Share

BAB 16B

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 21:36:46

"Mbak, sudah lebih enak kan? Nggak terlalu capek?" tanya Dina saat Meira keluar dari kamarnya. Kedua perempuan itu saling lempar senyum lalu Meira mengangguk pelan.

Dia melihat jam di dinding yang menunjuk angka sebelas siang. Cukup lama tidurnya, dua jam lebih. Aldo pun masih terlelap di ranjang. Dia tampak begitu lelah karena perjalanan pertamanya yang cukup panjang. Meira sengaja membiarkan anak lelakinya puas istirahat.

"Makan siang, Mbak. Ibu bawakan pecel nih sama rempeyek." Dina membuka tudung saji dari anyaman rotan itu saat Meira sudah duduk di kursi makan bersamanya. Dina masih membuat es coklat di teko kecil lalu mengambil gorengan di piring.

"Masih kenyang, Din. Masa baru bangun langsung suruh makan lagi." Meira tersenyum tipis.

"Eh nggak apa-apa kali, Mbak. Mbak Meira nggak diet kan? Sudah langsing begini masa diet." Dina nyengir lagi lalu meneguk segelas es coklatnya.

"Nggaklah, Din. Malah pengen nambah berat badan sekilo dua kilo biar ideal."

"Itu juga sudah idea
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nursabrina Nialova
Salam.........haaa sape yg datang nie Ech......bila nak lanjut nie thor jgn terlalu lama jenuh nak tunggu.........
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
Jangan² si Baim songong
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
wah siapa nih laki² itu... semoga bukan Arya.. kalau laki² yg ketemu di mesjid gpp lah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 17

    "Kamu!" Meira menunjuk lelaki di hadapannya. Dia cukup kaget melihat laki-laki itu berada di teras rumah Dina detik ini."Mbak Meira?" ucapnya tak kalah kaget. "Kalian saling kenal?" Dina menatap Doni dan Meira bergantian. "Kenal tadi pagi. Kebetulan Mbak Meira ini istirahat di Masjid Annur. Makanya aku kenal. Kebetulan aku salah satu takmir masjid itu." Doni menjelaskan kebingungan Dina. Meira pun mengangguk pelan. "Oh, iya, tadi aku jemput Mbak Mei di sana. Memangnya tempat tinggal kamu di sekitar masjid itu, Mas? Bukannya waktu itu kamu bilang tak jauh dari sini ya?" tanya Meira lagi. "Iya, itu juga nggak terlalu jauh dari sini kan, Din." Doni meringis kecil sembari garuk-garuk kepala. "Jauh kali itu, dua puluh menitan." "Belum satu jam. Masih dekatlah." Doni tak mau kalah. Melihat dua orang saling berdebat di depannya, Meira berdehem pelan. Dina dan Doni pun saling tatap lalu sama-sama mengalihkan pandangannya pada Meira. "Eh, maaf, Mbak. Sampai lupa ada Mbak Mei di sini. T

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 17B

    "Gimana, Vin? Sudah bisa dilacak keberadaannya?" Baim mulai cemas saat Vino belum menemukan keberadaan Meira di layar laptopnya. "Sebentar. Ini baru memasukkan nomor handphonenya. Sekarang nomornya mati, Im. Cuma setelah aku cek sebelumnya dia ada di Jogja, tak jauh dari candi Prambanan. Kalau sekarang belum bisa dilacak, nomornya mati." Vino begitu meyakinkan sembari terus mengamati laptopnya. "Dekat Candi Prambanan, Jogja?" tanya Baim seolah tak percaya. "Betul, kenapa memangnya?" Baim terdiam. Dia benar-benar tak menyangka jika Meira pergi sejauh itu. "Ada masalah apa kamu sama istrimu, Im?" Vino mulai penasaran. "Entahlah. Sepertinya aku salah langkah." Merebahkan punggungnya ke sofa, Baim memejamkan kedua matanya pelan. Pikirannya kacau dan tak tahu harus percaya pada siapa. Pengakuan keluarganya, keterangan Una atau penjelasan singkat dari pesan-pesan yang dikirimkan Meira. Baim pusing. Mereka semua orang-orang yang Baim percaya, tapi dia yakin ada yang berdusta tentang ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 18

    "Kamu mau cari kerja di mana, Mei?" tanya Lasmi saat melihat Meira sibuk mencari lowongan kerja di surat kabar harian yang baru dibelinya. "Nggak tahu, Bu. Buat saya yang penting halal." Meira tersenyum tipis saat menatap Lasmi yang ikut duduk di sampingnya. "Misalnya ada kerjaan merawat bayi atau beberes rumah, apa kamu mau?" Meira kembali menoleh. "Memangnya ada lowongan kerja begitu, Bu? Kalau ada, mau banget. Saya nggak pilih-pilih soal kerjaan. Intinya yang penting halal, Bu. Mengingat usia saya tak muda lagi," ujar Meira sembari melipat surat kabarnya kembali. "Masih kelihatan muda. Dina bilang masih 28 tahun? Cuma beda dua tahun saja sama Dina. Kamu merasa tua karena sudah punya anak sebesar Aldo kan? Aslinya masih muda dan cantik. Kalau nggak kenal kamu, mungkin dipikir belum punya anak. Masih langsing begitu kok." Lasmi kembali memuji. Meira memang masih terlihat cantik dan seksi. Dia memiliki banyak waktu untuk merawat tubuhnya dengan baik karena Aldo sudah cukup besar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 18B

    Malamnya, Pak Ujang benar-benar datang seperti yang Lasmi bilang. Laki-laki berambut cepak yang sebagian besar berwarna putih itu duduk di ruang tamu saat Meira membawakan teh hangat untuknya. Lasmi pun duduk di sofa lain sembari mengobrol soal anak kedua Ujang yang baru lulus kuliah. "Ini Meira yang saya ceritakan itu, Pak Ujang. Dia ini asli Jakarta, temannya Dina. Anaknya satu, Aldo yang tadi salaman." Lasmi mulai memperkenalkan Meira pada tamunya. Dengan sopan, Meira mengangguk pelan sembari tersenyum tipis pada Pak Ujang yang juga melakukan hal sama. Mereka saling menghormati dan menghargai meski tak saling berjabat tangan. Ujang dan Meira sama-sama tahu jika non mahram memang tak diperbolehkan bersentuhan. "Saya, Meira, Pak. Alhamdulillah bisa dipertemukan dengan Pak Ujang. Semoga pertemuan ini semakin mempererat tali silaturahmi dan memperluas rezeki," ujar Meira setelah duduk di samping Lasmi. "Iya, Neng. Alhamdulillah. Bapak dulu juga asli Bogor. Hanya saja sudah seperemp

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 19

    Malam ini, Meira tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia masih terus gelisah memikirkan pekerjaan yang ditawarkan Ujang itu esok hari. Melihat Aldo yang meringkuk di kasur dengan selimut selendang lebar atau biasa disebut jarik milik Lasmi, Meira kembali merasa nelangsa. Kedua matanya berkaca tiap kali menatap jagoan kecilnya. "Maafkan bunda, Nak. Bunda belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu. Maaf kalau sudah memisahkan kamu dengan ayahmu. Bunda janji akan berusaha keras untuk menjadi ibu sekaligus ayah untukmu, Nak. Bunda akan berjuang dan membuktikan pada ayahmu jika kamu juga bisa sukses meski tanpa nafkah darinya." Setitik embun kembali menetes ke pipi Meira. Dia tak ingin menangis, tapi entah mengapa tiap kali melihat wajah polos anaknya, air mata itu meluncur begitu saja. Dadanya terasa sesak, sakit hati karena kedzaliman suaminya. Meira benar-benar merasa tak ada harganya di mata sang suami. Perih. Rasanya menusuk sampai ulu hati. Meira baru menyadari, ternyata lamanya waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 19B

    Waktu menunjuk angka setengah tujuh. Selesai sarapan, Meira dan Lasmi berbincang di ruang tengah. Sementara Aldo sibuk membaca buku di kamar. Sebelum berangkat ke Solo, Dina sempat mengajak Aldo ke toko buku untuk membeli alat tulis dan buku bacaan. Ada tiga buku yang dia beli, tentang tata surya, perkalian dan kisah Nabi dan Rasul. Sebelum sarapan Meira sempat melihat buku kisah Nabi dan Rasul itu terbuka sebagian. Mungkin kini Aldo melanjutkan bacaannya yang tadi sempat tertunda. Meira tak ingin mengganggu. Baginya, yang penting bacaan Aldo masih seputar anak-anak dan bisa menambah wawasannya.Meira memang tak biasa memberikan gadget untuk buah hatinya. Sejak di Jakarta, Aldo memang terbiasa dengan buku, main dengan teman-temannya atau menonton kartun di televisi saja untuk mengisi waktu luangnya."Assalamualaikum, Din. Ada apa?" Meira mengucap salam setelah menerima panggilan dari Dina. "Wa'alaikumsalam, Mbak. Ini loh Mbak Una mau ngobrol. Ribet banget dari subuh minta disambungi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 20

    "Maaf, permisi Bu." Ujang sedikit membungkukkan badan saat melihat majikannya duduk di kursi tak jauh dari kolam renang. Sundari memang terbiasa duduk santai di kursi panjang itu sembari menikmati sinar mentari pagi. Dia sering berjemur di sana setelah olah raga ringan. Seperti detik ini, dia melakukan kegiatan yang sama seperti pagi sebelumnya. Sundari menoleh lalu membenarkan duduknya. "Iya, Pak Ujang. Ada apa?" tanyanya begitu ramah sembari melambaikan tangan, meminta Ujang untuk mendekat. "Begini, Bu. Saya sudah menemukan baby sitter yang cocok buat Mbak Dee. Ini tetangga baru saya, Meira." Ujang memperkenalkan Meira pada majikannya. Meira mengangguk pelan dengan senyum tipisnya. "Alhamdulillah, Pak Ujang. Akhirnya dapat juga pengasuh Dee." Sundari tersenyum lalu meminta Meira dan Ujang duduk di kursi lain yang tak jauh dari tempat duduknya. "Mbak Meira ini baru datang dari Jakarta, Bu." Pak Ujang kembali menjelaskan. "Oh, asli Jakarta?" Kali ini Meira mengangguk. "Iya, Bu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 20B

    "Jadi, kita tinggal di rumah besar itu ya, Bun?" Aldo menata buku dan peralatan sekolahnya ke dalam tas. Sebelum Dina berangkat ke Solo, aku memang meminta dia untuk mengantar ke toko buku untuk membeli kebutuhan sekolah Aldo. "Iya, Sayang. Bunda bekerja di sana sebagai pengasuh adik bayi. Jadi, Aldo jangan bikin onar saat bunda kerja ya? Tetap di kamar saja sampai bunda datang. Aldo bisa kan bantu bunda?" Aldo berpikir sejenak lalu tersenyum lebar. "Bisa dong, Bun. Bunda nggak usah khawatir, Aldo bisa jaga diri di sana saat bunda kerja. Semangat ya, Bun!" Aldo kembali tersenyum lalu memeluk erat sang bunda yang mulai berkaca. Batin Meira terasa perih melihat senyum anak semata wayangnya. Senyum yang mungkin sengaja dia perlihatkan demi menenangkan hati bundanya. Meira kembali disesaki rasa bersalah karena belum bisa membahagiakan anak lelakinya. Menciptakan senyum hambar dan kecemasan di wajah tampannya yang sengaja dibalut dengan senyum lebar. Meira tahu jika sebenarnya Aldo mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 166

    Hanum masih terpaku di tempatnya, menatap tas hitam dari Ken yang terasa agak berat di tangan. Perlahan, Hanum membuka resleting tas hitam itu. Isinya membuat napasnya tercekat. Detik ini dia melihat tumpukan uang seratus ribuan yang terbungkus rapi. Ken berdiri di sebelahnya, wajahnya tenang meski tubuhnya jelas menunjukkan kelelahan. Ia baru saja pulang membawa tas itu, tanpa banyak bicara, langsung menyerahkannya pada Hanum. "Mas, uang sebanyak ini milikmu?" Suara Hanum lirih, penuh kebingungan. Dia masih shock karena baru pertama kali melihat uang sebanyak itu. "Iya, Sayang. InsyaAllah uang itu cukup untuk melunasi hutang keluarga," jawab Ken singkat, suaranya datar, tanpa ekspresi berlebihan. "Uang sebanyak ini, Mas?" Hanum masih tak percaya dan kaget suaminya memiliki uang sebanyak itu. Hanum melangkah mundur lalu duduk di sofa ruang tamu seperti sebelumnya. Dari ruang tengah, Mawar dan Rena masih ikut shock melihat kedatangan Ken. Keterkejutan mereka belum usai karena

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 165

    "Mas Ken pulang kenapa nggak kasih kabar dulu." Suara lirih Hanum hampir tak terdengar, tubuhnya menegang melihat laki-laki itu turun dari mobil mewah lalu melangkah tergesa menghampirinya. Tetangga mulai berbisik. Kasak-kusuk terdengar cukup jelas di telinga Hanum saat dia menyambut uluran tangan suaminya. "Itu suaminya Hanum? Kok bisa pakai mobil mewah begitu? Katanya cuma kuli bangunan." "Katanya begitu, tapi kurasa dia bukan sekadar kuli. Mana ada kuli bangunan bawa mobil sebagus itu. Harganya pasti ratusan juta." Yang lain ikut menyahut. "Mungkin sebenarnya dia bos, bukan kulinya.""Kalau bos dan orang kaya, mana mungkin sembarangan cari istri. Pasti dipikir juga bibit, bebet dan bobotnya. Apalagi keluarga besarnya bisa jadi sudah menyiapkan calon yang sepadan.""Hanum juga bibit, bebet dan bobotnya bagus. Dia anak yang baik, tak neko-neko, penyayang dan berbakti. Wajar kalau Mas Ken jatuh cinta sama Hanum. Lagipula dia juga cantik." "Kalau orang kaya yang dipikir bukan seka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 164

    "Maaf, Juragan. Saya sudah menikah dan nggak mungkin bercerai begitu saja. Kalau memang Juragan minta dua puluh juta, nggak apa-apa. Tunggu suami saya pulang, biar dia yang melunasinya saja," balas Hanum memberanikan diri. Rudy menoleh, menatap Hanum yang kini menitikkan air mata. "Num ... maafkan bapak." Rudy berujar dengan suara parau menahan sesak yang menghimpit dadanya. "Nggak apa-apa, Pak. Hanum tahu bapak sudah berjuang sekuat tenaga. Bapak tenang saja, InsyaAllah Mas Ken bisa membereskan masalah ini," balas Hanum begitu meyakinkan. Namun, balasan itu justru membuat Galih terkekeh meremehkan. Dia tak yakin jika suami Hanum bisa melunasi hutang itu, bahkan dia juga tak percaya jika Ken kembali ke rumah itu. "Lunasi sekarang atau terima tawaran saya, Pak. Saya nggak punya banyak waktu untuk menunggu sesuatu yang tak pasti," ujar Juragan Gino semakin menyudutkan Rudy dan Hanum. "Tolong tunggu sampai besok, Juragan. Suami saya akan pulang besok sore," balas Hanum lagi. "Ngga

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 163

    Hanya ada Hanum dan bapaknya di meja makan, sementara Mawar, Rena dan Azziz duduk di sofa ruang tengah. Entah apa yang dijanjikan Azziz sampai akhirnya membuat emosi Rena mereda. Keduanya akur kembali seolah tak terjadi apa-apa. "Kalau ada masalah, diselesaikan baik-baik, Ren. Jangan asal marah-marah saja." Mawar memberi nasehat, sementara Rena seolah tak peduli. Bibirnya manyun beberapa centi saking kesalnya. Dia memang selalu menolak nasehat siapapun, termasuk ibunya sendiri. Maunya selalu didukung apapun yang dia inginkan sekalipun itu salah. "Benar kata ibu, Sayang. Kita bukan mas pacaran lagi yang bisa putus nyambung seenak hati. Pernikahan ini hal yang sakral, nggak boleh dibuat mainan." Azziz menimpali, seolah punya kesempatan untuk mendidik istrinya yang manja itu. "Iya, iya, Mas. Lagian kamu sih-- Belum selesai bicara, terdengar ucapan salam dari luar. Hanum tercekat, menatap bapaknya yang baru saja selesai makan malam. Rudy pun menatap anak perempuannya itu lalu mengang

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 162

    Sejak pulang dari pasar pagi tadi, Hanum benar-benar tak tenang. Bakda ashar sampai menjelang maghrib ini selalu gelisah. Hanum ingin mengabari suaminya tentang kejadian tadi, tapi takut menganggu kesibukannya di Jogja. Dia tahu, urusan Ken pasti belum kelar sebab dia sudah bilang akan pulang besok sore. "Gimana ini? Bapak juga belum pulang. Mungkin juga kebingungan cari pinjaman segitu banyak untuk menutup hutang pada Juragan Gino." Lagi-lagi Hanum menggumam. Baru saja membuka pintu kamar, terdengar keributan di teras. Hanum menajamkan pendengarannya lalu kembali menutup pintu setelah tahu siapa yang datang. "Kenapa Mbak Rena dan Mas Aziz pulang secepat ini? Padahal kemarin bilang mereka akan honeymoon di Bali selama lima hari," gumam Hanum lagi lalu kembali duduk di tepi ranjang. Mawar yang baru saja keluar kamar cukup shock melihat kedatangan anak dan menantunya itu. Tak ingin menduga-duga, dia pun menanyakan perihal kepulangan mereka. "Kalian sudah pulang? Cepet banget katany

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 161

    [Mas, laki-laki itu tiba-tiba ingin datang melamar Mbak Hanum. Dia bahkan baku hantam dengan Ridho saat kami mengantar Mbak Hanum ke pasar. Sepertinya ada satu kunci yang digenggam keluarga laki-laki itu tentang keluarga Mbak Hanum, tapi kami tak tahu itu apa. Barangkali menyangkut utang piutang, masalahnya nanti malam mereka akan menemui mertua Mas Ken di rumah untuk membahas hal ini. Sekarang saya dan Ridho ada di klinik. Laki-laki itu melayangkan sebuah pukulan pada Ridho saat dia lengah. Mbak Hanum panik, makanya membawa Ridho ke klinik tak jauh dari pasar]Pesan panjang dari Bagas beserta beberapa foto dan video saat huru-hara di pasar itu pun terkirim di WhatsApp nya. Ken memperhatikan wajah laki-laki itu dan dia merasa cukup asing. Artinya belum pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya. "Hutang piutang. Apa ini yang dimaksud Hanum kemarin? Bapaknya memiliki hutang sekian puluh juta, makanya selama ini dia bekerja keras untuk membayar cicilannya?" lirih Ken sembari mengamati

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 160

    "Kenapa kamu nikah mendadak, Ken? Selama ini kamu nggak pernah cerita soal perempuan pada mama dan papa. Tiba-tiba kamu kasih kabar akan menikah dan kami dilarang datang. Sebenarnya kejadiannya gimana sampai kamu senekat itu?" Wicaksono menatap lekat Ken yang duduk di depannya itu.Keluarga Ken sedang menikmati makan siang bersama, termasuk Raka dan Meira. Mereka sengaja mencari waktu agar bisa duduk bersama membahas pernikahan Ken ya g dadakan itu. "Papa tahu kamu sudah menjelaskannya waktu itu, tapi berhari-hari papa masih nggak habis pikir kenapa kamu senekat itu, Ken. Apalagi pada gadis yang baru kamu lihat pertama kali," sambung Wicaksono lagi. "Papamu benar, Ken. Bukan maksud mama menyalahkanmu atau menyudutkan istrimu, hanya saja papa dan mama masih belum mengerti kenapa tiba-tiba kamu ingin menjadi pengantin penggantinya. Suatu hal yang benar-benar di luar nalar. Kalau kalian sudah kenal lama, mungkin mama nggak akan sekaget ini, tapi kamu sendiri bilang kalau kalian baru be

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 159

    "Ya Allah, Mas. Kita ke klinik sekarang ya? Saya takut Mas Ridho kenapa-kenapa," ujar Hanum begitu panik saat melihat wajah bodyguard suaminya sedikit pucat setelah menerima bogem mentah itu. "Nggak apa-apa, Mbak Hanum. Sudah biasa begini. Tenang saja," balas Ridho berusaha tersenyum meski pipinya benar-benar nyut-nyutan tak karuan. Nyeri dan terasa sakit saat digerakkan. "Nggak apa-apa gimana, Mas? Ini cukup parah," tunjuk Hanum pada sudut bibir Ridho yang pecah. "Tenang saja, Mbak. Ridho sudah kebal," timpal Bagas dengan senyum tipis, berusaha menenangkan Hanum, tapi tetap saja dia merasa sangat bersalah sampai membuat laki-laki di sampingnya itu babak belur. "Siapa mereka, Num?" Pertanyaan Juragan Gino membuat Hanum menoleh seketika. "Mereka teman baik suami saya, Juragan. Maaf kalau sudah membuat keributan di sini." Hanum sedikit membungkuk lalu kembali menatap belanjaannya yang berantakan. "Kemana suamimu? Kenapa dia menyuruh orang lain untuk mengawasimu?" tanya Juragan Gin

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 158

    "Me-- melamar gimana, Mas? Meski kemarin saya batal menikah dengan Mas Aziz, tapi saya sudah menikah dengan orang lain. Saya sudah sah menjadi istri orang, Mas. Mana bisa main lamar aja," balas Hanum di tengah kepanikannya. Laki-laki bernama Galih, anak Juragan Gino itu tersenyum miring. Dia mendadak menarik tangan Hanum ke belakang pasar yang agak sepi karena tak ingin dilihat banyak orang. Bagas dan Ridho pun buru-buru mengikuti mereka. "Kamu menikah dengan lelaki yang nggak jelas, Num. Kenapa nggak sama aku aja? Bibit, bobot dan bebetnya jelas. Anak orang terpandang di kampung kita. Apapun yang kamu minta bakal aku turuti asalkan kamu mau menjadi istriku," ujar Galih begitu bersemangat. Hanum menarik tangannya yang dicengkeram Galih, namun laki-laki itu justru menarik tubuh Hanum hingga mengikis jarak di antara mereka. "Heh! Kamu! Lepas!" sentak Ridho sembari menunjuk Galih yang menoleh seketika. Tawa meremehkan terdengar dari bibirnya. Bukannya melepas cengkeramannya pada Hanu

DMCA.com Protection Status