Ibu Zian sudah menceritakan pada kakaknya tentang kepindahannya dengan Zian, awalnya ayah Zain tidak setuju dengan keputusan adeknya itu, tetapi dengan berbagai pertimbangan ia pun setuju dengan keputusan adeknya.
"Lalu kapan kalian akan pindah?" tanya ayah Zain. "Pagi ini jam sepuluh." jawab ibu Zian. "Secepat itu, Zian apakah kamu tidak ingin tinggal bersama pakde lagi, karena Zain?""Bukan begitu, Pakde. Pakde sudah seperti Ayah bagiku, pakde juga sudah banyak menolong aku dan Ibu. Aku tidak ingin merepotkan pakde lagi.""Baiklah jika itu keputusan kalian berdua, tapi ingat jika kalian perlu sesuatu segera hubungi kami." pesan ayah Zain. "Iya Pakde. Aku akan sering main kesini."Zian dan ibuny berpamitan, ayah Zain sebenarnya tidak mengizinkan keponakan dan adeknya harus meninggalkan villa tersebut. Nia tidak tahu kalau Zian akan pindah, ia masih saja memantau Zain dengan Marina. "Ternyata mereka pacaran, jadi selama ini apa yNia pulang ke rumah sekitar jam sepuluh, ia tidak pergi ke kantor untuk bekerja. Bik Imah, pembantu di villa itu menyiapkan makanan untuk Nia, tetapi ia sudah makan di rumah Zian. Bik Imah pun menyimpan makanan itu ke dalam kulkas agar tidak basi, Nia terus melangkah menuju kamarnya. Ia sama sekali tidak menghiraukan sekelilingnya, bibik berusaha menanyakan apakah ia mau dibuatkan teh atau coklat panas, namun ia tidak menanggapinya dan terus saja berjalan. Di kamar, Nia merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar, ia memikirkan bagaimana caranya agar kedua saudaranya itu bisa akur kembali.Tok.! Tok..!"Masuk!!""Saya bawakan coklat panas dan pisang goreng." kata bik Imah."Ya ampun... Bibik tidak usah repot-repot." ucap Nia sambil mengambil nampan yang berisi segelas coklat panas dan sepiring pisang goreng yang masih hangat."Lagi ada masalah ya non? Bibik perhatikan akhir-akhir ini non Nia sering sekali melamun?"
Setelah melihat bukti-bukti baru yang dibawa Ziad dkk. Polisi akhirnya memutuskan untuk membebaskan Zain dari penjara. Nia sangat bersyukur akhirnya adeknya bisa bebas dari penjara, ia mengucapkan terima kasih pada Ziad dkk."Syukurlah kamu bisa bebas Zain." kata Zian sambil memegang bahu Zain.Zain mengacuhkan perkataan Zian, lalu menghampiri Ziad dan Naya."Ziad, terima kasih ya."Ziad sebenarnya ingin mengatakan pada Zain kalau itu semua berkat Zian, bukan hanya dirinya saja, tetapi Zian malah menyuruh Ziad untuk tidak mengatakannya."Iya sama-sama." kata Ziad kemudian memeluk Zain.Semuanya kembali pulang ke rumah bersama, tetapi Zian masih saja diacuhkan oleh Zain. Naya dan Nia merasa sangat kasihan pada Zian, entah kenapa Zain hanya membersikap seperti hanya pada Zian saja. Nia menghampiri Zian dan tersenyum padanya, kesedihan di wajah Zian hilang setelah Nia menghampirinya."Ayok kita pulang bersama-sama!" ajak
Malam dingin yang menusuk, Zian terus saja memikirkan ucapan Natasya, kini mereka akan kembali terpisah. Mampukah Zian menjalani hubungan jarak jauh dengan Natasya, jujur ia merasa agak ragu dengan hatinya. Kini bisikan-bisikan buruk mulai menggangu pikirannya."Zian, percayalah. Jika memang dia jodohmu, maka sang pencipta akan mempertemukanmu kembali dengannya." kata Zian menyemangati dirinya sendiri.Hari minggu yang cerah, Zian mengajak Natasya untuk pergi jalan-jalan. Zian menunggu di dekat toko roti, hampir setengah jam ia menunggu Natasya, tetapi banyangannya belum muncul juga. Saat lampu merah dan orang-orang pada menyebrang jalan, Zian sedikit melihat gadis dengan dress biru dengan motif bunga sakura ikut menyebrang, ya itu Natasya. Rambutnya dibiarkan terurai ditambahkan sedikit hiasan jepit rambut membuatnya terlihat cantik. Natasya terus melihat ke arah Zian, tanpa melihat lampu itu sudah hijau dan dari arah barat ada sebuah truk melaju dengan cepat.
Zian menunggu Natasya di tempat biasa mereka bertemu, lima menit kemudian Natasya muncul dengan memakai dres warna pink motif bunga. Rambut hitamnya terurai, sedikit jepit rambut yang dihiasi mutiara dan bunga membuatnya bak seperti putri kerajaan. Zian begitu terpesona melihat penampilan Natasya yang semakin menawan malam itu, mereka berdua pun segera pergi ke tempat Naya dan Ziad.Naya yang sedari tadi menunggu Zian dan pacarnya mulai mondar-mandir dan ngomel-ngomel nggak jelas. Ziad berusaha menenangkannya, tetapi tidak bisa. Naya sudah mulai geram tiba-tiba suara langkah sepatu kaca terdengar dari arah pintu, Ziad terpukau melihat gadis yang bersama Zian."Cantik sekali" ucap Ziad yang tidak pernah berhenti memandang gadis itu.Naya tersenyum bahagia, akhirnya ia bisa bertemu dengan pacarnya Zian. Naya lalu menghampiri Zian dan Natasya."Hai.! Kamu pasti yang namanya Natasya." sambut Naya."I.. Iya." jawab Natasya sedikit ma
Di toilet, Zian membasuh tangannya yang sedikit memerah. Setelah semuanya membaik ia mulai merapikan pakaiannya."Sayang, Zian kemana?" tanya Naya."Ohh Zian tadi ke toilet."Tiba-tiba Zian pun muncul, saat mereka bertiga menanyakan tentang dirinya. Natasya menatap mata Zian dalam-dalam, ia seperti mencurigai Zian."Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Zian."Kamu beneran tidak apa-apa?" kata Natasya lalu memegang tangan kanan Zian."Aw..!" rintih Zian."Tangan kananmu masih sakit akibat kecelakaan itu?""Kecelakaan..?" heran Ziad dan Naya."Kamu jangan bohong, apakah tanganmu masih sakit? Apakah kamu sudah memeriksanya?""Iya aku sudah memeriksanya, kata dokter cuma cedera ringan. Setelah di pakaikan koyo semuanya akan baik-baik saja."Zian melanjutkan makanannya, sedangkan Natasya masih khawatir dengan kondisi Zian meski ia mengatakan baik-baik saja, tetapi hatinya masih belum men
Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang
Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka
Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z