"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah.
"aku baik-baik aja," jawab Raina."Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun."Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.Tok. Tok. Tok."Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam."Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh."Baik pak, kalau begitu saya berangkat sekarang" pamit Sarah. Ia pun segera menuju ke tempat parkir.Di cafe ini memang telah disediakan kendaraan khusus untuk keperluan cafe, seperti seped, motor dan mobil."Sesuai alamat yang tertera, ini benar rumah nya. Ini rumah apa istana? besar dan megah banget," gumam Sarah. Ia terpesona melihat bangunan megah bergaya Eropa di depannya."Seumur-umur aku baru pertama kali ini datang ke rumah seluar biasa ini. Palingan juga lihat di tv!"Sarah pun segera turun dari motornya, ia berjalan menuju gerbang."Gimana cara masuknya?" Sarah tampak bingung. Ia mengetuk dagunya karena bingung.Ditarik, di dorong, bahkan sampai di tendang. Tapi tetep saja gerbang itu tidak terbuka. Mau menghubungi pihak cafe, tapi ponselnya mati. "Bagaimana ini, apa aku harus balik lagi aja ya?" gumannya.Baru saja ia hendak pergi menuju motornya kembali, tiba-tiba gerbang terbuka dan seseorang dari dalam menarik bajunya kebelakang."Hei, siapa sih main tarik-tarik aja!. Bagaimana kalau saya terjerembab?" sungutnya kesal seraya merapikan bajunya kembali."Ya ampun, ternyata anda, tuan. bagaimana anda bisa melakukan ini?, Pantas saja!. Nih makanan anda." Sarah segera menyerahkan makanan sang pelanggan. Setelah itu, ia berpamitan dan berbalik hendak pulang."Pak Dito?" ucap Al.Langkah Sarah tiba-tiba terhenti saat pria di belakangnya menelpon pria yang sangat di takuti nya karena paling suka mengatakan, "kamu saya pecat". Sarah pun kembali menghadap pria yang sedang menelpon."Hallo, ini dengan pak Dito manager cafe tempat saya mememsan makanan, kan?" ucap pria di hadapan Sarah yang tak lain adalah Alvaro Alexandra."Benar tuan," jawab pria di sebrang sana. Al sengaja melaundspek ponselnya hingga suara pria di sebrang sana bisa di dengar oleh Sarah."Sebenarnya saya ingin memberitahukan, bahwa karyawan anda yang mengirim makanan kepada saya itu... " Sebelum Al menyelesaikan ucapannya, Sarah langsung mengambil ponsel dari tangan Al dan mematikan nya."Jika anda punya keluhan tentang kinerja saya, anda bisa langsung mengatakan nya kepada saya, tuan. Lihatlah bukankah saya masih ada di hadapan anda?" ucap Sarah selembut dan seramah mungkin. Ia bahkan berusaha menampilkan senyuman semanis mungkin untuk menutupi rasa kesal dan marah yang amat sangat."Dasar pria menyebalka," umpatnya dalam hati."Ikut saya!. Sekarang kita akan fitting baju. Bagaimanapun dan seperti apapun pernikahan kita kedepannya, saya tidak mau menikah sembunyi-sembunyi!""Apa anda sedang bercanda?, tidak mau!. Saya sedang bekerja," jawab Sarah. Lalu ia pun meninggalkan Al. Tapi Al buru-buru menahan pergelangan tangannya dan menarik nya hingga Sarah terjerembab menabrak dada bidang Al."Diam disini!. Kamu tahu kan saya ini orang kaya, saya bisa melakukan apapun. Bahkan, mudah saja bagi saya jika ingin membuat kamu di pecat dari pekerjaan mu!" bisik Al tepat di telinga Sarah seraya menyeringai. Mendengar ancaman itu, seketika Sarah ketakutan."Baiklah tuan, saya akan ikut anda. Tapi tolong lepaskan tangan saya, sakit," jawab Sarah merintih menahan sakit. Mendengar itu, Al pun segera melepaskan cengkraman nya.Tiba-tiba saja seorang gadis kecil keluar dari rumah megah itu. Ia berlari menghampiri Al seraya berteriak, "Syla mau ikut!""Baiklah tuan putri kecil ku," jawab Al seraya membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan seperti penghormatan pada putri pada umumnya. Sarah yang melihat itu langsung mengikuti nya."Siapa gadis kecil ini?, cantik sekali, menggemaskan. Apakah tuan Al sudah memiliki putri?," ucap Sarah dalam hati.Sarah benar-benar tidak tahan melihat pipi tembem gadis kecil bernama Lyla membuat Sarah gemas dan ingin sekali menjembilnya."Hallo Lyla, perkenalkan nama kakak, kak Sarah. Kamu cantik banget sih," ucap Sarah memperkenalkan diri dengan suara dan wajah di buat se imut mungkin.Kulit wajah putih bersih meskipun tanpa make-up, mata bulat indah beriris coklat, hidung mancung dan bibir mungil kemerah-merahan Alami. Apalagi saat wajahnya di imut-imutkan membuat Al yang melihat nya terpesona. "Hallo juga kak Salah, kak Salah juga cantik banget. Om Al, kenapa liatin kak Salah telus?" tanya Lyla dengan cadel dan polosnya membuat Al gelagapan."Sadar Al, kamu jangan sampai terpesona lalu terjerat olehnya. Ingat tujuan pertama kamu!" batin Al dalam hati."Siapa yang liatin kak Salah, Lyla?. Kamu ini ada-ada saja." Timpal Al."Benalkah," tanya Lyla menyelidik."Sekarang kamu jaga Lyla selama saya mengemudi," ucap Al seraya memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Sarah tahu bahwa dirinya sangat gugup saat kepergok Syla tengah menatap dan mengagumi kecantikan Sarah."Sebenarnya aku kesini untuk mengantar makanan, atau jadi pengasuh?. Untung anaknya lucu," gumam Sarah. Ia pun segera menggendong Lyla. "Duduk di depan! Kamu kira saya ini sopir kamu?," hardik Al saat Sarah hendak membuka pintu mobil belakang. Karena tidak mau memperpanjang urusan, Sarah pun langsung menuruti perintah Al untuk duduk di depan.Mobil yang di kendarai Al pun melaju membelah jalanan kota."Lyla kok manggil ke ayahnya om, kenapa?" bisik Sarah tepat di telinga Lyla. Ia harap-harap cemas Al akan mendengarnya."Karena, om itu bukan papa Lyla. Tapi, adiknya mama Lyla," jawab Lyla. "Iya kan om?" tanyanya kemudian kepada Al. Sedangkan ia tengah sibuk dengan mainannya."Aduh Lyla," lirih Sarah seraya wajahnya segera beralih menatap jendela."Benar. Mama sama papa Lyla sekarang
"Harga di bandrol ini hanya untuk satu baju. Dan baju ini terbilang dengan harga paling rendah. Bagaimana kamu tidak mengetahuinya?, wanita seperti apa sebenarnya yang akan di nikahi Al?" tanya Audy. Ia melihat Sarah dengan tatapan menyelidik serta merendahkan."Saya hanya ingin bertanya, nona!. Kenapa anda berbicara seperti itu tentang saya?" tanya Sarah heran dengan apa yang barusan Audy sampaikan."Sejak kamu datang ke butik saya bersama Al, saya memang sudah menduga bahwa kamu itu hanya wanita udik, kampungan dan tidak tahu diri.. Tapi lihatlah kenyataannya, kamu bahkan lebih parah dari yang saya duga!" Audy malah semakin merendahkan Sarah secara terang-terangan."Tapi setidaknya, wanita udik ini punya mulut yang terdidik hingga tidak mudah untuk mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti orang lain!" timpal Sarah. Setelah itu ia pergi dari hadapan Audy.Melihat kepergian Sarah, seketika Audy panik. Bagaimanapun ia akan mendapatkan banyak keuntungan jika Al membeli baju pengantin d
"Kemana motor yang ku bawa tadi, perasaan di sini?!" Sarah seketika menjadi sangat panik sekaligus bingung saat menyadari motor milik cafe yang di tinggalkannya tidak ada di tempat semula. Sarah memang membiarkannya tergeletak begitu saja di luar gerbang. Tapi, ini komplek elit, pengawasannya sangat ketat tidak mungkin rasanya ada orang yang datang ke sini untuk mencuri.Al mengerti apa yang membuat Sarah kebingungan. Al pun segera menghampirinya dan berucap, " tadi manager kamu menelpon saya pas kita di butik, katanya motornya mau di pake makannya di ambil. Saya minta maaf karena lupa menyampaikannya sama kamu," jelas Al. Kemudian ia melajukan kembali mobil nya memasuki pekarangan rumah.Sarah segera mengejar mobil Al, "Huuh, padahal cuma lewat gerbang doang, tapi kok rasanya cape, ya!" keluh Sarah begitu ia sampai di samping mobil Al."Kenapa kamu mengikuti saya lagi?, bukankah urusan kita hari ini sudah selesai ?" "Tapi kan pak, motor yang saya tadi gunakan sudah tidak ada. Ini se
Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla."Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya."Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi."Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara."Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati."Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap."Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, ka
"Beneran pak?" tanya Sarah memastikan."Tentu saja. Apa kamu lihat saya sedang bercanda?" "Tidak, pak!. Kalau begitu saya pamit mau segera bekerja kembali," ucap Sarah seraya pamitan."Sarah untuk apa kamu bekerja?, bukankah sekarang sudah berganti sift, sudahlah Sarah lebih baik kamu segera istirahat. pulanglah," ucap pak Dito. Mendengar itu Sarah sangat bahagia.Sarah segera bersiap-siap untuk pulang. Sepanjang jalan pulang, Lyla tidak berhenti memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Ia tidak berhenti bergumam, " gak di marahi, tiba tiba jadi murid teladan, mendapat bonus, bahkan di suruh isirahat."****Benar saja apa yang di katakan Al. sehari sebelum pernikahannya dan Al, sebuah mobil datang mengaku bahwa ia perwakilan Al. membawa beberapa perlengkapan yang di butuhkan Sarah dan keluarganya.Waktu bergulir dengan cepat. Satu Minggu sudah berlalu dan hari ini adalah hari pernikahan Al dan Sarah. Semua persyaratan pernikahan sudah selesai. Para tamu undangan yang ingin mengha
Kini pandangan Lyla beralih menatap koper dan beberapa barang lainnya tergeletak di lantai dekat Sarah. Lalu gadis kecil itu bertanya, "ini milik siapa?" telunjuknya mengarah pada barang barang di hadapan nya. Kemudian Lyla menatap Sarah dan mbok Fatma bergantian."Ini punya kakak. Maaf ya, berantakan," jawab Sarah seraya mengambil kembali barang yang sempat ia lepaskan saat menyambut kehadiran Lyla. Sedetik kemudian..."Hole... kak Sarah tinggal disini!" teriak Lyla. Ia segera menarik tangan Sarah dan membawanya ke kamarnya."Sebentar Lyla, kakak mau menyimpan barang-barang kakak dulu" ucap Sarah. Mendengar itu Lyla langsung menganggukan kepalanya. Ia bahkan membantu Sarah membawakannya."Kakak tinggal di kamar Lyla aja, ya?" tawar Lyla yang lebih mirip sebuah perintah."Dengan senang hati," ucap Sarah seraya tersenyum hangat ke arah Lyla."Di sini masih masih banyak yang kosong, kakak boleh menggunakannya," "Terimakasih banyak Lyla," Sarah pun segera memasukkan pakaiannya dan menata
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, mbok Fatma membawa Sarah kembali ke kamar Lyla seperti perintah Al."Apa yang non lakukan hingga hampir saja terjatuh?" tanya si mbok. Ia merasa heran dengan Sarah. Pasalnya meskipun rumah ini hanya terdiri dari dua lantai. Tapi rumah ini sangat tinggi."Tuan Al meminta saya untuk mengambil syalnya yang tersangkut di pohon. Karena kurang hati-hati, jadi saya terpeleset," jawab Sarah jujur. Ia juga tidak mengerti kenapa tuan Al memintanya melakukan hal yang di luar kemampuannya sebagai seorang wanita.Mendengar itu mbok Fatma menyeritkan keningnya. Ia merasa ada yang tidak beres antara non Sarah dan tuan Al. Karena selama dua puluh tahun ia bekerja di keluarga Alexandra, ia tidak pernah di minta untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya. Semua orang di rumah ini bekerja sesuai dengan kemampuannya."Ya sudah. Non lebih baik istirahat saja, nanti mbok akan membawakan makan malam ke kamar non," ucap mbok Fatma ketika keduanya sampai di kamar Lyla
Di sebuah ruangan kerja seorang pria baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia tampak terlihat kelelahan. Pria itu segera bangkit dari tempat duduknya hendak pergi ke pembaringan untuk beristitahan. Tapi tiba-tiba saja terbesit di kepalanya sang ponakan."Sebaiknya aku ke kamar Lyla untuk memastikan bahwa Sarah menjaganya dengan baik," gumam sang pria yang tak lain adalah Al. Al pun segera keluar dari kamarnya. Tapi baru saja akan menuruni tangga, Al di buat heran oleh keadaan di hadapannya. Disana terlihat jelas bagaimana wajah Sarah tampak panik menatap Lyla. "Apa yang wanita itu lakukan? apa ia sudah gila? Tapi tunggu, ia seperti tengah memeberi isyarat pada Lyla untuk menjauh darinya?".Al turun dengan diam-diam. Saat ia sudah di lantai bawah, ia baru mengetahui bahwa ada orang yang telah berani menerobos rumahnya, "Bagaimana bisa ada orang asing bisa sampai di depan rumahku dan mengancam salah satu pengisinya, beraninya!!" batin Al.Melihat kedatangan tuan Al, Sarah merasa lega d
"Kamu belum juga berganti pakaian?" tanya wanita bermasker itu seraya menatap Sarah dari atas sampai bawah. "Maaf, sepertinya saya tidak bisa mengganti pakaian saya saat ini," jawab sarah. "Karena itu saya meminta bantuan mbak ini saja untuk mengantarkannya," lanjutnya lagi. "Maaf mbak, tapi saya masih banyak pekerjaan di belakang," tutur art lalu buru-buru pergi dari hadapan Sarah. "Saya mengerti, kamu tidak bisa memakai satupun pakaian yang ada di sini, kan?" tanya wanita bermasker itu lagi. "Tunggu sebentar," tukas wanita itu. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu memanggil seseorang di sebrang sana. Lalu sedikit menjauh dari arah Sarah berdiri. "Iya, buruan carikan pakaian terbaik yang cocok di padukan dengan hijab." Samar-samar Sarah masih mendengar wanita itu berbicara pada pria di sebrang sana. "Baju terbaik yang cocok di padukan dengan hijab? Apakah itu untukku?" ucap Sarah dalam hati. Tidak lama kemudian, wanita itu menutup telponnya lalu kembali menghampiri
"Tuan?" Sarah memanggil tuannya ragu-ragu. "Apa lagi Sarah? Haruskah saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari ruangan saya?" Al sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Sungguh Al merasakan getaran aneh itu semakin menjadi kala mendengar suara Sarah. "Pintunya tuan, terkunci," lirih Sarah. Mendengar itu, Al menyugar rambutnya kasar. Sesaat kemudian, ia mengutak-atik ponselnya dan pintupun terbuka. Sarah pun segera keluar dari ruang kerja Al. *** "Ya ampu Sarah, kenapa kamu tampak berantakan sekali nak, apa yang telah tuan lakukan padamu? Apa ada yang luka?" mbok Fatma melayangkan pertanyaan beruntun ketika Sarah akan memasuki kamarnya. Ia begitu panik ketika melihat Sarah dengan keadaan yang kacau. "Sarah baik-baik saja, mbok. Sarah hanya butuh istirahat sebentar," jawab Sarah lirih dengan wajah tampak lesu. "Baiklah nak, istirahatlah. Tapi setelah kamu sarapan," tukas mbok Fatma. Ia pun segera bergegas hendak ke dapur. Tapi Sarah mencegahnya, "Tidak mbok, nanti saja
Sarah tahu betul wanita di foto itu adalah dirinya."Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa saya memintamu ke sini untuk menjadi pajangan?" suara yang berasal dari pertanyaan Al mengagetkan Sarah hingga ia tergagap."Bukan tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sarah. Ia pun segera pergi dari ruang kerja Al."Aku yakin sekali, itu adalah foto ku. Pria di foto itu juga, aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Aku yakin, foto itu adalah salah satu alasan di balik kebencian tuan Al padaku," ucap Sarah dalam hati. Ia memikirkan foto yang baru saja di lihatnya sepanjang jalan. "Sarah!" teriak Al. Pagi-pagi sekali Al sudah berteriak memanggil Sarah. Bahkan suaranya memenuhi ruang tamu. Mbok Fatma yang kebetulan sedang memotong sayuran untuk sarapan langsung menghampiri Al."Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya mbok Fatma ketika berada di hadapan Al."Maaf mbok, tolong panggilkan Sarah dan suruh ia untuk datang ke kamar saya," jawab Al. Setelah memberi pe
Mobil yang di tumpangi Sarah akhirnya sampai di kediaman Al. Begitu ia melangkah memasuki rumah, mbok Fatma langsung menghampiri nya seraya memeluknya. Mbok Fatma tampak menitikkan air mata."Mbok kenapa menangis?" tanya Sarah heran. Ia menepuk pelan punggung mbok Fatma."Tuan Al telah memperlakukan non dengan tidak baik. Tuan bahkan memindahkan non ke kamar gudang dan menjadikan non pelayan seperti kami," tutur mbok Fatma mulai terisak."Terimakasih mbok, atas keprihatinan mbok terhadap Sarah. Tapi percayalah sama Sarah, Sarah baik-baik saja," tutur Sarah seraya tersenyum ke arah mbok Fatma setelah mbok Fatma melerai pelukannya. Mbok Fatma pun mengusap air matanya di bantu Sarah."Jujur saja, Sarah kaget pas tiba tiba mbok meluk Sarah sambil nangis. Sarah khawatir mbok kenapa kenapa," ucap Sarah kemudian. Mbok Fatma pun memapah Sarah menuju kamarnya.Semua menu makan malam telah tersaji di meja makan."Non Sarah, ayo makan malam dulu. Mbok baru saja habis dari kamar tuan. Sepertinya
Sarah beralih melihat ke arah suara. "Pak Al?" lirih Sarah.**Pria misterius itu segera berlari menuju tempat parkiran. Baru setelah sampai di mobil, pria itu bernapas lega.'Drrtt' ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Pria itu pun segera mengangkatnya.""Hallo bu bos," ucap pria itu begitu panggilan tersambung."Bagaimana Parman? Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di sebrang sana memaanggil pria misterius itu yang ternyata bernama Parman."Maaf bu bos, wanita yang bersama gadis itu selalu berhasil menggagalkan rencana saya," jawab Parman."Tapi bu, kalau saya melakukan rencana saya ketika wanita paruh baya yang menjaganya, kemungkinan besar saya akan berhasil," lanjut Parman lagi."Saya sengaja mengatur semua ini, karena wanita itulah yang di curigai Al. Kalau kamu berhasil mencelakai gadis cilik itu di bawah penjagaan wanita desa itu untuk yang ke sekian kalinya, pasti Al akan mengira bahwa kamu suruhannya," tutur wanita di sebrang sana panjang lebar."Pokoknya bagai
Sarah kemudian menghampiri Lyla."Cepat sembuh, sayang," tutur Sarah seraya mengusap pucuk kepala Lyla lalu menciumnya."Kakak tinggal beli sarapan dulu ya, sebentat. Soalnya tadi kakak buru-buru jadi belum sempat sarapan," ucap Sarah. Setelah itu, ia beranjak dari samping Lyla. Sarah menutup pintu dengan ruangan Lyla dengan rapat."Hahaha... akhirnya tuh cewe keluar juga. Dasar cewe sialan! Selalu membuat rencana saya gagal semua! Kamu lihat, Kali ini tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencana saya. Karena kali ini... " gumam seorang pria seraya keluar dari persembinyiannya. Ia melangkah perlahan ke arah ruangan Lyla berada. Pria itu tampak sudah lengkap dengan pakaian khas perawat. Karena itu, tidak ada yang mencurigainya."Maaf, kamu mau kemana? Bukankah pasien yang di rawat di ruangan ini baru saja selesai pemeriksaan setengah jam yang lalu," ucap salah satu perawat yang tidak sengaja berpapasan dengan pria yang sedang menyamar."Memang benar, tapi dokter meminta saya untuk me
"Bibi datang kemari?" tanya Nadia panik."Ayo kita samperin Nad," ajak Sarah pada Nadia."Enggak mau, kak. Pasti bibi mau paksa Nadia untuk pulang kampung," jawab Nadia menjauh dari arah Sarah."Tapi Nad, kalau kayak gini, enggak akan selesai urusan nya," tutur Sarah seraya menghampiri Nadia. Ia menepuk pelan bahu Nadia berusaha meyakinkan nya."Kita hadapi sama-sama," ucapnya lagi.Setelah beberapa saat berpikir akhirnya Nadia setuju pada usulan Sarah. Setelah keduanya meminta izin pada Al yang masih menikmati sarapan nya, keduanya pun langsung berjalan menuju ke luar rumah."Assalamualaikum, Bu," ucap Sarah seraya mencium punggung tangan bibi Nadia takzim."Waalaikumsalam," jawab ibu Nadia ketus."Nadia ayo buruan bereskan semua barang-barang kamu, kita pulang sekarang!" Bibi Nadia memerintah dengan nada tinggi."Bibi meminta Nadia pulang buat nikah sama kang Adit, kan? Nadia enggak mau Bi. Kang Adit itu bukan pria baik," jawab Nadia dengan nada memelas."Enggak baik dari segi apanya
"Ada apa saya datang kesini? Bukankah tuan memanggil saya?" jawab Sarah. Ia merasa heran dengan apa yang tuturkan Al. "Benarkah? Apa ini hanya akal-akalanmu saja supaya saya mencabut kembali ucapan saya?""Itu tidak benar, Baiklah tuan, jika anda memang tidak memerlukan saya, maka saya akan kembali," ujar Sarah pun sedikit membungkuk lalu berbalik meninggalkan Al. Tapi Al mencekal pergelangan tangannya lalu menariknya ke dalam kamar."Kebetulan kamu ada di sini," ujar Al. Lalu ia mengambil segelas kopi yang masih mengepulkan asap nya, kemudian ia melemparkan nya ke lantai membuat gelas itu hancur berantakan. "Aaa... " jerit Sarah saking terkejutnya seraya menutup kedua telinga. Untungnya Sarah tidak terluka karena ia berhasil menghindar. Tapi sepertinya pria di depan sana terkena serpihan pecahan kaca. Darah segar mengalir dari kakinya. Melihat itu, Sarah sangat khawatir. Ia segera menghampiri tuannya."Ya ampun tuan, kaki anda terluka, ini harus segera di obati.. Sebentar, saya amb
"Iya kak, maaf," ujar gadis itu. "Heh kamu Nadia, aku enggak nyangka kalau kamu akan seberani itu untuk berbicara pada tuan Al," ucap wanita yang tadi meneriaki Sarah dan gadis yang bernama Nadia. Bukannya menjawab, Nadia malah melengos meninggalkan wanita itu seraya menarik tangan Sarah."Nadia!""Apa kak Nina?" tanya Nadia. Ia pun akhirnya menoleh ke arah wanita yang dipanggilnya Nina."Berani kamu ya sekarang sama saya? Mentang mentang kamu deket sama istri tuan Al, kamu lupa bahwa tuan Al sudah mencabut gelar nona darinya?" ujar Nina dengan suara berapi-api.Saat Nadia ingin menimpali ucapan Nina, Sarah mencegahnya. seraya berkata, "Sudahlah Nadia, jangan meladeninya. Ia hanya ingin mencari keributan. Lebih baik sekarang kita bantu kakak kakak yang lain mindahin barang."Nadia pun mendengarkan ucapan Sarah. Mereka berdua meninggalkan Nina yang menatap mereka dengan tatapan marah dan kesal.Sarah mulai memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi kamarnya. Semuanya sudah selesai dipin