Aroma kopi jelas sekali tercium dari arah tempat makan, Ziad mengikuti arah aroma itu dan jelas sekali tercium juga beberapa makanan yang lezat. Saat Zia mulai membuka matanya terlihat begitu banyak makanan yang tertata rapi oleh Bik Imah, orang tua Ziad juga terlihat bersama orang tua Zian dan Zain.
“Selamat pagi nak.” kata ayah Ziad.“Ayah? dari mana ayah tahu kalau aku ada disini?” tanya Ziad.“Kemarin malam orang tua Zian menelpon dan mengatakan kalau kamu nginap disini.” “Oh maaf ya yah, semalam Ziad tidak sempat kasih tahu ayah, karena Ziad terlalu capek ”“Terlalu capek atau terlalu takut,” kata Zain dari belakang yang sudah mengenakan seragam sekolah. Selang beberapa menit Zian juga turun dan sudah mengenakan seragam sekolah.“Selamat pagi semua.” sapa Zian. “Zian, kamu mau masuk sekolah hari ini?” tanya ibunya. “Iya bu.”“Tapi kan baru semalam kamu pulang dari rumah sakit.”“Kondisi aku sudah baikan kok bu, ibu tenang saja ” kata Zian meyakinkan. “Ziad, kenapa kamu belum bersiap-siap?” tanya ayah Zain.“Heeee iya om…kalau gitu Ziad siap-siap dulu. Zian, aku pinjam seragam kamu dong.”“Ambil saja di dalam lemari.”“Okkk..” Ziad mulai bergegas pergi ke atas untuk bersiap-siap. Tiga kepala keluarga itu sarapan dalam satu meja di rumah Zian dan Zain, menu sarapan pagi itu sedikit berbeda dan sangat banyak sekali ada nasi goreng, omelet, roti, ayam goreng, sop ikan tuna, soto, sate, pecel lele dan masih banyak lagi.“Bik Imah udah cocok buka warung makan serba ada.” canda Zain. “Ah..Aden bisa aja. Beberapa makanan ini dibawa oleh orang tua Aden. Bibik hanya buat seberapa saja.” kata Bik Imah. “Sepertinya sop ikan tuna ini bukan Bik Imah yang buat.” kata Zian. “Iya itu ibu Nirmala yang buat.”“Tu kan, aku sudah duga kalau ini masakan ibu.”“Iya, kamu harus makan sop itu yang banyak supaya kamu cepat pulih.” kata ibunya. “Iya.”“Tante, kok aku tidak dikasih.” kata Ziad sedikit kecewa.“Tenang ini masih banyak kok.” “Yeeeyyy…makasih tante.”“Ziad, hati-hati ntar ikannya malah hidup dan berenang di dalam perut kamu.” kata Zain setengah berbisik-bisik untuk menakuti Ziad.“Masa iya sih?” Ziad kembali berfikir untuk memakan sop ikan tuna itu.Ziad lalu mengembalikan mangkuk besar yang berisi sop ikan tuna ke tempat semula dan mengurungkan niatnya untuk menyantap sop ikan tuna.“Lho…kenapa kamu gak jadi makan ikannya?” tanya ayahnya. “Kuahnya aja deh yah.” kata Ziad sambil menyeruput kuah sop ikan tuna.“Iya nih si Ziad, tidak tahu apa kalau ikan tuna sangat enak.” kata Zain sambil mengambil ikan tuna dan menaruhnya diatas piring.“Hemmm enak banget masakan tante Nirmala ” kata Zain memuji sambil makan ludes ikan tuna itu.“Zain, kamu bilang ikannya nanti berenang dalam perut.” kata Ziad. Semua orang yang ada di meja makan itu kaget bukan main mendengar kata-kata Ziad itu.“Iya yah, kata Zain kalau kita makan ikan tuna nanti ikannya hidup dan berenang dalam perut kita.” kata Ziad dengan polosnya seperti anak SD. Semua orang tertawa mendengar kata-kata Ziad, ia heran apakah yang ia katakan itu salah atau bagaimana.“Nak, yang namanya makanan kalau sudah masuk ke perut pasti bakalan dicerna. Tante nggak pernah dengar kalau ikan hidup dan berenang dalam perut.” kata Ibu Nirmala.“Tapi kata Zain itu kata orang tua dulu.”“Ya ampun kamu itu dibohongin oleh Zain.” kata ayah Zain sambil tertawa.“Oh jadi gini ya Zain, gara-gara kamu aku nggak dapat makan sop ikan tuna dan malah makan kuahnya saja. Rupanya kamu berniat untuk menghabiskannya ya.” kata Ziad sambil memukul bahu Zain beberapa kali karena kesal banget dikerjai.“Sudah jangan bertengkar. Nanti tante buatkan lagi. Oh iya, Zain, Ziad tante pesan sama kalian jangan kasih Zian untuk nyetir mobil sendiri untuk sementara waktu kira-kira sampai Zian benar-benar sembuh betul.” kata ibu Zian panjang lebar.“Baik tante.” jawab Ziad dan Zain hampir bersamaan.“Kalau boleh ayah sarankan kalian bawa satu mobil saja, nggak usah bawa satu-satu.”saran ayah Ziad.“Iya om, hari ini kita bertiga pakai mobil Ziad” kata Zain.SMA GARUDA tertulis jelas diatas pintu utama masuk, dari tahun ke tahun siswanya tidak pernah kurang dari 2000 siswa untuk siswa baru. Sekolah itu merupakan seokalah favorite banyak sekali program-program dan ekstrakulikuler dari sekolah mulai dari sains, atletik, seni, dan bahasa. Dan fasilitas yang disediakan juga sangat memadai mulai dari Lab. Sains, Lab. Bahasa, Sanggar, Ruang Musik, Tempat Olahraga dan masih banyak lagi. Sekolah itu juga melahirkan siswa-siswa yang berprestasi terbukti dari lemari piala yang terletak di ruang kepala sekolah. Siswa SMA GARUDA selalu memenangkan perlombaan mulai dari sanis, seni music dan lain-lain. Bel sudah dibunyikan semua siswa bergegas ke kelas masing-masing termasuk 3Z. Zian sudah tiba di kelas dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. “Selamat pagi Zian…” sapa Naya yang baru datang ketika melihat Zian kembali masuk.“Selamat pagi Nay,” jawab Zian. “Gimana kondisi kamu?”“Alhamdulillah sudah agak mendingan.”“Terus kenapa kamu duduk di belakang lagi?” tanya Naya lagi. “Lebih nyaman aja dan tidak ada gangguan sama sekali.”“Jadi kalau aku duduk didekatmu kamu terganggu ya?” kata Naya sedikit kecewa.“Bukan seperti itu, ketika aku duduk di depan kayaknya aku seperti di perhatikan terus, dan itu membuatku sedikit terganggu.” kata Zian. “Habisnya kamu pintar dan juga tampan, makanya teman-teman selalu perhatikan, dan kamu juga bisa menjawab semua soal-soal yang sulit.” kata Naya dengan sedikit tersipu malu saat mengatakan tampan.“Lagi pula, sudah ada orang yang duduk disana.” “Ohh..itu, iya kamu benar sudah ada yang duduk disana sejak kamu sakit.” kata Naya sambil duduk di bangku dekat Zian. “Kita kedatangan siswa baru?” tanya Zian heran.“Iya. Waktu kamu terbaring pingsan di kelas dan dia juga yang membantu aku sebelum Ziad dan Zain datang membawamu ke rumah sakit. Aku dan dia juga ikut ke rumah sakit waktu itu dan anehnya pas aku ngotot untuk menunggu kamu siuman dia malah yang paling ngotot banget untuk nunggu kamu siuman, Ziad beberapa kali menyuruhnya pulang sehingga dia mau akhirnya memutuskan untuk pulang. Kayaknya dia kenal sama kamu?” kata Naya panjang lebar. Zian hanya terdiam dan memikirkan siapa gadis yang dimaksud Naya itu, setahu Zian sedikit sekali gadis yang ia kenal bahkan hanya Naya saja yang ia tahu. Tiba-tiba Marina masuk kedalam kelas.“Heyyy Marina selamat pagi…” sapa Naya dari arah belakang.Zian memandang wajah gadis itu seperti tidak asing baginya, tapi ia melihat dimana ? pandangan Zian dan Marina bertemu satu sama lain, wajah Marina sedikit memerah saat Zian menatapnya dalam-dalam, tetapi yang dilakukan Zian hanya sebatas memastikan saja, sedangkan Marina mengartikan kepada hal yang lain.“Zian, itulah gadis yang aku maksud tadi namanya Marina.” kata Naya membisik di telinga Zian. “Kamu sudah baikan?” tanya Marina.“Iya.” jawab Zian singkat. Zian akhirnya ingat, dia gadis yang Zian temui waktu kecelakaan itu.“Oh..iya ini sapu tanganmu.” kata Zian. sambil mengembalikan sapu tangan Marina.“Jadi kalian saling kenal?” tanya Naya heran.“Iya, aku bertemu dengannya waktu Zian kecelakaan.” kata Marina sambil menerima sapu tangannya dari Zian.“Berarti kalian berdua sudah akrab dong.”“Tidak juga.” kata Zian. Marina sedikit kecewa dengan perkataan Zian tadi, tapi tetap saja Marina kagum pada sosok laki-laki yang ia temui dua minggu lalu hingga membuatnya tidak bisa tidur. Siswa yang lain berhamburan datang sepertinya guru akan masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran. Pelajaran berlangsung sangat tertib, tenang dan rapi sekali. Di kelas sebelah yaitu di kelas Zain terdengar sedikit ribut karena guru mereka belum datang, hal itu membuat kelas Zian sedikit terganggu. Pelajaran pertama akhirnya selesai, Naya mulai menggeser bangkunya dekat dengan Zian dan menceritan tentang Danau Biru yang sering dibicarakan oleh satu sekolahan. Katanya di danau itu sering nampak sosok gadis di sana yang sedang menangis di bawah pohon rindang, kata orang danau itu adalah air mata gadis itu yang setiap waktu datang kesana untuk menangis. Zian lalu ingat danau yang dilihatnya waktu itu dan Zain mengatakan kalau ia melihat sosok gadis yang sendirian disana. Itu sebabnya tidak ada yang pernah berani melewati jalan itu karena tempat itu angker dan berhantu. Cerita horor Naya tak mempan pada Zian, ia sama sekali tidak percaya dengan cerita-cerita seperti itu semuanya pasti ada sebabnya tidak mungkin ada hantu atau apalah itu. Ketika semua pelajaran sudah selesai semua siswa mulai berhamburan pulang, 3Z berjalan menuju parkiran ke arah mobil yang mereka kendarai, kali ini giliran Zain yang menyetir mobil saat di depan gerbang Zain melihat gadis berdiri sendirian sepertinya menunggu jemputan, Zain sepertinya kenal gadis itu. Ya itu Marina gadis yang pernah ia temui.“Zain kenapa kita tiba-tiba berhenti?” tanya Ziad. “Tunggu sebentar ada urusan sedikit.” kata Zain sambil bergeges keluar mobil dan mendatangi Marina.“Kamu lagi nunggu jemputan ya?” tanya Zain pada Marina.“Iya, tapi belum sampai-sampai juga.”“Kalau gitu biar aku yang antar gimana?” “Memangnya gak ngerepotin kamu dan teman-temanmu?”“Gak kok, ayok.” Zain lalu menyuruh Ziad duduk di belakang bersama Zian agar Marina bisa duduk disebelahnya. Ziad sedikit kesel olehnya karena dipaksa duduk di belakang, tetapi apa boleh buat kalau Zain sudah berkata begitu.“Seharusnya aku yang nyetir tadi, jadi kejadian seperti ini tidak terjadi dan kita bisa pulang. Aku malah sudah lapar nih.” gerutu Ziad.“Sudahlah.” kata Zian sambil membaca buku komiknya tanpa menghiraukan Marina dan Zain sedikitpun.Sepanjang perjalanan Zain terus saja mengoceh, tetapi pandangan Marina terus saja ke arah Zian lewat kaca sepion itu ia bisa terus memandangi wajah Zian yang serius membaca komik dan beberapa buku disampingnya. Ziad hanya cemberut saja dari tadi, karena masih kesel tanpa ia sadari mereka mulai lewati jalan yang di bicarakan oleh semua siswa tentang Danau Biru yang angker itu.“Zain, kenapa kita lewat sini?” tanya Ziad. “Ini arah ke rumahku.” jawab Marina.Mereka mulai melewati danau itu, Ziad sudah sangat ketakutan setengah mati sedang mereka bertiga tidak. Mobil itu menyusuri jalan yang sepi membuat Ziad makin diselimuti ketakutan yang luar biasa. Setelah melalui jalan itu terlihat hamparan bunga-bunga sejauh mata memandang. Hilang semua rasa takut itu ketika Ziad melihat hamparan bunga.“Zian coba kamu lihat ini.” tunjuk Ziad.Sekilas Zian takjub akan tempat itu dan ia melihat hamparan dandelion disana. Perjalanan yang sangat menakjubkan bagi mereka bertiga.“Marina ini semua…” kata Zain yang belum sempat melanjutkannya, karena sangat takjub dengan apa yang ia lihat.“Iya Zain semua hamparan bunga itu milik keluargaku, nah kita akan tiba di rumahku sebentar lagi.” kata Marina. “Nah, kita sudah sampai di rumahku.” kata Marina.Zain dan Ziad sangat takjub sekali melihat rumah Marina yang seperti istana kerajaan. Zian tidak terlalu memperdulikannya.“Ayo masuk!” ajak Marina. Ketika Zain ingin mencoba masuk Ziad mencegahnya.“Tidak usah repot-repot Marina, sebaiknya kami pulang saja.” spontan Ziad yang masih menutupi mulut Zain.Zian hanya diam di dalam mobil, ia tidak ikut turun bersama kedua sahabatnya itu, karena masih sibuk dengan bukunya. Akhirnya mereka bertiga pulang melalui jalan yang sama, karena kata Marina hanya itu jalan satu-satunya menuju kerumah dirinya. Ketakutan mulai menyelimuti Ziad lagi setelah keluar dari ladang bunga yang sudah seperti surga belum lagi rumah Marina yang seperti istana. Setelah melaluinya perasaan Ziad mulai tenang, sedangkan Zain hanya tersenyum bahkan tidak takut seperti Ziad, karena ia berhasil mengantar Marina dan tahu di mana rumahnya dan Zian hanya menatap buku novel horror yang dibaca setelah semua komik habis dilahap habis.“Ziad…..!!!!” teriak seorang gadis dari arah belakang, saat Ziad menoleh ternyata yang memanggil namanya adalah Naya yang bersama dengan Marina.“Hey…kamu beli makanan buat Zain dan Zian ya, apakah kamu bisa membawanya atau aku bisa membantumu?” kata Naya menawarkan diri.“Tidak usah, aku bisa kok membawanya. Ngomong-ngomong ada apa?” tanya Ziad.“Begini besok tanggal 10 Oktober adalah ulang tahun Marina dan ia mengundangmu bersama Zian serta Zain.” kata Naya sambil menyodorkan tiga undangan untuknya.“Aku harap kalian bertiga bisa datang.” kata Marina yang sangat berharap akan kedatangan 3Z.“Iya, nanti aku tanyakan pada mereka berdua.” kata Ziad“Ya sudah kalau begitu kami akan melanjutkan untuk membagikan undangan ini.” kata Marina.“Kalau begitu sampai jumpa di pesta ulang tahun.” kata Naya sambil melambaikan tangannya. Ziad pun pergi ke tempat tongkrongannya disana sudah ada Zian dan Zain yang menunggu Ziad untuk membawa makanan.“Heyy…maaf aku ter
Semalaman Zian terus saja memikirkan gadis itu, sehingga ia tidak bisa tidur. Jam setengah sebelas malam Zian keluar dari rumah untuk menenangkan pikirannya saat ia menatap bintang hanya terbayang gadis itu saja, dia lalu membaca buku yang baru didapatkannya saat acara bedah buku ia juga membeli beberapa komik terbaru dan novel terbaru yang lainnya. Saat membaca bayangan gadis yang ia jumpai dari hutan itu semakin lama semakin memudar lambat laun akhirnya hilang, Zian kembali fokus dengan bacaannya selang beberapa menit kemudian Zain pun datang dan langsung duduk disamping Zian."Belum tidur? "tanya Zian."Aku tidak bisa tidur.""Kenapa? " tanya Zian heran."Entah kenapa aku kepikiran Marina, saat berdansa bersamanya tadi wajahnya selalu terbayang-bayang."Zian hanya tersenyum terus mendengar kata-kata Zain."Kamu kenapa tersenyum Zian, kamu lagi ngeledek aku ya?" kata Zain dengan wajah sedikit masam."Enggak bukan gitu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa ujian akhir sekolah berakhir. Lagu libur telah tiba menjadi trending topik kala itu, semua siswa sangat menati-nanti hari ini, karena kepala sekolah akan mengumumkan tentang rencana camping untuk liburan tahun ini. Itu merupakan usulan dari beberapa anggota osis dan guru, karena dengan diadakannya camping ini para siswa bisa lebih leluasa mengenal alam. Semua siswa mendaftar ke ketua kelas masing-masing, Zian sebenarnya enggan sejali mengikuti kegiatan camping karena ia ingin menghabiskan masa liburnya bersama Natasya. Namun Zain dan Ziad sudah terlanjur mendaftarkannya sekalian. Jadi mau tidak mau ia harus ikut.Semua siswa mempersiapkan kelengkapan camping, mereka akan berangkat tiga hari lagi yaitu hari minggu jam tiga sore, mereka akan berkumpul di sekolah untuk menunggu bus yang akan digunakan."Kita harus segera bersiap juga Zain, Zian. Karena banyak sekali yang harus kita persiapkan mulai dari baju, sepatu,
"Zain....!!" teriak seorang gadis dari ruang tamu memanggil- manggil namanya, Zain masih saja tidur dengan pulas, gadis itu terus saja memanggil namanya sambik menaiki tangga yang menuju ke kamar Zain. Zian keluar dari kamarnya untuk melihat darimana asal suara itu datang."Selamat pagi Zian."Alangkah terkejutnya Zian ketika melihat gadis itu, ya itu adalah Kak Zainia, kakak kandung Zain dan kakak sepupunya Zian."Kak Nia?""Zian, Zain dimana?""Sepertinya masih tidur mungkin kak.""Seharusnya libir panjang kayak gini kalian pergi bersenang-senang ke pantai, camping, mall, dll""Tiga hari yang lalu kami pulang camping kak."Nia lalu pergi ke kamar Zain untuk menemui adek tercintanya, ketika Nia di depan pintu Nia hanya diam saja sambil melihat situasinya."Hmmm.... " desah Zian yang sudah tahu apa yang akan terjadi pada kamar Zain.Brakkk.... Brakkk...!!!! pintu kamar Zain di hancurkan dengan sekali pukulan dari Nia, kakak
Senja kini berganti malam, Nia mulai bersiap-siap untuk pergi ke restoran bersama 3Z. Sesuai dengan perjanjian yang kalah harus mentraktir yang menang makan malam termewah. Dengan menggunakan dress berwarna silver dengan rambut yang terurai, Nia terlihat begitu mempesona. 3Z sedang menunggu di depan, ketika Nia datang ketiganya begitu takjub melihatnya."OMG Hellow... Kak Nia, you are so beautiful. Aku sampai pangling kak, kalau di banding dengan pacarku kakak number one, seandainya saja kakak seumuran denganku kakak akan aku jadikan pacar." puji Ziad."Ehemmm... ""Ya sudah kalau gitu sebaiknya kita berempat segera berangkat."ajak Zian.Semuanya memasuki mobil dan berangkat ke restoran. Ponsel Ziad terus saja berbunyi entah siapa yang menghubunginya, tetapi Ziad tidak menghiraukannya. Satu jam perjalanan mereka berempat akhirnya sampai di restoran, restoran itu terlihat begitu mewah. Nia mulai melangkah dengan anggunnya memasuki restoran itu dite
Libur panjang akhir ujian telah berakhir, kini waktunya kembali untuk menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya namun dengan nuansa kelas yang berbeda, 3Z sudah kelas tiga yang artinya masa untuk bermain-main sudah berakhir. Kini mereka harus fokus terhadap masa depan yang menanti mereka di luar sana. 3Z mulai serius untuk belajar meski nilai mereka memuaskan di setiap mata pelajaran namun tidak membuat mereka untuk berhenti belajar atau merasa puas. Waktu jalan, shoping atau kumpul bareng dikurangi, karena kelas tiga ini mereka harus benar-benar fokus agar bisa masuk ke universitas yang cukup bergengsi secara bersama, karena itu merupakan kesepakatan 3Z akan selalu bersama dan sekolah ditempat yang sama.Di perpustakaan Zain mencari beberapa buku sebagai referensi untuk bacaannya, saat hendak mengambil buku yang diinginkan tak sengaja tangannya menyenggol buku lain dan terjatuh sampai mengenai seseorang dari balik lemari.Aww...!!Zain langsung bergega
Di hari minggu, Zian selalu nampak berlari pagi mulai jarang terlihat. Zain berlari seorang diri di taman, Ziad yang sekarang sudah punya pacar jadi lari di hari minggu sudah tidak lagi baginya. Zain seorang diri di taman, mendengarkan lagu sama sekali tidak bisa menghibur rasa kesepiannya. Beberapa menit istirahat ia mulai melanjutkan larinya, berdiam seorang diri taman membuatnya sedikit minder, karena di taman penuh sepasang kekasih yang tengah menikmati pagi minggu yang indah. Zain terus berlari kemana arah angin menuntunnya, tanpa disadari ia sampai di Danau Biru."Hah...ternyata aku bisa berlari sampai sejauh ini." pikirnya.Seorang gadis berambut panjang terurai, bersandar di bawah pohon sambil memainkan gitar. Perlahan Zain menghapiri gadis itu, gadis itu mulai mendengar suara langkah kaki mendekatinya gadis itu merasa takut dan tidak menengok ke belakang sedikit pun. Tiba-tiba bunyi hp Zain berdering, mengalihkan pandangannya sejenak. Dengan sigap gadis it
Sebulan pun berlalu, hubungan Zain dengan Marina masih romantis-romantisnya, mereka berdua pergi ke danau biru untuk merayakan hari jadiannya yang ke sebulan."Kita mau kemana sih sayang?" kata Marina dengan mesranya."Kita akan pergi ke suatu tempat yang sangat spesial." kata Zain.Di villa Ziad, Naya dan Zian menunggu Zain dan Marina untuk belajar bersama. Namun mereka berdua tak kunjung datang hingga Naya menjadi kesal dibuatnya."Mereka berdua kemana sih?!" ketus Naya."Zian, kamu tahu kemana perginya Zain?" tanya Ziad."Tidak, sejak pulang sekolah aku tidak pernah melihatnya bahkan akhir-akhir ini aku jarang melihat Zain." kata Zian."Aku perhatikan kalian bertiga jarang sekali kumpul bareng sekarang ini." kata Naya."Iya, aku sering menghabiskan waktu di perpustakaan dan sepulang sekolah pun aku mengurung diri. Kita bertiga paling kumpul cuma hari minggu aja." kata Zian."Iya, tapi minggu-minggu i
Ziad kembali istirahat, memejamkan kedua matanya. Suara klakson mobil dari depan mengejutkannya ia lalu melihat dari balik jendela. Ternyata itu adalah kedua orang tuanya yang baru saja pulang. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan turun ke bawah untuk menyambut kedua orang tuanya."Akhirnya kita sampai rumah juga.""Iya," jawab ayah Ziad."Silahkan tuan, nyonya." kata pembantu membawakan dua gelas air minum."Terima kasih ya bik." ucap ibu Ziad."Ayah sama ibu baru pupang dari rumah sakit?""Ohh Ziad, kamu sudah pulang nak?" tanya ibunya."Hmmm.. " kata Ziad sambil mengangguk."Iya, ayah sama ibu dari rumah sakit." kata ayah."Alhamdulillah ayah Zain sudah baikan. Ayah sama ibu sempat khawatir saat kamu mengabari kalau ayah Zain masuk rumah sakit dan kritis." kata ibu."Lalu kerjaan ibu sama ayah bagaimana?""Alhamdulillah, kami berdua mendapatkan kontrak itu." kata ayah.&nb
Di perjalanan Ziad melihat Zian berdiri sendirian di pinggir jembatan, Ziad lalu menepikan mobilnya dan menghampiri Zian. Awan hitam mulai menyelimuti langit, nampaknya hujan akan segera turun."Hey, kenapa bengong disini. Lihat langit sudah mulai mendung, sepertinya akan turun hujan.""Ziad?"Ucapan Ziad benar, hujan pun turun dengan derasnya mereka berdua segera masuk ke dalam mobil."Kamu kenapa sih Zian, akhir-akhir aku lihat kamu sering menyendiri. Yah memang biasanya seperti itu, tetapi kali ini agak sedikit berbeda. Kamu kepikiran soal Zain?"Zian hanya diam saja, tak merespon perkataan Ziad. Niat Ziad untuk pulang ke rumah diurungkan, ia lalu mencari tempat untuk ngopi dan ngemil santai serta berbicara dengan Zian."Ayok! Kita mampir ngopi dan ngemil dulu disini," ajak Ziad.Zian masih saja melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan."Zian..!""Ehh... Iya ada apa?""Kamu ini kenapa sih, dari tadi
"Aku keluar sebentar dulu ya Ziad, Nay." kata Zian.Zian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Zain disana, ia tidak marah atau pun dendam terhadapnya. Tapi ia hanya tidak ingin kalau Zain malah akan membecinya ketika ia mencoba menyapanya.Zian duduk di kantin sambil menikmati secangkir coklat panas sendirian, tiba-tiba handphonenya berdering. Telpon dari ibunya yang mengingatkan Zian untuk makan siang. Meskipun ibunya sibuk, ia tidak lupa mengingatkan putranya untuk makan.Hari sudah hampir siang, Naya dan Marina berpamitan untuk pulang ke rumah. Ziad menawarkan diri untuk mengantar Naya pulang, tetapi Naya merupakan gadis yang pemberani dan pengertian terhadap pacarnya. Naya mengatakan kalau ia bisa pulang sendiri, lagi pula ia juga tahu bagaimana hubungan mereka bertiga jadi tidak mungkin hanya karena dirinya Ziad akan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengalami musibah."Serius kamu tidak apa-apa?" tanya Ziad meyakinkan.
Zain berangkat sekolah seorang diri, ia hampir saja terlambat masuk sekolah. Saat tengah menjawab soal ujian, pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal. Ia hanya memikirkan kondisi ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Satu persatu teman-temannya sudah selesai mengerjakan soal, tinggal beberapa orang masih menjawab termasuk Zain. Ziad melihat Zain yang terus saja melamun, ia lalu melemparkan kertas ke arah Zain."Apa?" kata Zain sambil melihat ke arah Ziad.Ziad menunjukkan kertasnya ke Zain dan jam dinding yang ada di depan. Zain mengerti maksud Ziad, kalau ia harus segera menyelesaikan soal-soal itu sebelum waktu yang sudah ditentukan.Marina pergi ke luar menunggu Zain di tempat parkiran setelah ia mengumpulkan lembar jawabannya. Marina sama sekali belum mengetahui kalau ayah Zain masuk rumah sakit, seharian kemarin ia kesal dan jengkel pada Zain serta mereka juga tidak saling menghubungi sama sekali.Ziad mengantarkan lembar jawaban kemud
Zain dan Mira berpisah di danau itu dan pulang ke rumah masing-masing. Zain berniat tidak ingin pulang ke rumah, tetapi kata-kata Mira terus terngiang di kepalanya. Ia lalu mengikuti kata Mira, beberapa menit perjalanan Zain akhirnya sampai di rumah. Ia terdiam mematung di depan pintu rumah, memikirkan apakah ada keluarganya benar-benar peduli terhadap dirinya.Zain mulai membuka pintu, tidak seperti yang ada diharapkan. Satu pun tidak ada yang menunggu kepulangannya, bahkan rumah terlihat sepi. Mungkin orang rumah sedang pergi keluar. Tak ada satu pun yang dapat ditanyai di sana, bik Imah sudah dipindahkan ke tempat tante Nirmala dan Zian atas perintah ayah Zain."Bodohnya aku mengira kalau keluargaku saat ini sedang memikirkan diriku. Mira, kamu salah jika keluargaku sangat mengkhawatirkan diriku." ucap Zain dalam hatinya.Zain mulai bertingkah seenaknya di rumah yang sepi itu, ia melakukan apa yang ia inginkan. Mulai dari main game sepuasnya hingg
Zain kembali ke danau untuk menenangkan dirinya. Ia melempar krikil ke danau, tidak pias dengan hal itu ia juga berteriak melepaskan semua beban pikiran yang ada di kepalanya."Haaaaaaa...!"Seseorang dari belakang melempari dengan sebuah apel merah."Woyy... Berisik!""Kamu? Kenapa kamu kesini, mau bunuh diri lagi?""Woyy jangan ngarang ya, rumahku ada di sekitaran sini dan aku selalu kesini.""Ohhh.. Hah! Jangan-jangan kamu gadis yang waktu itu aku lihat?"Gadis itu mengingat kembali kejadian waktu pertama kali bertemu dengan Zain."Ohh jadi itu kamu, aku pikir..""Waktu itu kenapa kamu lari?""Ohh waktu itu aku kira penculik makanya aku lari." kata gadis itu bercanda."Dia berbeda sekali dengan waktu itu, gadis lugu, dan pemalu. Sekarang yang ada di hadapanku gadis yang sangat ceria dan penuh semangat." pikir Zain dalam hatinya."Nama aku Zain." kata Zain memperkenalkan diri dengan menyodork
Hari kedua ujian pun berlangsung, kali ini mata pelajaran yang di uji adalah pelajaran bahasa inggris. Tak cukup waktu lama bagi Naya dan Zian untuk keluar lebih dulu dari teman sekelasnya, karena mereka berdua paling mahir dalam bahasa inggrisnya.Ziad, Marina dan Zain juga keluar lebih dulu dari pada teman sekelasnya yang lain. Zian yang melihat Zain yang keluar kelas, ia lalu segera pulang duluan."Nay, aku pulang duluan ya. Dah.""Ehh Zian, kita kan akan pergi ke... "Zian sesegera mungkin memuter balik mobilnya dan melesat seperti orang yang ketakutan."Hemmm. Sudahlah.""Beb, kamu lagi lihat apa?""Kamu sudah selesai kan beb, kalau begitu kita langsung pulang saja ya." kata Naya yang langsung masuk ke dalam mobil Ziad tanpa memadang ke arah Marina dan Zain sedikitpun."Siap tuan putri." kata Ziad yang ikut-ikutan mengacuhkan Zain dan Marina.Mereka berdua segera pergi dari tempat parkiran meninggalkan Z
Zain berlari mencari-cari asal suara itu, suara isak tangis seorang gadis terdengar. Sepertinya gadis itu dalam bahaya. Zain melihat sebuah danau dan suara itu terdengar dari arah sana."Aku sudah tidak kuat lagi." ucap gadis itu, kemudian ia tenggelam ke dalam danau itu.Tanpa pikir panjang Zain langsung menyelam, menyelamatkan gadis itu yang tenggelam ke dalam danau. Danau itu cukup dalam, tetapi Zain adalah penyelam yang handal. Ia bahkan bisa menyelam tanpa mengenakan pakai selam. Zain berhasil meraih tangan gadis itu, ia pun membawanya ke darat. Gadis itu pingsan, Zain berusaha menyelamatkan gadis itu."Hei sadarlah!""Uhukk.. Uhukk.!""Syukurlah.""Terima kasih ya, kamu sudah menolongku." ucap gadis itu."Sebenarnya apa yang terjadi, sehingga kamu bisa tenggelam di danau itu.""Aku sedang mencari gelangku yang hilang, hampir semua danau yang ada di sekutar hutan ini telah aku telusuri, tapi aku tidak bisa menemuka
Seminggu berlalu sejak double date bersama Ziad dan Naya. Kini ujian sudah ada di depan mata, Zian mempersiapkan segala keperluan ujiannya."Pagi Zian, gimana semalam sudah belajar kan?" sapa Naya di sekolah."Pasti!" jawabnya dengan semangat."Pertempuran kita cuma empat hari, semangat hari pertama!" kata Naya menyemati."Okay." jawab Zian yang bersemangat.Semua siswa SMA GARUDA mengikuti ujian dengan tertib, mereka semua menjawab soal ujian dengan sangat teliti. Tak berapa lama, akhirnya Zian menyelesaikan ujiannya, semua soal sudah ia jawab."Hemmm... Aku tidak heran kalau Zian jadi secepat itu." kata Naya.Semua siswa hanya melongo saja saat Zian menaruh lembar jawaban di atas meja guru. Mereka semua takjub dengan kecepatan Zian menjawab semua soal matematika. Zian lalu langsung pulang, karena mata pelajaran yang di uji hanya satu perharinya.Di tempat parkiran, Zian bertemu dengan Zain yang