"Zain....!!" teriak seorang gadis dari ruang tamu memanggil- manggil namanya, Zain masih saja tidur dengan pulas, gadis itu terus saja memanggil namanya sambik menaiki tangga yang menuju ke kamar Zain. Zian keluar dari kamarnya untuk melihat darimana asal suara itu datang.
"Selamat pagi Zian." Alangkah terkejutnya Zian ketika melihat gadis itu, ya itu adalah Kak Zainia, kakak kandung Zain dan kakak sepupunya Zian. "Kak Nia?""Zian, Zain dimana?""Sepertinya masih tidur mungkin kak.""Seharusnya libir panjang kayak gini kalian pergi bersenang-senang ke pantai, camping, mall, dll""Tiga hari yang lalu kami pulang camping kak."Nia lalu pergi ke kamar Zain untuk menemui adek tercintanya, ketika Nia di depan pintu Nia hanya diam saja sambil melihat situasinya. "Hmmm.... " desah Zian yang sudah tahu apa yang akan terjadi pada kamar Zain. Brakkk.... Brakkk...!!!! pintu kamar Zain di hancurkan dengan sekali pukulan dari Nia, kakakSenja kini berganti malam, Nia mulai bersiap-siap untuk pergi ke restoran bersama 3Z. Sesuai dengan perjanjian yang kalah harus mentraktir yang menang makan malam termewah. Dengan menggunakan dress berwarna silver dengan rambut yang terurai, Nia terlihat begitu mempesona. 3Z sedang menunggu di depan, ketika Nia datang ketiganya begitu takjub melihatnya."OMG Hellow... Kak Nia, you are so beautiful. Aku sampai pangling kak, kalau di banding dengan pacarku kakak number one, seandainya saja kakak seumuran denganku kakak akan aku jadikan pacar." puji Ziad."Ehemmm... ""Ya sudah kalau gitu sebaiknya kita berempat segera berangkat."ajak Zian.Semuanya memasuki mobil dan berangkat ke restoran. Ponsel Ziad terus saja berbunyi entah siapa yang menghubunginya, tetapi Ziad tidak menghiraukannya. Satu jam perjalanan mereka berempat akhirnya sampai di restoran, restoran itu terlihat begitu mewah. Nia mulai melangkah dengan anggunnya memasuki restoran itu dite
Libur panjang akhir ujian telah berakhir, kini waktunya kembali untuk menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya namun dengan nuansa kelas yang berbeda, 3Z sudah kelas tiga yang artinya masa untuk bermain-main sudah berakhir. Kini mereka harus fokus terhadap masa depan yang menanti mereka di luar sana. 3Z mulai serius untuk belajar meski nilai mereka memuaskan di setiap mata pelajaran namun tidak membuat mereka untuk berhenti belajar atau merasa puas. Waktu jalan, shoping atau kumpul bareng dikurangi, karena kelas tiga ini mereka harus benar-benar fokus agar bisa masuk ke universitas yang cukup bergengsi secara bersama, karena itu merupakan kesepakatan 3Z akan selalu bersama dan sekolah ditempat yang sama.Di perpustakaan Zain mencari beberapa buku sebagai referensi untuk bacaannya, saat hendak mengambil buku yang diinginkan tak sengaja tangannya menyenggol buku lain dan terjatuh sampai mengenai seseorang dari balik lemari.Aww...!!Zain langsung bergega
Di hari minggu, Zian selalu nampak berlari pagi mulai jarang terlihat. Zain berlari seorang diri di taman, Ziad yang sekarang sudah punya pacar jadi lari di hari minggu sudah tidak lagi baginya. Zain seorang diri di taman, mendengarkan lagu sama sekali tidak bisa menghibur rasa kesepiannya. Beberapa menit istirahat ia mulai melanjutkan larinya, berdiam seorang diri taman membuatnya sedikit minder, karena di taman penuh sepasang kekasih yang tengah menikmati pagi minggu yang indah. Zain terus berlari kemana arah angin menuntunnya, tanpa disadari ia sampai di Danau Biru."Hah...ternyata aku bisa berlari sampai sejauh ini." pikirnya.Seorang gadis berambut panjang terurai, bersandar di bawah pohon sambil memainkan gitar. Perlahan Zain menghapiri gadis itu, gadis itu mulai mendengar suara langkah kaki mendekatinya gadis itu merasa takut dan tidak menengok ke belakang sedikit pun. Tiba-tiba bunyi hp Zain berdering, mengalihkan pandangannya sejenak. Dengan sigap gadis it
Sebulan pun berlalu, hubungan Zain dengan Marina masih romantis-romantisnya, mereka berdua pergi ke danau biru untuk merayakan hari jadiannya yang ke sebulan."Kita mau kemana sih sayang?" kata Marina dengan mesranya."Kita akan pergi ke suatu tempat yang sangat spesial." kata Zain.Di villa Ziad, Naya dan Zian menunggu Zain dan Marina untuk belajar bersama. Namun mereka berdua tak kunjung datang hingga Naya menjadi kesal dibuatnya."Mereka berdua kemana sih?!" ketus Naya."Zian, kamu tahu kemana perginya Zain?" tanya Ziad."Tidak, sejak pulang sekolah aku tidak pernah melihatnya bahkan akhir-akhir ini aku jarang melihat Zain." kata Zian."Aku perhatikan kalian bertiga jarang sekali kumpul bareng sekarang ini." kata Naya."Iya, aku sering menghabiskan waktu di perpustakaan dan sepulang sekolah pun aku mengurung diri. Kita bertiga paling kumpul cuma hari minggu aja." kata Zian."Iya, tapi minggu-minggu i
Satu minggu berlalu, setelah pertengkaran hebat Zian dan Zain yang mengakibatkan Zian harus masuk ke rumah sakit lagi. Tidak seperti sebelumnya Zain dan Ziad yang biasanya selalu menemani Zian di rumah sakit tak terlihat lagi bersama. Ziad dan Naya yang menemani Zian, saat ia tengah mengalami masa kritisnya. Zain tak pernah menjenguk Zian sekali pun ke rumah sakit, entah dia takut menatap wajah Zian setelah apa yang ia perbuat padanya."Bagaimana kondisimu sekarang Zian?" tanya Ziad."Alhamdulillah sudah baikan." jawab Zian yang masih merasakan sakit di kepalanya.Suara pintu terbuka, mereka bertiga berfikir kalau yang datang adalah Zain, tetapi tidak. Marina membawa parsel buah untuk Zian.Hai Zian, bagaimana kabarmu?"sapa Marina."Aku tidak bisa bebohong kalau aku baik-baik saja, kamu bisa melihat sendiri keadaanku yang sekarang." kata Zian."Semoga kamu lekas sembuh ya, karena sebentar lagi kita mau UN" kata Marina."Iya.""Aku tidak menyangka
"Ayah, aku ingin main kuda-kudaan.""Maaf ya nak, ayah tidak bisa. Ayah masih banyak kerjaan.""Ya ayah sibuk terus, tidak ada waktu buat Zian." kata Zian kecil sambil cemberut."Baiklah, ayo naik!""Yippy.... yippy.. "Kebahagian Zian kecil terpancar di kedua bola matanya, tak sedikit pun kesedihan melanda keluarga Zian. Saat itu usia Zian lima tahun, keluarganya masih lengkap dan utuh. Kebahagian keluarga Zian tidak berlangsung lama, kehadiran adik ayah merubah semuanya. Perselisihan terus saja terjadi terhadap kedua saudara itu, perselisihan masalah harta warisan dari mendiang kakek. Padahal harta warisan itu sudah dibagi rata bahkan paman Ayan mendapatkan warisan paling banyak, tetapi begitulah ia terus saja menagih haknya pada ayah.Saat itu hujan sangat deras, ayah belum pulang ke rumah, karena ada beberapa kerjaan yang belum selesai di kantor."Ayah, kapan pulang?" telpon Zian."Iya nak, kerjaan ayah sudah selesai. S
Ibu Zian sudah menceritakan pada kakaknya tentang kepindahannya dengan Zian, awalnya ayah Zain tidak setuju dengan keputusan adeknya itu, tetapi dengan berbagai pertimbangan ia pun setuju dengan keputusan adeknya."Lalu kapan kalian akan pindah?" tanya ayah Zain."Pagi ini jam sepuluh." jawab ibu Zian."Secepat itu, Zian apakah kamu tidak ingin tinggal bersama pakde lagi, karena Zain?""Bukan begitu, Pakde. Pakde sudah seperti Ayah bagiku, pakde juga sudah banyak menolong aku dan Ibu. Aku tidak ingin merepotkan pakde lagi.""Baiklah jika itu keputusan kalian berdua, tapi ingat jika kalian perlu sesuatu segera hubungi kami." pesan ayah Zain."Iya Pakde. Aku akan sering main kesini."Zian dan ibuny berpamitan, ayah Zain sebenarnya tidak mengizinkan keponakan dan adeknya harus meninggalkan villa tersebut. Nia tidak tahu kalau Zian akan pindah, ia masih saja memantau Zain dengan Marina."Ternyata mereka pacaran, jadi selama ini apa y
Nia pulang ke rumah sekitar jam sepuluh, ia tidak pergi ke kantor untuk bekerja. Bik Imah, pembantu di villa itu menyiapkan makanan untuk Nia, tetapi ia sudah makan di rumah Zian. Bik Imah pun menyimpan makanan itu ke dalam kulkas agar tidak basi, Nia terus melangkah menuju kamarnya. Ia sama sekali tidak menghiraukan sekelilingnya, bibik berusaha menanyakan apakah ia mau dibuatkan teh atau coklat panas, namun ia tidak menanggapinya dan terus saja berjalan. Di kamar, Nia merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar, ia memikirkan bagaimana caranya agar kedua saudaranya itu bisa akur kembali.Tok.! Tok..!"Masuk!!""Saya bawakan coklat panas dan pisang goreng." kata bik Imah."Ya ampun... Bibik tidak usah repot-repot." ucap Nia sambil mengambil nampan yang berisi segelas coklat panas dan sepiring pisang goreng yang masih hangat."Lagi ada masalah ya non? Bibik perhatikan akhir-akhir ini non Nia sering sekali melamun?"
Ziad kembali istirahat, memejamkan kedua matanya. Suara klakson mobil dari depan mengejutkannya ia lalu melihat dari balik jendela. Ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang baru saja pulang. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan turun ke bawah untuk menyambut kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai rumah juga.""Iya," jawab ayah Ziad."Silahkan tuan, nyonya." kata pembantu membawakan dua gelas air minum."Terima kasih ya bik." ucap ibu Ziad."Ayah sama ibu baru pupang dari rumah sakit?""Ohh Ziad, kamu sudah pulang nak?" tanya ibunya."Hmmm.. " kata Ziad sambil mengangguk."Iya, ayah sama ibu dari rumah sakit." kata ayah."Alhamdulillah ayah Zain sudah baikan. Ayah sama ibu sempat khawatir saat kamu mengabari kalau ayah Zain masuk rumah sakit dan kritis." kata ibu."Lalu kerjaan ibu sama ayah bagaimana?""Alhamdulillah, kami berdua mendapatkan kontrak itu." kata ayah.&nb
Di perjalanan Ziad melihat Zian berdiri sendirian di pinggir jembatan, Ziad lalu menepikan mobilnya dan menghampiri Zian. Awan hitam mulai menyelimuti langit, nampaknya hujan akan segera turun."Hey, kenapa bengong disini. Lihat langit sudah mulai mendung, sepertinya akan turun hujan.""Ziad?"Ucapan Ziad benar, hujan pun turun dengan derasnya mereka berdua segera masuk ke dalam mobil."Kamu kenapa sih Zian, akhir-akhir aku lihat kamu sering menyendiri. Yah memang biasanya seperti itu, tetapi kali ini agak sedikit berbeda. Kamu kepikiran soal Zain?"Zian hanya diam saja, tak merespon perkataan Ziad. Niat Ziad untuk pulang ke rumah diurungkan, ia lalu mencari tempat untuk ngopi dan ngemil santai serta berbicara dengan Zian."Ayok! Kita mampir ngopi dan ngemil dulu disini," ajak Ziad.Zian masih saja melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan."Zian..!""Ehh... Iya ada apa?""Kamu ini kenapa sih, dari tadi
"Aku keluar sebentar dulu ya Ziad, Nay." kata Zian.Zian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Zain disana, ia tidak marah atau pun dendam terhadapnya. Tapi ia hanya tidak ingin kalau Zain malah akan membecinya ketika ia mencoba menyapanya.Zian duduk di kantin sambil menikmati secangkir coklat panas sendirian, tiba-tiba handphonenya berdering. Telpon dari ibunya yang mengingatkan Zian untuk makan siang. Meskipun ibunya sibuk, ia tidak lupa mengingatkan putranya untuk makan.Hari sudah hampir siang, Naya dan Marina berpamitan untuk pulang ke rumah. Ziad menawarkan diri untuk mengantar Naya pulang, tetapi Naya merupakan gadis yang pemberani dan pengertian terhadap pacarnya. Naya mengatakan kalau ia bisa pulang sendiri, lagi pula ia juga tahu bagaimana hubungan mereka bertiga jadi tidak mungkin hanya karena dirinya Ziad akan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami musibah."Serius kamu tidak apa-apa?" tanya Ziad meyakinkan.
Zain berangkat sekolah seorang diri, ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Saat tengah menjawab soal ujian, pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal. Ia hanya memikirkan kondisi ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Satu persatu teman-temannya sudah selesai mengerjakan soal, tinggal beberapa orang masih menjawab termasuk Zain. Ziad melihat Zain yang terus saja melamun, ia lalu melemparkan kertas ke arah Zain."Apa?" kata Zain sambil melihat ke arah Ziad.Ziad menunjukkan kertasnya ke Zain dan jam dinding yang ada di depan. Zain mengerti maksud Ziad, kalau ia harus segera menyelesaikan soal-soal itu sebelum waktu yang sudah ditentukan.Marina pergi ke luar menunggu Zain di tempat parkiran setelah ia mengumpulkan lembar jawabannya. Marina sama sekali belum mengetahui kalau ayah Zain masuk rumah sakit, seharian kemarin ia kesal dan jengkel pada Zain serta mereka juga tidak saling menghubungi sama sekali.Ziad mengantarkan lembar jawaban kemud
Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg
Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork
Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z
Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka
Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang