"Permisi Pak Alvaro. Kami menemukan wanita di foto inilah yang menemui kakak ipar Anda di villa dua hari sebelum penangkapannya. Selain itu, foto wanita ini juga ditemukan di ponsel kakak Anda sebelum akhirnya mengalami kecelakaan dan koma. Kemungkinan besar, wanita ini adalah selingkuhan kakak ipar Anda!" lapor seorang pria paruh baya kepada atasannya yang jauh lebih muda.
"Apa yang harus saya lakukan selanjutnya, Pak?"Mendengar itu, Alvaro Alexandra hanya berdeham sebelum berkata, "Tidak ada. Silakan kembali ke pekerjaan Anda!"
Sang bawahan lantas mengangguk dan pergi.
Hanya saja, tak ada yang menyadari jika tatapan Alvaro tampak mendingin setelahnya.
Pria itu sangat mencintai keluarganya, terutama sang kakak perempuan yang merawatnya sejak kematian orang tua mereka.
Pebisnis handal itu akan menghukum siapapun yang menyakiti keluarganya--dengan tangannya sendiri!
Di sisi lain, wanita di dalam foto tadi tak menyadari bahwa keselamatannya dalam ancaman karena sebuah kesalahpahaman/Saat ini, dirinya justru tengah terkejut dengan ucapan temannya. "Sarah, bukankah itu tunanganmu?"
Mata wanita cantik itu seketika menemukan seorang pria dan wanita yang bergandengan tangan berjalan menuju ke hotel yang ada di sebrang cafe tempat mereka bekerja.
"Tidak mungkin, Sin. Tunanganku sekarang sedang bekerja di luar kota, mana mungkin ia ada disini. Penglihatanmu saja kali yang salah."
Sarah hanya menanggapinya dengan gelengan seraya tersenyum. Ia tengah sibuk mengelap meja, karena itu tidak memperhatikan arah yang di tunjuk sang teman.
"Kamu ini, gimana sih, Rah? Ayo ikuti aku dan jangan protes!"
Karena Sarah tidak memperdulikan perkataannya, Sinta pun langsung menarik tangan Sarah menuju jalan raya lalu segera menyebrang.
"Ngapain kita ke sini? Ayo kembali ke cafe!"Sayangnya, Sinta tetap menarik Sarah memasuki hotel.
"Mbak saya temannya dan ini tunangannya pria yang bernama pak Reza, ia baru saja datang tadi. Apakah Anda bisa memberi tahu saya nomber berapa kamar yang di pesannya?" tanya Sinta begitu sampai di tempat resepsionis.
"Nomor 19""Terimakasih, mbak!""Kamu akan lihat Sarah, kalau apa yang aku katakan itu sebuah kebenaran," tutur Sinta.Ia pun segera mengajak Sarah menuju kamar yang disebutkan menggunakan lift.
Tok. Tok. Tok
Keduanya mengetuk pintu.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pemilik kamar pun membuka pintunya.
"Ada apa? Kenapa mengganggu seka...."
Ucapan pria di balik pintu tiba tiba saja terputus karena saking terkejutnya melihat dua wanita yang ada dihadapannya. Ya, benar saja pria yang ada di dalam itu Reza, tunangan Sarah!
Kemudian seorang wanita yang hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya muncul di balik punggung sang pria.
Meski usianya berusia sekitar empat puluhan, tapi dia masih terlihat cantik dengan rambut yang sedikit berantakan.
Sarah berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia tidak mau menangisi pria bejad yang ada dihadapannya.PLAKK!
Satu tamparan berhasil mendarat di sebelah pipi kiri wajah tampan sang tunangan. Mungkin saja terasa sakit atau bahkan meninggalkan bekas merah disana. Tapi, rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan apa yang Sarah rasakan atas penghianatan sang tunangan.
"Kenapa kamu melakukan ini, Rez? Susah payah aku meyakinkan ayah supaya merestui hubungan kita. Tapi, lihatlah apa balasan yang kuterima?, kamu benar-benar jahat. Dasar penghianat!"
Setelahnya, Sarah langsung pergi meninggalkan pria yang baru saja menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya. Begitupun dengan Sinta, ia segera menyusul sang teman. Ia khawatir saat saat seperti ini, temannya akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Sar, Sarah, tunggu! Aku bisa menjelaskan semuanya!" teriak Reza berusaha memanggil Sarah. Tapi Sarah tidak memperdulikan panggilannya. Sarah semakin menjauh dari pandangannya.Reza segera merapihkan bajunya kembali. Bagaimanapun ia tidak mau kehilangan Sarah, wanita yang dicintainya sejak lama.
"Shit! Sejak kapan Sarah bekerja di sini? Ya ampun, bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya," gumamnya dalam hati setelah ia sampai di depan cafe tempat Sarah bekerja.Sarah memang sebelumnya bekerja di sebuah minimarket. Hanya saja karena sang pemilik terlalu mengistimewakannya, beberapa temannya merasa iri lalu memfitnahnya.Dia pun dipecat dengan tidak hormat dan tanpa pesangon sepeser pun.
Sarah sempat kebingungan. Dia harus segera mendapatkan pekerjaan baru, sebab ia adalah tulang punggung keluarga. Untungnya teman Sarah yang bernama Sinta memberi tahu bahwa ditempatnya bekerja sedang membutuhkan karyawan. Tanpa berfikir panjang Sarah pun langsung melamar pekerjaan disana dan langsung diterima.
Ia hanya tinggal berdua bersama ayahnya. Sejak saat itulah Sarah dan ayahnya pindah kontrakan, ke kota tempatnya bekerja.
Ibu?
Sarah pun tidak mengetahuinya. Ayahnya akan sedih saat ia bertanya tentang ibu.
"Sar, kamu baik-baik aja?" tanya Sinta seraya mengusap punggung Sarah.Ia merasa prihatin atas apa yang menimpa temannya.
"Aku enggak tahu, Sin. Aku benar-benar merasa berantakan. Sepertinya hari ini aku akan pulang lebih awal dan tadi sudah izin sama pak Dito. Aku butuh waktu."
Pak Dito adalan manager di cafe tempatnya bekerja.
Untungnya, pria itu mengizinkannya.
Jadi setelah berpamitan pada Sinta, ia pun segera pergi keluar dari cafe.
Namun, siapa sangka Reza menghadangnya! "Sar, akhirnya aku menemukan kamu. Aku akan jelaskan semuanya, tolong kasih aku waktu," mohonnya dengan wajah memelas.
Sarah jelas mengabaikannya. Tapi, Reza tak menyerah.
"Aku mohon, Sarah!" ucapnya untuk yang kesekian kalinya.
"Reza lepaskan aku, kita sudah selesai. Jangan ganggu aku lagi!" bentak Sarah.
Ditepisnya tangan Reza yang hendak menggenggam tangannya.
Kala melihat celah, wanita itu sampai lari secepat mungkin untuk menghindari Reza. Hingga...
Bugh!
Kepalanya menabrak dada bidang seorang pria tinggi yang begitu tampan!
Sayangnya, tak ada waktu untuk mengaggumi itu saat ini.
"Maaf tuan saya tidak sengaja. Saya sedang buru buru karena seseorang dibelakang sana mengejar saya," ucap Sarah seraya menangkupkan kedua tangannya.Tapi, pria di hadapannya itu tidak mengucapkan sepatah katapun.
Alvaro sendiri sangat terkejut saat pertama kali melihat wanita yang baru saja menabraknya itu.Cantik?
Sangat. Tapi, bukan itu alasan Alvaro tidak bisa memalingkan pandangannya dari wanita di hadapannya.
Wanita ini adalah wanita yang sama persis seperti yang ada di foto yang di berikan kepadanya beberapa hari yang lalu.
"Kamu bekerja di sini?" tanya Alvaro kemudian."Benar tuan. Tapi, jika Anda ingin memesan sesuatu, karyawan lain yang akan melayani Anda. Jadi, maaf tuan, saya harus pergi sekarang, saya sedang buru-buru!"Sarah pun segera melewati Alvaro. Tapi, Alvaro menahan pergelangan tangannya.
Sarah yang melihat itu terkejut. "Lep--
"Saya yang akan mengantarkanmu!" Alvaro segera menarik tangan Sarah dan membawanya berlari agar pria di belakangnya tidak bisa menyusulnya.
"Susah payah aku mencarimu, dan kini akhirnya aku bisa menemukanmu. Mana mungkin aku membiarkan mu pergi dan menghilang begitu saja," batin Alvaro dalam hati.
****
"Masuk!" perintah Alvaro saat tiba di dekat mobilnya. Tapi Sarah tidak juga urung masuk.Dia bingung kenapa pria asing ini baik sekali padanya?
Sarah sendiri baru saja tinggal di daerah itu beberapa hari lalu.
Bisa jadi, pria ini adalah mafia yang suka memperjualbelikan manusia, kan?
'Jangan sampai setelah baru saja aku lepas dari kandang buaya aku malah masuk kandang Serigala," batin Sarah seraya menatap menyelidik pria tampan di hadapannya.
Tanpa disadari, Alvaro menatap gadis itu aneh.Biasanya para wanita di luaran sana, berebutan ingin naik mobilnya.
Tapi, dia kan tidak menghiraukan ucapan Alvaro.
Mungkinkah ini salah satu triknya dalam menjebak para pria kaya dengan berpura pura polos dan seakan tidak tergiur dengan barang-barang mewah di hadapannya?
"Hei!" Alvaro pun terpaksa memanggil Sarah untuk yang kedua kalinya.
"Ah, iya tuan, terimakasih atas tawarannya. Tapi, sepertinya saya akan pulang sendiri saja. Saya sudah terbiasa jalan kaki sekalian olah raga. Lagi pula kontrakan saya dekat!"Sarah panik meskipun begitu ia tetap tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa takutnya dari pria di hadapannya.
"Kalau begitu saya permisi, tuan," pamitnya.
Namun baru saja Sarah bersiap untuk pergi, Alvaro langsung menarik tangannya dan memasukannya kedalam mobilnya.
Bugh!
"Tuan, apa yang Anda lakukan? Apa Anda berusaha menculik saya?" ucapnya panik, "Tuan, saya mohon lepaskan saya, meskipun anda menjual saya, tidak akan ada yang mau membeli saya. Karena saya tidak mempunyai keahlian apapun!"
Sungguh, meskipun selama ini hidupnya rumit, tapi ia masih memiliki banyak cita cita!
Pikiran gadis cantik itu jadi melantur karena ketakutan.
Melihat itu, Alvaro menahan tawanya.
Sebuah ide bahkan muncul di kepala pria tampan itu. "Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" ucap Alvaro asal.
Deg!
"APA?!"
"Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" Pertanyaan pria di hadapan Sarah seketika membuat Sarah menatap tidak percaya. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi. Bahkan, untuk sekedar menjawab pun rasanya sangat sulit. Suaranya tercekat di tenggorokan. Setelah menarik nafas dan menghembuskannya berkali-kali, "Saya khawatir tuan akan kecewa. Karena itu, saya akan memberitahu tuan, bahwa saya memiliki banyak riwayat penyakit. Di antaranya..." Sarah pun membeberkan satu persatu jenis penyakit yang terkenal sangat menakutkan. Tapi pria di sampingnya, jangankan merasa takut, ia bahkan tidak memperdulikan apa yang di katakannya. Pria itu malah terlihat seperti sedang menahan tawa. "Dasar wanita aneh," batin Alvaro dalam hati. la pun segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Wanita di sampingnya benar-benar membuatnya tidak bisa menahan tawa. Seketika ia lupa bahwa baginya wanita ini adalah orang yang menyebabkan rumah tangga sang kakak hancur. Dan kemungkinan besa
Mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan, membuat Sarah menatap tak percaya. Bahkan mulutnya terbuka dan membentuk huruf 'O', saking terkejutnya. "Jadi ayah menentukan mahar yang begitu besar pada Reza tanpa seizin ku?, ayah benar benar keterlaluan!. Apa gara gara ini Reza nekat menjadi... " Sarah menggantung ucapan nya. Hampir saja ia mengatakan yang terjadi sebenarnya di antara ia dan Reza. "Menjadi apa Sarah?, ayo katakan pada ayah!" tanya sang ayah membuat Sarah gugup dan bingung. "Tidak ada," jawab Sarah terbata-bata."Ternyata namamu Sarah. Sudahlah Sarah, turuti saja apa yang dikatakan ayahmu!. Lagipula yang saya lihat tadi, sepertinya kalian sedang bermasalah. Bahkan kamu mengatakan, bahwa pria itu sudah menjadi mantan," ucap Al membuat Sarah menatap nya tak suka. Mendengar itu wajah ayah Sarah tampak berbinar. Ia pun beralih menatap Sarah untuk mencari kebenaran nya. Ia pun bertanya, "benarkah begitu, Sarah?" "Benar ayah," lirih Sarah seraya menunduk."Wah ternyata p
"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah."aku baik-baik aja," jawab Raina."Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun."Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.Tok. Tok. Tok."Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam."Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh."Baik pak, kalau
"Sekarang kamu jaga Lyla selama saya mengemudi," ucap Al seraya memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Sarah tahu bahwa dirinya sangat gugup saat kepergok Syla tengah menatap dan mengagumi kecantikan Sarah."Sebenarnya aku kesini untuk mengantar makanan, atau jadi pengasuh?. Untung anaknya lucu," gumam Sarah. Ia pun segera menggendong Lyla. "Duduk di depan! Kamu kira saya ini sopir kamu?," hardik Al saat Sarah hendak membuka pintu mobil belakang. Karena tidak mau memperpanjang urusan, Sarah pun langsung menuruti perintah Al untuk duduk di depan.Mobil yang di kendarai Al pun melaju membelah jalanan kota."Lyla kok manggil ke ayahnya om, kenapa?" bisik Sarah tepat di telinga Lyla. Ia harap-harap cemas Al akan mendengarnya."Karena, om itu bukan papa Lyla. Tapi, adiknya mama Lyla," jawab Lyla. "Iya kan om?" tanyanya kemudian kepada Al. Sedangkan ia tengah sibuk dengan mainannya."Aduh Lyla," lirih Sarah seraya wajahnya segera beralih menatap jendela."Benar. Mama sama papa Lyla sekarang
"Harga di bandrol ini hanya untuk satu baju. Dan baju ini terbilang dengan harga paling rendah. Bagaimana kamu tidak mengetahuinya?, wanita seperti apa sebenarnya yang akan di nikahi Al?" tanya Audy. Ia melihat Sarah dengan tatapan menyelidik serta merendahkan."Saya hanya ingin bertanya, nona!. Kenapa anda berbicara seperti itu tentang saya?" tanya Sarah heran dengan apa yang barusan Audy sampaikan."Sejak kamu datang ke butik saya bersama Al, saya memang sudah menduga bahwa kamu itu hanya wanita udik, kampungan dan tidak tahu diri.. Tapi lihatlah kenyataannya, kamu bahkan lebih parah dari yang saya duga!" Audy malah semakin merendahkan Sarah secara terang-terangan."Tapi setidaknya, wanita udik ini punya mulut yang terdidik hingga tidak mudah untuk mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti orang lain!" timpal Sarah. Setelah itu ia pergi dari hadapan Audy.Melihat kepergian Sarah, seketika Audy panik. Bagaimanapun ia akan mendapatkan banyak keuntungan jika Al membeli baju pengantin d
"Kemana motor yang ku bawa tadi, perasaan di sini?!" Sarah seketika menjadi sangat panik sekaligus bingung saat menyadari motor milik cafe yang di tinggalkannya tidak ada di tempat semula. Sarah memang membiarkannya tergeletak begitu saja di luar gerbang. Tapi, ini komplek elit, pengawasannya sangat ketat tidak mungkin rasanya ada orang yang datang ke sini untuk mencuri.Al mengerti apa yang membuat Sarah kebingungan. Al pun segera menghampirinya dan berucap, " tadi manager kamu menelpon saya pas kita di butik, katanya motornya mau di pake makannya di ambil. Saya minta maaf karena lupa menyampaikannya sama kamu," jelas Al. Kemudian ia melajukan kembali mobil nya memasuki pekarangan rumah.Sarah segera mengejar mobil Al, "Huuh, padahal cuma lewat gerbang doang, tapi kok rasanya cape, ya!" keluh Sarah begitu ia sampai di samping mobil Al."Kenapa kamu mengikuti saya lagi?, bukankah urusan kita hari ini sudah selesai ?" "Tapi kan pak, motor yang saya tadi gunakan sudah tidak ada. Ini se
Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla."Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya."Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi."Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara."Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati."Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap."Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, ka
"Beneran pak?" tanya Sarah memastikan."Tentu saja. Apa kamu lihat saya sedang bercanda?" "Tidak, pak!. Kalau begitu saya pamit mau segera bekerja kembali," ucap Sarah seraya pamitan."Sarah untuk apa kamu bekerja?, bukankah sekarang sudah berganti sift, sudahlah Sarah lebih baik kamu segera istirahat. pulanglah," ucap pak Dito. Mendengar itu Sarah sangat bahagia.Sarah segera bersiap-siap untuk pulang. Sepanjang jalan pulang, Lyla tidak berhenti memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Ia tidak berhenti bergumam, " gak di marahi, tiba tiba jadi murid teladan, mendapat bonus, bahkan di suruh isirahat."****Benar saja apa yang di katakan Al. sehari sebelum pernikahannya dan Al, sebuah mobil datang mengaku bahwa ia perwakilan Al. membawa beberapa perlengkapan yang di butuhkan Sarah dan keluarganya.Waktu bergulir dengan cepat. Satu Minggu sudah berlalu dan hari ini adalah hari pernikahan Al dan Sarah. Semua persyaratan pernikahan sudah selesai. Para tamu undangan yang ingin mengha
"Kamu belum juga berganti pakaian?" tanya wanita bermasker itu seraya menatap Sarah dari atas sampai bawah. "Maaf, sepertinya saya tidak bisa mengganti pakaian saya saat ini," jawab sarah. "Karena itu saya meminta bantuan mbak ini saja untuk mengantarkannya," lanjutnya lagi. "Maaf mbak, tapi saya masih banyak pekerjaan di belakang," tutur art lalu buru-buru pergi dari hadapan Sarah. "Saya mengerti, kamu tidak bisa memakai satupun pakaian yang ada di sini, kan?" tanya wanita bermasker itu lagi. "Tunggu sebentar," tukas wanita itu. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu memanggil seseorang di sebrang sana. Lalu sedikit menjauh dari arah Sarah berdiri. "Iya, buruan carikan pakaian terbaik yang cocok di padukan dengan hijab." Samar-samar Sarah masih mendengar wanita itu berbicara pada pria di sebrang sana. "Baju terbaik yang cocok di padukan dengan hijab? Apakah itu untukku?" ucap Sarah dalam hati. Tidak lama kemudian, wanita itu menutup telponnya lalu kembali menghampiri
"Tuan?" Sarah memanggil tuannya ragu-ragu. "Apa lagi Sarah? Haruskah saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari ruangan saya?" Al sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Sungguh Al merasakan getaran aneh itu semakin menjadi kala mendengar suara Sarah. "Pintunya tuan, terkunci," lirih Sarah. Mendengar itu, Al menyugar rambutnya kasar. Sesaat kemudian, ia mengutak-atik ponselnya dan pintupun terbuka. Sarah pun segera keluar dari ruang kerja Al. *** "Ya ampu Sarah, kenapa kamu tampak berantakan sekali nak, apa yang telah tuan lakukan padamu? Apa ada yang luka?" mbok Fatma melayangkan pertanyaan beruntun ketika Sarah akan memasuki kamarnya. Ia begitu panik ketika melihat Sarah dengan keadaan yang kacau. "Sarah baik-baik saja, mbok. Sarah hanya butuh istirahat sebentar," jawab Sarah lirih dengan wajah tampak lesu. "Baiklah nak, istirahatlah. Tapi setelah kamu sarapan," tukas mbok Fatma. Ia pun segera bergegas hendak ke dapur. Tapi Sarah mencegahnya, "Tidak mbok, nanti saja
Sarah tahu betul wanita di foto itu adalah dirinya."Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa saya memintamu ke sini untuk menjadi pajangan?" suara yang berasal dari pertanyaan Al mengagetkan Sarah hingga ia tergagap."Bukan tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sarah. Ia pun segera pergi dari ruang kerja Al."Aku yakin sekali, itu adalah foto ku. Pria di foto itu juga, aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Aku yakin, foto itu adalah salah satu alasan di balik kebencian tuan Al padaku," ucap Sarah dalam hati. Ia memikirkan foto yang baru saja di lihatnya sepanjang jalan. "Sarah!" teriak Al. Pagi-pagi sekali Al sudah berteriak memanggil Sarah. Bahkan suaranya memenuhi ruang tamu. Mbok Fatma yang kebetulan sedang memotong sayuran untuk sarapan langsung menghampiri Al."Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya mbok Fatma ketika berada di hadapan Al."Maaf mbok, tolong panggilkan Sarah dan suruh ia untuk datang ke kamar saya," jawab Al. Setelah memberi pe
Mobil yang di tumpangi Sarah akhirnya sampai di kediaman Al. Begitu ia melangkah memasuki rumah, mbok Fatma langsung menghampiri nya seraya memeluknya. Mbok Fatma tampak menitikkan air mata."Mbok kenapa menangis?" tanya Sarah heran. Ia menepuk pelan punggung mbok Fatma."Tuan Al telah memperlakukan non dengan tidak baik. Tuan bahkan memindahkan non ke kamar gudang dan menjadikan non pelayan seperti kami," tutur mbok Fatma mulai terisak."Terimakasih mbok, atas keprihatinan mbok terhadap Sarah. Tapi percayalah sama Sarah, Sarah baik-baik saja," tutur Sarah seraya tersenyum ke arah mbok Fatma setelah mbok Fatma melerai pelukannya. Mbok Fatma pun mengusap air matanya di bantu Sarah."Jujur saja, Sarah kaget pas tiba tiba mbok meluk Sarah sambil nangis. Sarah khawatir mbok kenapa kenapa," ucap Sarah kemudian. Mbok Fatma pun memapah Sarah menuju kamarnya.Semua menu makan malam telah tersaji di meja makan."Non Sarah, ayo makan malam dulu. Mbok baru saja habis dari kamar tuan. Sepertinya
Sarah beralih melihat ke arah suara. "Pak Al?" lirih Sarah.**Pria misterius itu segera berlari menuju tempat parkiran. Baru setelah sampai di mobil, pria itu bernapas lega.'Drrtt' ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Pria itu pun segera mengangkatnya.""Hallo bu bos," ucap pria itu begitu panggilan tersambung."Bagaimana Parman? Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di sebrang sana memaanggil pria misterius itu yang ternyata bernama Parman."Maaf bu bos, wanita yang bersama gadis itu selalu berhasil menggagalkan rencana saya," jawab Parman."Tapi bu, kalau saya melakukan rencana saya ketika wanita paruh baya yang menjaganya, kemungkinan besar saya akan berhasil," lanjut Parman lagi."Saya sengaja mengatur semua ini, karena wanita itulah yang di curigai Al. Kalau kamu berhasil mencelakai gadis cilik itu di bawah penjagaan wanita desa itu untuk yang ke sekian kalinya, pasti Al akan mengira bahwa kamu suruhannya," tutur wanita di sebrang sana panjang lebar."Pokoknya bagai
Sarah kemudian menghampiri Lyla."Cepat sembuh, sayang," tutur Sarah seraya mengusap pucuk kepala Lyla lalu menciumnya."Kakak tinggal beli sarapan dulu ya, sebentat. Soalnya tadi kakak buru-buru jadi belum sempat sarapan," ucap Sarah. Setelah itu, ia beranjak dari samping Lyla. Sarah menutup pintu dengan ruangan Lyla dengan rapat."Hahaha... akhirnya tuh cewe keluar juga. Dasar cewe sialan! Selalu membuat rencana saya gagal semua! Kamu lihat, Kali ini tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencana saya. Karena kali ini... " gumam seorang pria seraya keluar dari persembinyiannya. Ia melangkah perlahan ke arah ruangan Lyla berada. Pria itu tampak sudah lengkap dengan pakaian khas perawat. Karena itu, tidak ada yang mencurigainya."Maaf, kamu mau kemana? Bukankah pasien yang di rawat di ruangan ini baru saja selesai pemeriksaan setengah jam yang lalu," ucap salah satu perawat yang tidak sengaja berpapasan dengan pria yang sedang menyamar."Memang benar, tapi dokter meminta saya untuk me
"Bibi datang kemari?" tanya Nadia panik."Ayo kita samperin Nad," ajak Sarah pada Nadia."Enggak mau, kak. Pasti bibi mau paksa Nadia untuk pulang kampung," jawab Nadia menjauh dari arah Sarah."Tapi Nad, kalau kayak gini, enggak akan selesai urusan nya," tutur Sarah seraya menghampiri Nadia. Ia menepuk pelan bahu Nadia berusaha meyakinkan nya."Kita hadapi sama-sama," ucapnya lagi.Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Nadia setuju pada usulan Sarah. Setelah keduanya meminta izin pada Al yang masih menikmati sarapan nya, keduanya pun langsung berjalan menuju ke luar rumah."Assalamualaikum, Bu," ucap Sarah seraya mencium punggung tangan bibi Nadia takzim."Waalaikumsalam," jawab ibu Nadia ketus."Nadia ayo buruan bereskan semua barang-barang kamu, kita pulang sekarang!" Bibi Nadia memerintah dengan nada tinggi."Bibi meminta Nadia pulang buat nikah sama kang Adit, kan? Nadia enggak mau Bi. Kang Adit itu bukan pria baik," jawab Nadia dengan nada memelas."Enggak baik dari segi apanya
"Ada apa saya datang kesini? Bukankah tuan memanggil saya?" jawab Sarah. Ia merasa heran dengan apa yang tuturkan Al. "Benarkah? Apa ini hanya akal-akalanmu saja supaya saya mencabut kembali ucapan saya?""Itu tidak benar, Baiklah tuan, jika anda memang tidak memerlukan saya, maka saya akan kembali," ujar Sarah pun sedikit membungkuk lalu berbalik meninggalkan Al. Tapi Al mencekal pergelangan tangannya lalu menariknya ke dalam kamar."Kebetulan kamu ada di sini," ujar Al. Lalu ia mengambil segelas kopi yang masih mengepulkan asap nya, kemudian ia melemparkan nya ke lantai membuat gelas itu hancur berantakan. "Aaa... " jerit Sarah saking terkejutnya seraya menutup kedua telinga. Untungnya Sarah tidak terluka karena ia berhasil menghindar. Tapi sepertinya pria di depan sana terkena serpihan pecahan kaca. Darah segar mengalir dari kakinya. Melihat itu, Sarah sangat khawatir. Ia segera menghampiri tuannya."Ya ampun tuan, kaki anda terluka, ini harus segera di obati.. Sebentar, saya amb
"Iya kak, maaf," ujar gadis itu. "Heh kamu Nadia, aku enggak nyangka kalau kamu akan seberani itu untuk berbicara pada tuan Al," ucap wanita yang tadi meneriaki Sarah dan gadis yang bernama Nadia. Bukannya menjawab, Nadia malah melengos meninggalkan wanita itu seraya menarik tangan Sarah."Nadia!""Apa kak Nina?" tanya Nadia. Ia pun akhirnya menoleh ke arah wanita yang dipanggilnya Nina."Berani kamu ya sekarang sama saya? Mentang mentang kamu deket sama istri tuan Al, kamu lupa bahwa tuan Al sudah mencabut gelar nona darinya?" ujar Nina dengan suara berapi-api.Saat Nadia ingin menimpali ucapan Nina, Sarah mencegahnya. seraya berkata, "Sudahlah Nadia, jangan meladeninya. Ia hanya ingin mencari keributan. Lebih baik sekarang kita bantu kakak kakak yang lain mindahin barang."Nadia pun mendengarkan ucapan Sarah. Mereka berdua meninggalkan Nina yang menatap mereka dengan tatapan marah dan kesal.Sarah mulai memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi kamarnya. Semuanya sudah selesai dipin