan semacamnya, tetapi Zain tidak sadar juga. Akhirnya Zian yang turun tangan menegur Zain.“Zain..!!” tegur Zian sambil menepuk pundaknya dari belakang.“Ohhh iya ada apa?” spontan Zain.“Woyyy…dari tadi aku negur kamu tapi kamu tidak jawab-jawab sebenarnya kamu lagi mikirin apaan sih?” kata Ziad mulai bawel.“Kamu tahu kan danau yang kita lewati tadi? sepertinya aku lihat sosok gadis duduk dibawah pohon yang sangat rindang di dekat danau sendirian, tapi saat aku berpaling sebentar gadis itu hilang.”kata Zain.“Mungkin aja dia udah pergi.”kata Ziad.“Tidak mungkin menurutku hanya ada satu akses jalan yang bisa dilaluinya yaitu jalan raya.” komentar Zian.“Memangnya kamu juga lihat gadis itu?” tanya Zain.“Tidak sih, tapi sejauh yang aku perhatikan danau itu terhubung ke dalam hutan,” kata Zian lagi.“Yah mungkin saja dia masuk kedalam hutan,” kata Ziad spontan.“Ehhh..kamu gak mikir apa, masa gadis itu berani masuk ke dalam hutan sendirian mustahil banget,” kata Zain.Hari sudah semakin senja tinggal beberapa menit mereka akan sampai ke rumah sebenarnya mereka bisa sampai dengan cepat, tetapi Ziad sengaja membawa mobil pelan-pelan takutnya Zian akan merasa pusing lagi. Susananya begitu mencekam membuat bulu kuduk Ziad berdiri.“Udah ah..tidak usah bahas gadis misterius yang tadi,”“Kamu kenapa Ziad. Jangan jangan kamu…” Zain mulai menakut-nakuti Ziad“Udah ah..”Akhirnya mereka sampai rumah hampir magrib ibu Zian bahkan pulang lebih cepat dari sebelumnya. Zian mulai turun, sedangkan Ziad dan Zain mengeluarkan barang-barang dibelakang.“Ibu..!” kata Zian sambil memeluk ibunya.“Kalian bertiga ini dari mana saja sih tante udah lama nunggu kalian.” “Maaf tante tadi Ziad ambil jalan muter terus Ziad juga bawa mobilnya pelan banget bahkan kalau mau balapan si siput yang menang.” kata Zain bercanda.“Wiihh ngaco kamu. Emangnya aku bawa mobil selamban itu.” “Menurut kamu kita sampai dirumah hampir magrib kayak gini gara-gara siapa coba.” “Heeee…gini lho tante Ziad khawatir nanti Zian pusing kalau diajak ngebut makanya Ziad bawa mobil pelan,” alasan Ziad. “Tapi gak selamban gitu juga kali,” Kata Zian. “Heee…”“Kalau gitu kita segera masuk tidak baik magrib-magrib gini keluyuran di luar kata orang tua dulu dedemit suka keluyuran di jam segini,” kata ibu Zian. “Tu kan jangan-jangan yang kamu lihat itu dedemit Zain,” kata Ziad ketakutan.“Mungkin saja kalau gitu aku….. kaburrrrrrrrrr!” Zain mulai masuk ke dalam kamar secepat kilat, Ziad makin takut. Zian yang tahu kalau Zain sengaja melakukan hal itu untuk menakut-nakuti Ziad.“Hmmm….tante Ziad boleh nginap disini tidak?” tanya Ziad dengan wajah ketakutan.“Iya boleh.”“Lho..Ziad bukannya rumah kamu hanya beberapa petak rumah saja dari sini. Kok kamu pengen nginap sih.” heran Zian.“Zian….please…” kata Ziad memohon.“Ya sudah kamu boleh nginap.""Tapi aku mau satu kamar sama kamu ya. Si Zain itu di ikuti dedemit buktinya tadi hanya dia yang melihat sosok dedemit itu.”
“Iya tenag saja” jawab Zian tersenyum.Aroma kopi jelas sekali tercium dari arah tempat makan, Ziad mengikuti arah aroma itu dan jelas sekali tercium juga beberapa makanan yang lezat. Saat Zia mulai membuka matanya terlihat begitu banyak makanan yang tertata rapi oleh Bik Imah, orang tua Ziad juga terlihat bersama orang tua Zian dan Zain.“Selamat pagi nak.” kata ayah Ziad.“Ayah? dari mana ayah tahu kalau aku ada disini?” tanya Ziad.“Kemarin malam orang tua Zian menelpon dan mengatakan kalau kamu nginap disini.”“Oh maaf ya yah, semalam Ziad tidak sempat kasih tahu ayah, karena Ziad terlalu capek ”“Terlalu capek atau terlalu takut,” kata Zain dari belakang yang sudah mengenakan seragam sekolah. Selang beberapa menit Zian juga turun dan sudah mengenakan seragam sekolah.“Selamat pagi semua.” sapa Zian.“Zian, kamu mau masuk sekolah hari ini?” tanya ibunya.“Iya bu.”“Tapi kan baru semalam kamu pulang dari rumah sakit.”“Kondisi aku sudah baikan kok bu, ibu tenang sa
“Ziad…..!!!!” teriak seorang gadis dari arah belakang, saat Ziad menoleh ternyata yang memanggil namanya adalah Naya yang bersama dengan Marina.“Hey…kamu beli makanan buat Zain dan Zian ya, apakah kamu bisa membawanya atau aku bisa membantumu?” kata Naya menawarkan diri.“Tidak usah, aku bisa kok membawanya. Ngomong-ngomong ada apa?” tanya Ziad.“Begini besok tanggal 10 Oktober adalah ulang tahun Marina dan ia mengundangmu bersama Zian serta Zain.” kata Naya sambil menyodorkan tiga undangan untuknya.“Aku harap kalian bertiga bisa datang.” kata Marina yang sangat berharap akan kedatangan 3Z.“Iya, nanti aku tanyakan pada mereka berdua.” kata Ziad“Ya sudah kalau begitu kami akan melanjutkan untuk membagikan undangan ini.” kata Marina.“Kalau begitu sampai jumpa di pesta ulang tahun.” kata Naya sambil melambaikan tangannya. Ziad pun pergi ke tempat tongkrongannya disana sudah ada Zian dan Zain yang menunggu Ziad untuk membawa makanan.“Heyy…maaf aku ter
Semalaman Zian terus saja memikirkan gadis itu, sehingga ia tidak bisa tidur. Jam setengah sebelas malam Zian keluar dari rumah untuk menenangkan pikirannya saat ia menatap bintang hanya terbayang gadis itu saja, dia lalu membaca buku yang baru didapatkannya saat acara bedah buku ia juga membeli beberapa komik terbaru dan novel terbaru yang lainnya. Saat membaca bayangan gadis yang ia jumpai dari hutan itu semakin lama semakin memudar lambat laun akhirnya hilang, Zian kembali fokus dengan bacaannya selang beberapa menit kemudian Zain pun datang dan langsung duduk disamping Zian."Belum tidur? "tanya Zian."Aku tidak bisa tidur.""Kenapa? " tanya Zian heran."Entah kenapa aku kepikiran Marina, saat berdansa bersamanya tadi wajahnya selalu terbayang-bayang."Zian hanya tersenyum terus mendengar kata-kata Zain."Kamu kenapa tersenyum Zian, kamu lagi ngeledek aku ya?" kata Zain dengan wajah sedikit masam."Enggak bukan gitu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa ujian akhir sekolah berakhir. Lagu libur telah tiba menjadi trending topik kala itu, semua siswa sangat menati-nanti hari ini, karena kepala sekolah akan mengumumkan tentang rencana camping untuk liburan tahun ini. Itu merupakan usulan dari beberapa anggota osis dan guru, karena dengan diadakannya camping ini para siswa bisa lebih leluasa mengenal alam. Semua siswa mendaftar ke ketua kelas masing-masing, Zian sebenarnya enggan sejali mengikuti kegiatan camping karena ia ingin menghabiskan masa liburnya bersama Natasya. Namun Zain dan Ziad sudah terlanjur mendaftarkannya sekalian. Jadi mau tidak mau ia harus ikut.Semua siswa mempersiapkan kelengkapan camping, mereka akan berangkat tiga hari lagi yaitu hari minggu jam tiga sore, mereka akan berkumpul di sekolah untuk menunggu bus yang akan digunakan."Kita harus segera bersiap juga Zain, Zian. Karena banyak sekali yang harus kita persiapkan mulai dari baju, sepatu,
"Zain....!!" teriak seorang gadis dari ruang tamu memanggil- manggil namanya, Zain masih saja tidur dengan pulas, gadis itu terus saja memanggil namanya sambik menaiki tangga yang menuju ke kamar Zain. Zian keluar dari kamarnya untuk melihat darimana asal suara itu datang."Selamat pagi Zian."Alangkah terkejutnya Zian ketika melihat gadis itu, ya itu adalah Kak Zainia, kakak kandung Zain dan kakak sepupunya Zian."Kak Nia?""Zian, Zain dimana?""Sepertinya masih tidur mungkin kak.""Seharusnya libir panjang kayak gini kalian pergi bersenang-senang ke pantai, camping, mall, dll""Tiga hari yang lalu kami pulang camping kak."Nia lalu pergi ke kamar Zain untuk menemui adek tercintanya, ketika Nia di depan pintu Nia hanya diam saja sambil melihat situasinya."Hmmm.... " desah Zian yang sudah tahu apa yang akan terjadi pada kamar Zain.Brakkk.... Brakkk...!!!! pintu kamar Zain di hancurkan dengan sekali pukulan dari Nia, kakak
Senja kini berganti malam, Nia mulai bersiap-siap untuk pergi ke restoran bersama 3Z. Sesuai dengan perjanjian yang kalah harus mentraktir yang menang makan malam termewah. Dengan menggunakan dress berwarna silver dengan rambut yang terurai, Nia terlihat begitu mempesona. 3Z sedang menunggu di depan, ketika Nia datang ketiganya begitu takjub melihatnya."OMG Hellow... Kak Nia, you are so beautiful. Aku sampai pangling kak, kalau di banding dengan pacarku kakak number one, seandainya saja kakak seumuran denganku kakak akan aku jadikan pacar." puji Ziad."Ehemmm... ""Ya sudah kalau gitu sebaiknya kita berempat segera berangkat."ajak Zian.Semuanya memasuki mobil dan berangkat ke restoran. Ponsel Ziad terus saja berbunyi entah siapa yang menghubunginya, tetapi Ziad tidak menghiraukannya. Satu jam perjalanan mereka berempat akhirnya sampai di restoran, restoran itu terlihat begitu mewah. Nia mulai melangkah dengan anggunnya memasuki restoran itu dite
Libur panjang akhir ujian telah berakhir, kini waktunya kembali untuk menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya namun dengan nuansa kelas yang berbeda, 3Z sudah kelas tiga yang artinya masa untuk bermain-main sudah berakhir. Kini mereka harus fokus terhadap masa depan yang menanti mereka di luar sana. 3Z mulai serius untuk belajar meski nilai mereka memuaskan di setiap mata pelajaran namun tidak membuat mereka untuk berhenti belajar atau merasa puas. Waktu jalan, shoping atau kumpul bareng dikurangi, karena kelas tiga ini mereka harus benar-benar fokus agar bisa masuk ke universitas yang cukup bergengsi secara bersama, karena itu merupakan kesepakatan 3Z akan selalu bersama dan sekolah ditempat yang sama.Di perpustakaan Zain mencari beberapa buku sebagai referensi untuk bacaannya, saat hendak mengambil buku yang diinginkan tak sengaja tangannya menyenggol buku lain dan terjatuh sampai mengenai seseorang dari balik lemari.Aww...!!Zain langsung bergega
Di hari minggu, Zian selalu nampak berlari pagi mulai jarang terlihat. Zain berlari seorang diri di taman, Ziad yang sekarang sudah punya pacar jadi lari di hari minggu sudah tidak lagi baginya. Zain seorang diri di taman, mendengarkan lagu sama sekali tidak bisa menghibur rasa kesepiannya. Beberapa menit istirahat ia mulai melanjutkan larinya, berdiam seorang diri taman membuatnya sedikit minder, karena di taman penuh sepasang kekasih yang tengah menikmati pagi minggu yang indah. Zain terus berlari kemana arah angin menuntunnya, tanpa disadari ia sampai di Danau Biru."Hah...ternyata aku bisa berlari sampai sejauh ini." pikirnya.Seorang gadis berambut panjang terurai, bersandar di bawah pohon sambil memainkan gitar. Perlahan Zain menghapiri gadis itu, gadis itu mulai mendengar suara langkah kaki mendekatinya gadis itu merasa takut dan tidak menengok ke belakang sedikit pun. Tiba-tiba bunyi hp Zain berdering, mengalihkan pandangannya sejenak. Dengan sigap gadis it
Ziad kembali istirahat, memejamkan kedua matanya. Suara klakson mobil dari depan mengejutkannya ia lalu melihat dari balik jendela. Ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang baru saja pulang. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan turun ke bawah untuk menyambut kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai rumah juga.""Iya," jawab ayah Ziad."Silahkan tuan, nyonya." kata pembantu membawakan dua gelas air minum."Terima kasih ya bik." ucap ibu Ziad."Ayah sama ibu baru pupang dari rumah sakit?""Ohh Ziad, kamu sudah pulang nak?" tanya ibunya."Hmmm.. " kata Ziad sambil mengangguk."Iya, ayah sama ibu dari rumah sakit." kata ayah."Alhamdulillah ayah Zain sudah baikan. Ayah sama ibu sempat khawatir saat kamu mengabari kalau ayah Zain masuk rumah sakit dan kritis." kata ibu."Lalu kerjaan ibu sama ayah bagaimana?""Alhamdulillah, kami berdua mendapatkan kontrak itu." kata ayah.&nb
Di perjalanan Ziad melihat Zian berdiri sendirian di pinggir jembatan, Ziad lalu menepikan mobilnya dan menghampiri Zian. Awan hitam mulai menyelimuti langit, nampaknya hujan akan segera turun."Hey, kenapa bengong disini. Lihat langit sudah mulai mendung, sepertinya akan turun hujan.""Ziad?"Ucapan Ziad benar, hujan pun turun dengan derasnya mereka berdua segera masuk ke dalam mobil."Kamu kenapa sih Zian, akhir-akhir aku lihat kamu sering menyendiri. Yah memang biasanya seperti itu, tetapi kali ini agak sedikit berbeda. Kamu kepikiran soal Zain?"Zian hanya diam saja, tak merespon perkataan Ziad. Niat Ziad untuk pulang ke rumah diurungkan, ia lalu mencari tempat untuk ngopi dan ngemil santai serta berbicara dengan Zian."Ayok! Kita mampir ngopi dan ngemil dulu disini," ajak Ziad.Zian masih saja melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan."Zian..!""Ehh... Iya ada apa?""Kamu ini kenapa sih, dari tadi
"Aku keluar sebentar dulu ya Ziad, Nay." kata Zian.Zian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Zain disana, ia tidak marah atau pun dendam terhadapnya. Tapi ia hanya tidak ingin kalau Zain malah akan membecinya ketika ia mencoba menyapanya.Zian duduk di kantin sambil menikmati secangkir coklat panas sendirian, tiba-tiba handphonenya berdering. Telpon dari ibunya yang mengingatkan Zian untuk makan siang. Meskipun ibunya sibuk, ia tidak lupa mengingatkan putranya untuk makan.Hari sudah hampir siang, Naya dan Marina berpamitan untuk pulang ke rumah. Ziad menawarkan diri untuk mengantar Naya pulang, tetapi Naya merupakan gadis yang pemberani dan pengertian terhadap pacarnya. Naya mengatakan kalau ia bisa pulang sendiri, lagi pula ia juga tahu bagaimana hubungan mereka bertiga jadi tidak mungkin hanya karena dirinya Ziad akan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami musibah."Serius kamu tidak apa-apa?" tanya Ziad meyakinkan.
Zain berangkat sekolah seorang diri, ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Saat tengah menjawab soal ujian, pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal. Ia hanya memikirkan kondisi ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Satu persatu teman-temannya sudah selesai mengerjakan soal, tinggal beberapa orang masih menjawab termasuk Zain. Ziad melihat Zain yang terus saja melamun, ia lalu melemparkan kertas ke arah Zain."Apa?" kata Zain sambil melihat ke arah Ziad.Ziad menunjukkan kertasnya ke Zain dan jam dinding yang ada di depan. Zain mengerti maksud Ziad, kalau ia harus segera menyelesaikan soal-soal itu sebelum waktu yang sudah ditentukan.Marina pergi ke luar menunggu Zain di tempat parkiran setelah ia mengumpulkan lembar jawabannya. Marina sama sekali belum mengetahui kalau ayah Zain masuk rumah sakit, seharian kemarin ia kesal dan jengkel pada Zain serta mereka juga tidak saling menghubungi sama sekali.Ziad mengantarkan lembar jawaban kemud
Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg
Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork
Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z
Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka
Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang