Share

DINIKAHI KARENA DENDAM
DINIKAHI KARENA DENDAM
Author: Senja

BAB 1 : KEJUTAN

"Permisi Pak Alvaro. Kami menemukan wanita di foto inilah yang menemui kakak ipar Anda di villa dua hari sebelum penangkapannya. Selain itu, foto wanita ini juga ditemukan di ponsel kakak Anda sebelum akhirnya mengalami kecelakaan dan koma. Kemungkinan besar, wanita ini adalah selingkuhan kakak ipar Anda!" lapor seorang pria paruh baya kepada atasannya yang jauh lebih muda.

"Apa yang harus saya lakukan selanjutnya, Pak?"

Mendengar itu, Alvaro Alexandra hanya berdeham sebelum berkata, "Tidak ada. Silakan kembali ke pekerjaan Anda!"

Sang bawahan lantas mengangguk dan pergi.

Hanya saja, tak ada yang menyadari jika tatapan Alvaro tampak mendingin setelahnya.

Pria itu sangat mencintai keluarganya, terutama sang kakak perempuan yang merawatnya sejak kematian orang tua mereka.

Pebisnis handal itu akan menghukum siapapun yang menyakiti keluarganya--dengan tangannya sendiri!

Di sisi lain, wanita di dalam foto tadi tak menyadari bahwa keselamatannya dalam ancaman karena sebuah kesalahpahaman/

Saat ini, dirinya justru tengah terkejut dengan ucapan temannya. "Sarah, bukankah itu tunanganmu?"

Mata wanita cantik itu seketika menemukan seorang pria dan wanita yang bergandengan tangan berjalan menuju ke hotel yang ada di sebrang cafe tempat mereka bekerja.

"Tidak mungkin, Sin. Tunanganku sekarang sedang bekerja di luar kota, mana mungkin ia ada disini. Penglihatanmu saja kali yang salah."

Sarah hanya menanggapinya dengan gelengan seraya tersenyum. Ia tengah sibuk mengelap meja, karena itu tidak memperhatikan arah yang di tunjuk sang teman.

"Kamu ini, gimana sih, Rah? Ayo ikuti aku dan jangan protes!"

Karena Sarah tidak memperdulikan perkataannya, Sinta pun langsung menarik tangan Sarah menuju jalan raya lalu segera menyebrang.

"Ngapain kita ke sini? Ayo kembali ke cafe!"

Sayangnya, Sinta  tetap menarik Sarah memasuki hotel.

"Mbak saya temannya dan ini tunangannya pria yang bernama pak Reza, ia baru saja datang tadi. Apakah Anda bisa memberi tahu saya nomber berapa kamar yang di pesannya?" tanya Sinta begitu sampai di tempat resepsionis.

"Nomor 19"

"Terimakasih, mbak!"

"Kamu akan lihat Sarah, kalau apa yang aku katakan itu sebuah kebenaran," tutur Sinta.

Ia pun segera mengajak Sarah menuju kamar yang disebutkan menggunakan lift.

Tok. Tok. Tok

Keduanya mengetuk pintu.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pemilik kamar pun membuka pintunya.

"Ada apa? Kenapa mengganggu seka...."

Ucapan pria di balik pintu tiba tiba saja terputus karena saking terkejutnya melihat dua wanita yang ada dihadapannya. Ya, benar saja pria yang ada di dalam itu Reza, tunangan Sarah!

Kemudian seorang wanita yang hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya muncul di balik punggung sang pria.

Meski usianya berusia sekitar empat puluhan, tapi dia masih terlihat cantik dengan rambut yang sedikit berantakan.

Sarah berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia tidak mau menangisi pria bejad yang ada dihadapannya.

PLAKK!

Satu tamparan berhasil mendarat di sebelah pipi kiri wajah tampan sang tunangan. Mungkin saja terasa sakit atau bahkan meninggalkan bekas merah disana. Tapi, rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan apa yang Sarah rasakan atas penghianatan sang tunangan.

"Kenapa kamu melakukan ini, Rez? Susah payah aku meyakinkan ayah supaya merestui hubungan kita. Tapi, lihatlah apa balasan yang kuterima?, kamu benar-benar jahat. Dasar penghianat!"

Setelahnya, Sarah langsung pergi meninggalkan pria yang baru saja menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya. Begitupun dengan Sinta, ia segera menyusul sang teman. Ia khawatir saat saat seperti ini, temannya akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Sar, Sarah, tunggu! Aku bisa menjelaskan semuanya!" teriak Reza berusaha memanggil Sarah. Tapi Sarah tidak memperdulikan panggilannya. Sarah semakin menjauh dari pandangannya.

Reza segera merapihkan bajunya kembali. Bagaimanapun ia tidak mau kehilangan Sarah, wanita yang dicintainya sejak lama.

"Shit! Sejak kapan Sarah bekerja di sini? Ya ampun, bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya," gumamnya dalam hati setelah ia sampai di depan cafe tempat Sarah bekerja.

Sarah memang sebelumnya bekerja di sebuah minimarket. Hanya saja karena sang pemilik terlalu mengistimewakannya, beberapa temannya merasa iri lalu memfitnahnya.

Dia pun dipecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon sepeser pun.

Sarah sempat kebingungan. Dia harus segera mendapatkan pekerjaan baru, sebab ia adalah tulang punggung keluarga. Untungnya teman Sarah yang bernama Sinta memberi tahu bahwa ditempatnya bekerja sedang membutuhkan karyawan. Tanpa berfikir panjang Sarah pun langsung melamar pekerjaan disana dan langsung diterima.

Ia hanya tinggal berdua bersama ayahnya. Sejak saat itulah Sarah dan ayahnya pindah kontrakan, ke kota tempatnya bekerja.

Ibu?

Sarah pun tidak mengetahuinya. Ayahnya akan sedih saat ia bertanya tentang ibu.

"Sar, kamu baik-baik aja?" tanya Sinta seraya mengusap punggung Sarah.

Ia merasa prihatin atas apa yang menimpa temannya.

"Aku enggak tahu, Sin. Aku benar-benar merasa berantakan. Sepertinya hari ini aku akan pulang lebih awal dan tadi sudah izin sama pak Dito. Aku butuh waktu."

Pak Dito adalan manager di cafe tempatnya bekerja.

Untungnya, pria itu mengizinkannya.

Jadi setelah berpamitan pada Sinta, ia pun segera pergi keluar dari cafe.

Namun, siapa sangka Reza menghadangnya! "Sar, akhirnya aku menemukan kamu. Aku akan jelaskan semuanya, tolong kasih aku waktu," mohonnya dengan wajah memelas.

Sarah jelas mengabaikannya. Tapi, Reza tak menyerah.

"Aku mohon, Sarah!" ucapnya untuk yang kesekian kalinya.

"Reza lepaskan aku, kita sudah selesai. Jangan ganggu aku lagi!" bentak Sarah.

Ditepisnya tangan Reza yang hendak menggenggam tangannya.

Kala melihat celah, wanita itu sampai lari secepat mungkin untuk menghindari Reza. Hingga...

Bugh!

Kepalanya menabrak dada bidang seorang pria tinggi yang begitu tampan!

Sayangnya, tak ada waktu untuk mengaggumi itu saat ini.

"Maaf tuan saya tidak sengaja. Saya sedang buru buru karena seseorang dibelakang sana mengejar saya," ucap Sarah seraya menangkupkan kedua tangannya.

Tapi, pria di hadapannya itu tidak mengucapkan sepatah katapun.

Alvaro sendiri sangat terkejut saat pertama kali melihat wanita yang baru saja menabraknya itu.

Cantik?

Sangat. Tapi, bukan itu alasan Alvaro tidak bisa memalingkan pandangannya dari wanita di hadapannya.

 Wanita ini adalah wanita yang sama persis seperti yang ada di foto yang di berikan kepadanya beberapa hari yang lalu.

"Kamu bekerja di sini?" tanya Alvaro kemudian.

"Benar tuan. Tapi, jika Anda ingin memesan sesuatu, karyawan lain yang akan melayani Anda. Jadi, maaf tuan, saya harus pergi sekarang, saya sedang buru-buru!"

Sarah pun segera melewati Alvaro. Tapi, Alvaro menahan pergelangan tangannya.

Sarah yang melihat itu terkejut. "Lep--

"Saya yang akan mengantarkanmu!" Alvaro segera menarik tangan Sarah dan membawanya berlari agar pria di belakangnya tidak bisa menyusulnya.

"Susah payah aku mencarimu, dan kini akhirnya aku bisa menemukanmu. Mana mungkin aku membiarkan mu pergi dan menghilang begitu saja," batin Alvaro dalam hati.

****

"Masuk!" perintah Alvaro saat tiba di dekat mobilnya. Tapi Sarah tidak juga urung masuk.

Dia bingung kenapa pria asing ini baik sekali padanya?

Sarah sendiri baru saja tinggal di daerah itu beberapa hari lalu. 

Bisa jadi, pria ini adalah mafia yang suka memperjualbelikan manusia, kan?

'Jangan sampai setelah baru saja aku lepas dari kandang buaya aku malah masuk kandang Serigala," batin Sarah seraya menatap menyelidik pria tampan di hadapannya.

Tanpa disadari, Alvaro menatap gadis itu aneh.

Biasanya para wanita di luaran sana, berebutan ingin naik mobilnya.

Tapi, dia kan tidak menghiraukan ucapan Alvaro.

Mungkinkah ini salah satu triknya dalam menjebak para pria kaya dengan berpura pura polos dan seakan tidak tergiur dengan barang-barang mewah di hadapannya? 

"Hei!" Alvaro pun terpaksa memanggil Sarah untuk yang kedua kalinya.

"Ah, iya tuan, terimakasih atas tawarannya. Tapi, sepertinya saya akan pulang sendiri saja. Saya sudah terbiasa jalan kaki sekalian olah raga. Lagi pula kontrakan saya dekat!"

Sarah panik meskipun begitu ia tetap tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa takutnya dari pria di hadapannya.

"Kalau begitu saya permisi, tuan," pamitnya.

Namun baru saja Sarah bersiap untuk pergi, Alvaro langsung menarik tangannya dan memasukannya kedalam mobilnya.

Bugh!

"Tuan, apa yang Anda lakukan? Apa Anda berusaha menculik saya?" ucapnya panik, "Tuan, saya mohon lepaskan saya, meskipun anda menjual saya, tidak akan ada yang mau membeli saya. Karena saya tidak mempunyai keahlian apapun!"

Sungguh, meskipun selama ini hidupnya rumit, tapi ia masih memiliki banyak cita cita!

Pikiran gadis cantik itu jadi melantur karena ketakutan.

Melihat itu, Alvaro menahan tawanya.

Sebuah ide bahkan muncul di kepala pria tampan itu. "Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" ucap Alvaro asal.

Deg!

"APA?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status