Share

BAB 18

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-07-23 23:52:22

"Kamu mau cari kerja di mana, Mei?" tanya Lasmi saat melihat Meira sibuk mencari lowongan kerja di surat kabar harian yang baru dibelinya.

"Nggak tahu, Bu. Buat saya yang penting halal." Meira tersenyum tipis saat menatap Lasmi yang ikut duduk di sampingnya.

"Misalnya ada kerjaan merawat bayi atau beberes rumah, apa kamu mau?" Meira kembali menoleh.

"Memangnya ada lowongan kerja begitu, Bu? Kalau ada, mau banget. Saya nggak pilih-pilih soal kerjaan. Intinya yang penting halal, Bu. Mengingat usia saya tak muda lagi," ujar Meira sembari melipat surat kabarnya kembali.

"Masih kelihatan muda. Dina bilang masih 28 tahun? Cuma beda dua tahun saja sama Dina. Kamu merasa tua karena sudah punya anak sebesar Aldo kan? Aslinya masih muda dan cantik. Kalau nggak kenal kamu, mungkin dipikir belum punya anak. Masih langsing begitu kok." Lasmi kembali memuji.

Meira memang masih terlihat cantik dan seksi. Dia memiliki banyak waktu untuk merawat tubuhnya dengan baik karena Aldo sudah cukup besar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 18B

    Malamnya, Pak Ujang benar-benar datang seperti yang Lasmi bilang. Laki-laki berambut cepak yang sebagian besar berwarna putih itu duduk di ruang tamu saat Meira membawakan teh hangat untuknya. Lasmi pun duduk di sofa lain sembari mengobrol soal anak kedua Ujang yang baru lulus kuliah. "Ini Meira yang saya ceritakan itu, Pak Ujang. Dia ini asli Jakarta, temannya Dina. Anaknya satu, Aldo yang tadi salaman." Lasmi mulai memperkenalkan Meira pada tamunya. Dengan sopan, Meira mengangguk pelan sembari tersenyum tipis pada Pak Ujang yang juga melakukan hal sama. Mereka saling menghormati dan menghargai meski tak saling berjabat tangan. Ujang dan Meira sama-sama tahu jika non mahram memang tak diperbolehkan bersentuhan. "Saya, Meira, Pak. Alhamdulillah bisa dipertemukan dengan Pak Ujang. Semoga pertemuan ini semakin mempererat tali silaturahmi dan memperluas rezeki," ujar Meira setelah duduk di samping Lasmi. "Iya, Neng. Alhamdulillah. Bapak dulu juga asli Bogor. Hanya saja sudah seperemp

    Last Updated : 2024-07-24
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 19

    Malam ini, Meira tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia masih terus gelisah memikirkan pekerjaan yang ditawarkan Ujang itu esok hari. Melihat Aldo yang meringkuk di kasur dengan selimut selendang lebar atau biasa disebut jarik milik Lasmi, Meira kembali merasa nelangsa. Kedua matanya berkaca tiap kali menatap jagoan kecilnya. "Maafkan bunda, Nak. Bunda belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu. Maaf kalau sudah memisahkan kamu dengan ayahmu. Bunda janji akan berusaha keras untuk menjadi ibu sekaligus ayah untukmu, Nak. Bunda akan berjuang dan membuktikan pada ayahmu jika kamu juga bisa sukses meski tanpa nafkah darinya." Setitik embun kembali menetes ke pipi Meira. Dia tak ingin menangis, tapi entah mengapa tiap kali melihat wajah polos anaknya, air mata itu meluncur begitu saja. Dadanya terasa sesak, sakit hati karena kedzaliman suaminya. Meira benar-benar merasa tak ada harganya di mata sang suami. Perih. Rasanya menusuk sampai ulu hati. Meira baru menyadari, ternyata lamanya waktu

    Last Updated : 2024-07-24
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 19B

    Waktu menunjuk angka setengah tujuh. Selesai sarapan, Meira dan Lasmi berbincang di ruang tengah. Sementara Aldo sibuk membaca buku di kamar. Sebelum berangkat ke Solo, Dina sempat mengajak Aldo ke toko buku untuk membeli alat tulis dan buku bacaan. Ada tiga buku yang dia beli, tentang tata surya, perkalian dan kisah Nabi dan Rasul. Sebelum sarapan Meira sempat melihat buku kisah Nabi dan Rasul itu terbuka sebagian. Mungkin kini Aldo melanjutkan bacaannya yang tadi sempat tertunda. Meira tak ingin mengganggu. Baginya, yang penting bacaan Aldo masih seputar anak-anak dan bisa menambah wawasannya.Meira memang tak biasa memberikan gadget untuk buah hatinya. Sejak di Jakarta, Aldo memang terbiasa dengan buku, main dengan teman-temannya atau menonton kartun di televisi saja untuk mengisi waktu luangnya."Assalamualaikum, Din. Ada apa?" Meira mengucap salam setelah menerima panggilan dari Dina. "Wa'alaikumsalam, Mbak. Ini loh Mbak Una mau ngobrol. Ribet banget dari subuh minta disambungi

    Last Updated : 2024-07-25
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 20

    "Maaf, permisi Bu." Ujang sedikit membungkukkan badan saat melihat majikannya duduk di kursi tak jauh dari kolam renang. Sundari memang terbiasa duduk santai di kursi panjang itu sembari menikmati sinar mentari pagi. Dia sering berjemur di sana setelah olah raga ringan. Seperti detik ini, dia melakukan kegiatan yang sama seperti pagi sebelumnya. Sundari menoleh lalu membenarkan duduknya. "Iya, Pak Ujang. Ada apa?" tanyanya begitu ramah sembari melambaikan tangan, meminta Ujang untuk mendekat. "Begini, Bu. Saya sudah menemukan baby sitter yang cocok buat Mbak Dee. Ini tetangga baru saya, Meira." Ujang memperkenalkan Meira pada majikannya. Meira mengangguk pelan dengan senyum tipisnya. "Alhamdulillah, Pak Ujang. Akhirnya dapat juga pengasuh Dee." Sundari tersenyum lalu meminta Meira dan Ujang duduk di kursi lain yang tak jauh dari tempat duduknya. "Mbak Meira ini baru datang dari Jakarta, Bu." Pak Ujang kembali menjelaskan. "Oh, asli Jakarta?" Kali ini Meira mengangguk. "Iya, Bu.

    Last Updated : 2024-07-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 20B

    "Jadi, kita tinggal di rumah besar itu ya, Bun?" Aldo menata buku dan peralatan sekolahnya ke dalam tas. Sebelum Dina berangkat ke Solo, aku memang meminta dia untuk mengantar ke toko buku untuk membeli kebutuhan sekolah Aldo. "Iya, Sayang. Bunda bekerja di sana sebagai pengasuh adik bayi. Jadi, Aldo jangan bikin onar saat bunda kerja ya? Tetap di kamar saja sampai bunda datang. Aldo bisa kan bantu bunda?" Aldo berpikir sejenak lalu tersenyum lebar. "Bisa dong, Bun. Bunda nggak usah khawatir, Aldo bisa jaga diri di sana saat bunda kerja. Semangat ya, Bun!" Aldo kembali tersenyum lalu memeluk erat sang bunda yang mulai berkaca. Batin Meira terasa perih melihat senyum anak semata wayangnya. Senyum yang mungkin sengaja dia perlihatkan demi menenangkan hati bundanya. Meira kembali disesaki rasa bersalah karena belum bisa membahagiakan anak lelakinya. Menciptakan senyum hambar dan kecemasan di wajah tampannya yang sengaja dibalut dengan senyum lebar. Meira tahu jika sebenarnya Aldo mas

    Last Updated : 2024-07-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 21

    Meira kembaliengucap Hamdallah karena Allah cepat memberikan jalan keluar untuknya. Detik ini dia dan Aldo sudah sampai di rumah mewah dengan dua lantai itu kembali. Supir Sundari yang bernama Joko itu memarkirkan mobil di tempat semula lalu meminta Meira dan Aldo ke ruang keluarga. Sundari sudah menunggu di sana, katanya. Seperti sebelumnya, Meira memilih lewat pintu samping dan tak berani melewati pintu utama. Aldo berjalan perlahan sembari menggenggam tangan bundanya. Keduanya beriringan menuju ruang keluarga seperti yang diperintahkan Joko tadi. Dia bilang, Sundari sudah menunggu Meira di sana. "Sore, Bu." Dengan sopan Meira mengapa Sundari yang baru saja mematikan handphonenya. Wanita paruh baya itu menoleh pada Aldo beberapa saat. Senyum tipis terlukis di kedua sudut bibirnya saat menatap Aldo yang masih menunduk di samping sang bunda. "Mei, kamar kamu dan Aldo sudah siap. Ranselnya taruh di kamar dulu saja. Setelah itu makan ya? Bi Sumi masih di kamar, beliau yang akan anta

    Last Updated : 2024-07-28
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 21B

    "Soalnya kenapa, Bi?" tanya Meira sedikit cemas. Dia takut jika kehadiran anaknya akan memperkeruh suasana di tempatnya bekerja. Jika memang itu terjadi, Meira memilih pindah kerja karena nggak mungkin meninggalkan Aldo sendirian di kontrakan. Meira akan mengambil pekerjaan yang bisa pulang tiap sore agar bisa menemani Aldo di kontrakan."Nggak apa-apa sih, Mei. Cuma takutnya bapak sama Den Raka bertanya-tanya kenapa kerja sambil bawa anak gitu. Soalnya Den Raka itu susah-susah gampang orangnya. Pendiam dan dingin." Penjelasan Sumi membuat Meira sedikit banyak mengerti bagaimana karakter penghuni rumah itu. "Iya, Bi. Saya akan di kamar saja. Lagipula sudah ada tivi di sini. Jadi, bisa nonton tivi saja sambil menunggu bunda selesai bekerja." Kedua mata Meira kembali berkaca saat mendengar jawaban Aldo yang terdengar begitu peka dan dewasa. Lagi-lagi Meira minta maaf dalam hati karena harus melibatkan Aldo sejauh itu. Dia yang secara tak langsung memaksa buah hatinya untuk berpikir d

    Last Updated : 2024-07-29
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 22

    'Aku harus menyusul Meira ke Jogja. Dia belum pernah kerja apalagi ke luar kota. Mengurus dirinya sendiri saja belum bisa, apalagi mengurus Aldo segala.' Baim menggumam sembari menyiapkan kopernya. Beberapa baju dia siapkan untuk jaga-jaga bila menginap lebih lama. Dia juga sudah mengajukan cuti tiga hari untuk mencari keberadaan istri dan anaknya itu. "Mau kemana, Im?" Soraya sedikit bingung melihat anak lelakinya keluar kamar dengan kopernya. "Cari Meira sama Aldo, Bu. Pikiranku kacau gara-gara masalah ini." Baim menjatuhkan bobotnya di sofa lalu menyugar rambutnya sedikit kasar. "Kamu mau cari istrimu yang selingkuh itu?!" Soraya shock lalu buru-buru duduk di samping anak lelakinya. "Aku bingung, Bu. Kasihan Aldo kalau sampai dia kelaparan dan nggak punya tempat tinggal di luar sana.""Bukannya kamu bilang dia pergi ke Jogja? Siapa tahu di sana ada teman lelakinya yang ngasih tempat tinggal atau biaya hidup. Sudahlah, Im. Jangan pikirin Meira terus, nanti dia bakal ngelunjak. F

    Last Updated : 2024-08-04

Latest chapter

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 273

    "Berhari-hari nggak pulang, apa harus seperti ini sikapmu sama istri sendiri?!" sentak Rena lagi sembari membuka pintu utama dengan kasar lalu membantingnya. Ken yang akan beranjak dari tepi ranjang pun mengurungkan niatnya. Hanum menarik lengan suaminya agar duduk kembali. Mereka sepakat untuk tak ikut mencampuri urusan rumah tangga Rena dan Azziz. Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Kecuali jika ada kekerasan, barulah mereka akan turun tangan. "Istri? Kamu masih begitu luwes menyebut diri sendiri sebagai istri, Ren? Setelah apa yang kamu lakukan selama ini, hah?!" sentak Azziz dengan mata memerah. "Apa seperti itu sikap seorang istri yang wajib dinafkahi, diberikan kasih sayang, cinta dan diperjuangkan hidupnya? Kamu nggak buta dan nggak tuli kan? Namamu sudah buruk di mata banyak orang setelah video itu viral, Rena. Sadar!" bentak Azziz lagi sembari memukul meja ruang tengah. Beberapa barang di atas meja itu berhamburan ke lantai. Di dalam kamar, Hanum mengucap

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 272

    "Sayang, aku punya sesuatu," ujar Ken saat masuk ke kamarnya. Hanum sudah ada di kamar sejak satu jam sebelumnya. Dia tengah menikmati senja di kamar sembari membaca novel online favoritnya. "Punya apa, Mas?" tanya Hanum saat menoleh ke arah pintu. Ken tersenyum lalu menyerahkan benda kecil ke tangan Hanum. "Apa ini, Mas?" tanya Hanum lagi sembari membolak-balik benda kecil itu. Ken duduk di tepi ranjang sembari menatap lekat istrinya yang terlihat penasaran dengan benda di tangannya. "Perekam suara ya, Mas?" tebaknya kemudian. Ken tersenyum lalu mengangguk. "Benar, Sayang. Itu alat perekam suara," balas laki-laki itu yakin. Hanum manggut-manggut lalu menatap suaminya. "Apa ada rekaman suaranya di dalam?" Lagi-lagi Ken mengangguk. "Suara siapa, Mas?" tanya Hanum lagi. Ken mengambil kembali alat perekam mini itu lalu menyambungkannya dengan USB di laptop. Hanum mendengarkan isi percakapan yang terekam di sana. "Suara Mbak Rena?" lirihnya seolah bertanya pada diri sendiri. Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 271

    Dua hari setelah penyelidikan diam-diam Hanum dan Ken di butik Clarissa, Ken duduk di warung kopi kecil dengan Bara. Pria berkacamata itu tampak serius sambil mengeluarkan benda kecil seukuran kancing dari tasnya."Ini alat perekam suara. Ukurannya kecil banget, bisa kamu selipin di tas, mobil atau kantong celana mereka. Baterainya tahan tiga hari, dan otomatis nyimpan suara kalau ada pembicaraan di radius 3 meter," ujar Bara menjelaskan. Ken mengangguk."Pas banget. Kita cuma butuh satu rekaman jelas buat Hanum tahu pasti niat buruk mereka berdua. Hanum masih nggak percaya kalau kakak tirinya bisa sejahat itu, sampai sekongkol dengan perempuan yang ingin menghancurkan rumah tangga kami." Ken menghela napas. "Soal foto-foto di hotel gimana, Bro? Kamu nggak langsung seret Rissa ke penjara?" tanya Bara sembari menatap Ken serius. "Sebenarnya aku masih kasih dia kesempatan untuk berubah, Bar. Aku masih lihat kebaikan mamanya selama ini dan hubungan kekerabatan kami. Tapi kalau dia maki

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 270

    Malam itu, Hanum duduk di ruang tengah sambil menatap layar ponsel. Ken duduk di sebelahnya sembari menyeruput teh hangat buatan istrinya. Potongan bolu terhidang di piring kecil sebagai pendamping. "Mbak Rena bilang mau ke butik bareng Clarissa, Mas. Tapi butik mana?" Hanum bergumam sambil membuka media sosial milik saudara tirinya itu. "Mbak Rena itu orangnya narsis. Biasanya dia update story tiap lima menit. Meski perempuan di sampingnya sengaja diblur, tapi Hanum yakin itu Rissa." Hanum kembali berujar lirih. Ken ikut melongok."Apa ada yang aneh, Sayang?" tanya Ken sembari menikmati sepotong bolu. Hanum menggulir layar ponselnya."Lihat deh, Mas. Tiga puluh menit lalu, Mbak Rena upload video di mobil bareng Clarissa. Meski wajahnya diblur, Hanum yakin itu style Rissa. Captionnya itu makin membuat Hanum bertanya-tanya," ujar Hanum lagi. "Memangnya dia bikin caption apa, Sayang?" Lagi-lagi Ken terlihat cukup tenang dan tak sepanik Hanum."Dia bilang persiapan untuk kejutan spesi

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 269

    "Sayang, kamu siap?" Ken berseru dari ruang tamu sambil merapikan kerah kemejanya. Rambutnya disisir rapi ke samping, dan aroma parfumnya menyusup masuk ke kamar.Hanum keluar dari kamar sambil tersenyum, membawa tas tangan kecil warna krem yang matching dengan gamis biru lembut yang dikenakannya."Siap! Kamu ganteng banget hari ini, Mas," godanya sambil menyentuh dagu Ken pelan. Ken nyengir. "Harus dong. Istri aku cantik, masa suaminya nggak pantes disandingin. Memangnya cuma hari ini aja gantengnya? Hari biasanya buruk rupa ya?" balas Ken sembari menjawil balik dagu istrinya. Hanum tertawa kecil dan mereka pun keluar rumah menuju mobil Ken yang terparkir di halaman. Rencananya mereka ingin jalan-jalan sekalian belanja di mall. Angin siang ini menampar wajah mereka, tapi suasana hati keduanya hangat. Keduanya masuk ke mobil dan memasang seat belt masing-masing. Perjalanan ke mall tak membutuhkan waktu lama. Sekitar setengah jam mereka sudah sampai mall yang dituju. Di mall, mereka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 268

    "Ya Allah, Rena! Ternyata semua gosip yang beredar itu benar!" pekik seseorang diantara kerumunan pengunjung. Ren amendelik saat tahu siapa yang berteriak dan kini jatuh pingsan di depan matanya itu. "Ibu! Ngapain ibu ke sini?!" teriaknya sembari berhamburan ke arah ibunya yang limbung. Azziz yang kini berdiri di sampingnya menatap tajam. Rahangnya mengeras. Dia benar-benar emosi melihat sepak terjang istrinya. Seolah tak ada kesempatan lagi, Azziz sudah muak dan tak ingin berkompromi lagi. Dia menyerah, apalagi saat tekad kuatnya untuk melunasi hutang demi membahagiakan istri justru dibalas dengan pengkhianatan demi pengkhianatan seperti ini. Harga dirinya sebagai suami dan kepala rumah tangga seakan mati. Azziz benar-benar melambaikan tangan ke kamera. Dia menyerah di pernikahannya yang menginjak di bulan ke enam. "Mau dibawa kemana, Mas?!" tukas Rena saat melihat Azziz membopong ibu mertuanya. "Minggir kamu! Urus saja bahagiamu sendiri! Puas-puasin sebelum kamu menyesal di kem

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 267

    "Papa! Gila, ini selingkuhan papa?!" sentak perempuan bernama Tamara itu sembari menunjuk wajah Rena yang kini mulai memerah. Beberapa pengunjung mall mulai merekam keributan itu dengan handphone masing-masing. Rena benar-benar benci hal ini. Nyaris tiga bulan berhubungan dengan Pramono, tak pernah terbesit sedikit pun di benaknya akan mengalami hal memalukan seperti ini. "Papa benar-benar kelewatan. Lihat usianya, Pa! Seumuran aku!" oceh Tamara lagi. Dia menggeleng-geleng tak percaya. "Tamara ... dengerin papa dulu," ujar Pramono sembari menenangkan putri bungsunya. Pramono memiliki dua orang putri bernama Salsa dan Tamara. Saat ini istrinya terbaring di rumah karena stroke yang dideritanya selama setahun belakangan. "Dengerin apalagi, Pa? Papa mau beralasan apa? Jelas-jelas papa begitu mesra dengan perempuan jalang itu!" sentak Tamara lagi. "Tutup mulutmu!" tukas Rena menepis telunjuk Tamara yang tepat di depan wajahnya. "Heh! Tutup mulutku apa?! Jelas-jelas Lo cuma manfaati

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 266

    Rena melirik jam tangannya yang berkilau di bawah cahaya lampu cafe. Dia duduk manis di pojokan, memainkan sedotan dalam segelas mocktail warna pink sambil sesekali membetulkan rambutnya."Maaf lama, Ren. Tadi agak macet." Suara berat dan dewasa terdengar dari belakang. Pramono, pria paruh baya dengan jas abu-abu yang necis, menyapa dengan senyum genit. Seperti biasa, mereka pun cipika-cipiki tiap kali bertemu. "Kamu telat dua puluh menit, Om. Aku sampai jamuran nunggu di sini." Rena merajuk, bibirnya manyun manja."Maaf dong, jalanan macet. Tapi lihat deh ... masa Om telat masih disambut sama wajah secantik ini?" Pram mencubit dagu Rena lembut. Rena hanya tertawa kecil.Mereka menikmati hidangan sambil sesekali beradu pandang. Beberapa pasang mata mulai melirik ke arah mereka. Usia mereka terlalu jauh dan kemesraan itu terasa janggal. Meski tak ada yang menegur dan seolah tak peduli, tapi tetap saja pandangan aneh dan tak biasa terlihat. Namun, Rena cuek saja. Dia tak peduli dengan

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 265

    "Sayang, bubur kacang hijaunya dihabisin ya? Biar kamu nggak mual-mual lagi." Ken menyiapkan bubur di mangkok untuk istrinya. "Iya, Mas. Temani makan ya?" balas Hanum dengan senyum tipis. Hanum berusaha tetap tenang, meski beberapa menit lalu hatinya bergemuruh kesal, emosi dan muak. Beragam pesan yang dikirimkan oleh Clarissa benar-benar membuat moodnya nggak karuan. Namun, di depan Ken dia berusaha untuk tetap tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. "Sini, duduk!" pinta Ken sembari menarik kursi di sampingnya. Hanum mendekat lalu duduk di samping suaminya. "Habiskan selagi masih hangat." Lagi-lagi Hanum mengangguk. "Kamu juga ikut makan, Mas. Ayo." Hanum membuka sebungkus bubur lalu menyiapkannya untuk Ken. "Tadinya mau barengan aja sekalian nyuapin kamu, Sayang." "Barengan juga boleh. Sini Hanum yang nyuapin." Sepasang suami istri itu saling melempar senyum. Hanum menyuapi Ken dengan semangkok buburnya, sementara Ken menyuapi Hanum dengan bubur miliknya. Setelah bubur habis,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status