Setelah melihat bukti-bukti baru yang dibawa Ziad dkk. Polisi akhirnya memutuskan untuk membebaskan Zain dari penjara. Nia sangat bersyukur akhirnya adeknya bisa bebas dari penjara, ia mengucapkan terima kasih pada Ziad dkk.
"Syukurlah kamu bisa bebas Zain." kata Zian sambil memegang bahu Zain.Zain mengacuhkan perkataan Zian, lalu menghampiri Ziad dan Naya. "Ziad, terima kasih ya."Ziad sebenarnya ingin mengatakan pada Zain kalau itu semua berkat Zian, bukan hanya dirinya saja, tetapi Zian malah menyuruh Ziad untuk tidak mengatakannya. "Iya sama-sama." kata Ziad kemudian memeluk Zain. Semuanya kembali pulang ke rumah bersama, tetapi Zian masih saja diacuhkan oleh Zain. Naya dan Nia merasa sangat kasihan pada Zian, entah kenapa Zain hanya membersikap seperti hanya pada Zian saja. Nia menghampiri Zian dan tersenyum padanya, kesedihan di wajah Zian hilang setelah Nia menghampirinya. "Ayok kita pulang bersama-sama!" ajakMalam dingin yang menusuk, Zian terus saja memikirkan ucapan Natasya, kini mereka akan kembali terpisah. Mampukah Zian menjalani hubungan jarak jauh dengan Natasya, jujur ia merasa agak ragu dengan hatinya. Kini bisikan-bisikan buruk mulai menggangu pikirannya."Zian, percayalah. Jika memang dia jodohmu, maka sang pencipta akan mempertemukanmu kembali dengannya." kata Zian menyemangati dirinya sendiri.Hari minggu yang cerah, Zian mengajak Natasya untuk pergi jalan-jalan. Zian menunggu di dekat toko roti, hampir setengah jam ia menunggu Natasya, tetapi banyangannya belum muncul juga. Saat lampu merah dan orang-orang pada menyebrang jalan, Zian sedikit melihat gadis dengan dress biru dengan motif bunga sakura ikut menyebrang, ya itu Natasya. Rambutnya dibiarkan terurai ditambahkan sedikit hiasan jepit rambut membuatnya terlihat cantik. Natasya terus melihat ke arah Zian, tanpa melihat lampu itu sudah hijau dan dari arah barat ada sebuah truk melaju dengan cepat.
Zian menunggu Natasya di tempat biasa mereka bertemu, lima menit kemudian Natasya muncul dengan memakai dres warna pink motif bunga. Rambut hitamnya terurai, sedikit jepit rambut yang dihiasi mutiara dan bunga membuatnya bak seperti putri kerajaan. Zian begitu terpesona melihat penampilan Natasya yang semakin menawan malam itu, mereka berdua pun segera pergi ke tempat Naya dan Ziad.Naya yang sedari tadi menunggu Zian dan pacarnya mulai mondar-mandir dan ngomel-ngomel nggak jelas. Ziad berusaha menenangkannya, tetapi tidak bisa. Naya sudah mulai geram tiba-tiba suara langkah sepatu kaca terdengar dari arah pintu, Ziad terpukau melihat gadis yang bersama Zian."Cantik sekali" ucap Ziad yang tidak pernah berhenti memandang gadis itu.Naya tersenyum bahagia, akhirnya ia bisa bertemu dengan pacarnya Zian. Naya lalu menghampiri Zian dan Natasya."Hai.! Kamu pasti yang namanya Natasya." sambut Naya."I.. Iya." jawab Natasya sedikit ma
Di toilet, Zian membasuh tangannya yang sedikit memerah. Setelah semuanya membaik ia mulai merapikan pakaiannya."Sayang, Zian kemana?" tanya Naya."Ohh Zian tadi ke toilet."Tiba-tiba Zian pun muncul, saat mereka bertiga menanyakan tentang dirinya. Natasya menatap mata Zian dalam-dalam, ia seperti mencurigai Zian."Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Zian."Kamu beneran tidak apa-apa?" kata Natasya lalu memegang tangan kanan Zian."Aw..!" rintih Zian."Tangan kananmu masih sakit akibat kecelakaan itu?""Kecelakaan..?" heran Ziad dan Naya."Kamu jangan bohong, apakah tanganmu masih sakit? Apakah kamu sudah memeriksanya?""Iya aku sudah memeriksanya, kata dokter cuma cedera ringan. Setelah di pakaikan koyo semuanya akan baik-baik saja."Zian melanjutkan makanannya, sedangkan Natasya masih khawatir dengan kondisi Zian meski ia mengatakan baik-baik saja, tetapi hatinya masih belum men
Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang
Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka
Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z
Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork
Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg