Mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan, membuat Sarah menatap tak percaya. Bahkan mulutnya terbuka dan membentuk huruf 'O', saking terkejutnya.
"Jadi ayah menentukan mahar yang begitu besar pada Reza tanpa seizin ku?, ayah benar benar keterlaluan!. Apa gara gara ini Reza nekat menjadi... " Sarah menggantung ucapan nya. Hampir saja ia mengatakan yang terjadi sebenarnya di antara ia dan Reza."Menjadi apa Sarah?, ayo katakan pada ayah!" tanya sang ayah membuat Sarah gugup dan bingung."Tidak ada," jawab Sarah terbata-bata."Ternyata namamu Sarah. Sudahlah Sarah, turuti saja apa yang dikatakan ayahmu!. Lagipula yang saya lihat tadi, sepertinya kalian sedang bermasalah. Bahkan kamu mengatakan, bahwa pria itu sudah menjadi mantan," ucap Al membuat Sarah menatap nya tak suka.Mendengar itu wajah ayah Sarah tampak berbinar. Ia pun beralih menatap Sarah untuk mencari kebenaran nya. Ia pun bertanya, "benarkah begitu, Sarah?""Benar ayah," lirih Sarah seraya menunduk."Wah ternyata putri ayah sekarang sudah terbuka juga matanya dan menyadari bahwa pria itu tidak pantas untukmu nak," timpal sang ayah.Mendengar itu Sarah hanya terdiam. Ia tidak punya kata-kata lagi untuk menentang apalagi membela pria yang dicintainya seperti yang biasa Sarah lakukan dihadapan sang ayah sebelumnya.Kini pak Adit beralih menatap pria muda di hadapannya dan bertanya, "siapa namamu pria muda?""Alvaro Alexandra," jawab Al singkat."Baiklah tuan Al, sekarang semuanya terserah pada anda, begitu pula waktu untuk pernikahannya," ucap pak Adit dengan wajah berbinar karena sebentar lagi ia akan mendapatkan uang yang banyak."Satu Minggu lagi pernikahan akan dilaksanakan. Oleh karena itu pak Adit, anda harus menjaga baik-baik aset berharga saya ini," jawab Al. Ia menatap Sarah dengan tersenyum miring."Akhirnya sebentar lagi aku bisa menguasai wanita yang selama ini kucari," batin Al dalam hati. Ia tidak menyangka ternyata akan semudah ini. Bahkan, ia bisa mengambil nya secara baik-baik dengan persetujuan orang tuanya.Setelah semuanya di sepakati, Alvaro pun berpamitan dan akan kembali lagi satu hari sebelum pernikahan di laksanakan. Tampak dari wajah Alvaro betapa ia sangat bahagia atas pernikahan ini. Ia bahkan tidak berhenti tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai saat meninggalkan rumah Sarah.Berbanding terbalik dengan Sarah. Sarah terlihat sangat kacau. Ia hanya bisa menatap kepergian Al dengan tatapan kosong. Ia tak percaya, pernikahan impiannya bersama orang yang dicintainya hanya akan menjadi angan semata."Tapi ada yang lebih tidak bisa di percaya atas apa yang terjadi dengan hidupku. Ia adalah pria tampan dan mapan. Pasti tidak akan sulit untuk nya mendapatkan wanita manapun yang di inginkan nya. Lalu, mengapa ia ingin menikahiku yang baru saja di temuinya beberapa jam lalu dengan segala latar belakang ku yang bagaikan langit dan bumi dengannya?" batin Sarah. Ia merasa ada yang janggal dengan pernikahan nya."Sarah, jangan bengong begitu!" Panggilan dari ayahnya membuat Sarah tersadar dari lamunan. "Iya ayah," jawab Sarah. "Ayo bantu ayah berdiri. Sepertinya ayah kelamaan duduk," terang sang ayah."Apa ayah sungguh akan menikahkan aku dengan pria itu?, ayah tega sekali. Jangankan Sarah mencintainya, Sarah bahkan belum mengenalnya Dengan baik," ucap Sarah dengan wajah cemberut. Meskipun begitu, ia tetap memapah ayahnya masuk ke dalam rumah."Sudahlah Sarah, ayah sudah memberikan kesempatan kepada mu dan kekasih mu itu, tapi lihat sekarang kenyataannya. Keputusan sudah di ambil. Sudah, ayah lelah, ingin istirahat," jawab sang ayah membuat Sarah terdiam. Ia pun mengantarkan ayahnya menuju kamar tidur.****Keesokan harinya, Sarah bekerja seperti biasanya. Mengantarkan makanan ke pungunjung Cafe."Sarah?" Panggilan seorang pria yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Sarah, membuat Sarah terkejut."Kenapa ia harus menemuiku lagi?" lirih Sarah."Kenapa dia harus menemui ku lagi?" lirih Sarah.Pria itu semakin mendekat ke arah Sarah dan berkata, "beri aku waktu Sarah, sebentar saja!" Melihat Reza memohon dengan sangat, membuat Sarah tidak tega."Sepertinya sekarang aku sudah siap, kasihan sekali Reza harus memohon kepadaku setiap hari. Lagipula, Reza harus tahu kalau aku akan segera menikah," batin Sarah dalam hati."Baiklah Reza, Kebetulan sekali sekarang waktunya makan siang. Silahkan apa yang ingin kamu katakan," ucap Sarah. Ia pun mengajak Reza keluar dari area cafe karena takut mengganggu kenyamanan pengunjung cafe.Reza pun menjelaskan bahwa ia terpaksa melakukannya karena tuntunan mahar dari ayah Sarah yang begitu sangat besar untuknya."Aku mohon Sarah, maafkan aku!. Aku melakukan semua ini untuk kita, supaya kita bisa cepat menikah," ucap Reza. Ia begitu sangat berharap Sarah bisa kembali lagi padanya.Mendengar itu, Sarah memalingkan wajahnya ke arah lain berusaha menyembunyikan air matanya yang perlahan menetes. Ia pun berkata, "Za, aku sudah memaafkan mu. Aku pun tahu, betapa sangat kamu mencintai ku dan kamu pun pasti tahu bagaimana perasaan ku pada mu. Seharusnya kamu jujur pada ku!. Kita bisa mencari solusinya sama sama. Tapi, kamu malah memilih jalan... sepertinya semuanya sudah terlambat Za, satu minggu lagi aku akan menikah, aku tidak punya alasan lagi untuk menentang ayah. Aku benar benar minta maaf Za. Semoga kamu bisa bertemu dengan wanita yang lebih baik dariku!" Setelah Sarah mengatakan semuanya Sarah langsung pergi tanpa menoleh lagi ke arah Reza.Sungguh!. empat tahun bukanlah waktu yang sebentar. meskipun hubungan yang mereka jalani adalah LDR. Tapi tetap saja, benih cinta dihati mereka tertanam begitu kuat. Karena itu, perpisahan ini begitu sangat berat untuk keduanya."Sungguh aku tidak menyangka, bahwa akan berakhir dengan sia-sia, setelah aku menganggap cinta yang kita miliki luar biasa," jerit Sarah dalam hati.****"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah."aku baik-baik aja," jawab Raina."Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun."Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.Tok. Tok. Tok."Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam."Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh."Baik pak, kalau
"Sekarang kamu jaga Lyla selama saya mengemudi," ucap Al seraya memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Sarah tahu bahwa dirinya sangat gugup saat kepergok Syla tengah menatap dan mengagumi kecantikan Sarah."Sebenarnya aku kesini untuk mengantar makanan, atau jadi pengasuh?. Untung anaknya lucu," gumam Sarah. Ia pun segera menggendong Lyla. "Duduk di depan! Kamu kira saya ini sopir kamu?," hardik Al saat Sarah hendak membuka pintu mobil belakang. Karena tidak mau memperpanjang urusan, Sarah pun langsung menuruti perintah Al untuk duduk di depan.Mobil yang di kendarai Al pun melaju membelah jalanan kota."Lyla kok manggil ke ayahnya om, kenapa?" bisik Sarah tepat di telinga Lyla. Ia harap-harap cemas Al akan mendengarnya."Karena, om itu bukan papa Lyla. Tapi, adiknya mama Lyla," jawab Lyla. "Iya kan om?" tanyanya kemudian kepada Al. Sedangkan ia tengah sibuk dengan mainannya."Aduh Lyla," lirih Sarah seraya wajahnya segera beralih menatap jendela."Benar. Mama sama papa Lyla sekarang
"Harga di bandrol ini hanya untuk satu baju. Dan baju ini terbilang dengan harga paling rendah. Bagaimana kamu tidak mengetahuinya?, wanita seperti apa sebenarnya yang akan di nikahi Al?" tanya Audy. Ia melihat Sarah dengan tatapan menyelidik serta merendahkan."Saya hanya ingin bertanya, nona!. Kenapa anda berbicara seperti itu tentang saya?" tanya Sarah heran dengan apa yang barusan Audy sampaikan."Sejak kamu datang ke butik saya bersama Al, saya memang sudah menduga bahwa kamu itu hanya wanita udik, kampungan dan tidak tahu diri.. Tapi lihatlah kenyataannya, kamu bahkan lebih parah dari yang saya duga!" Audy malah semakin merendahkan Sarah secara terang-terangan."Tapi setidaknya, wanita udik ini punya mulut yang terdidik hingga tidak mudah untuk mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti orang lain!" timpal Sarah. Setelah itu ia pergi dari hadapan Audy.Melihat kepergian Sarah, seketika Audy panik. Bagaimanapun ia akan mendapatkan banyak keuntungan jika Al membeli baju pengantin d
"Kemana motor yang ku bawa tadi, perasaan di sini?!" Sarah seketika menjadi sangat panik sekaligus bingung saat menyadari motor milik cafe yang di tinggalkannya tidak ada di tempat semula. Sarah memang membiarkannya tergeletak begitu saja di luar gerbang. Tapi, ini komplek elit, pengawasannya sangat ketat tidak mungkin rasanya ada orang yang datang ke sini untuk mencuri.Al mengerti apa yang membuat Sarah kebingungan. Al pun segera menghampirinya dan berucap, " tadi manager kamu menelpon saya pas kita di butik, katanya motornya mau di pake makannya di ambil. Saya minta maaf karena lupa menyampaikannya sama kamu," jelas Al. Kemudian ia melajukan kembali mobil nya memasuki pekarangan rumah.Sarah segera mengejar mobil Al, "Huuh, padahal cuma lewat gerbang doang, tapi kok rasanya cape, ya!" keluh Sarah begitu ia sampai di samping mobil Al."Kenapa kamu mengikuti saya lagi?, bukankah urusan kita hari ini sudah selesai ?" "Tapi kan pak, motor yang saya tadi gunakan sudah tidak ada. Ini se
Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla."Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya."Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi."Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara."Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati."Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap."Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, ka
"Beneran pak?" tanya Sarah memastikan."Tentu saja. Apa kamu lihat saya sedang bercanda?" "Tidak, pak!. Kalau begitu saya pamit mau segera bekerja kembali," ucap Sarah seraya pamitan."Sarah untuk apa kamu bekerja?, bukankah sekarang sudah berganti sift, sudahlah Sarah lebih baik kamu segera istirahat. pulanglah," ucap pak Dito. Mendengar itu Sarah sangat bahagia.Sarah segera bersiap-siap untuk pulang. Sepanjang jalan pulang, Lyla tidak berhenti memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Ia tidak berhenti bergumam, " gak di marahi, tiba tiba jadi murid teladan, mendapat bonus, bahkan di suruh isirahat."****Benar saja apa yang di katakan Al. sehari sebelum pernikahannya dan Al, sebuah mobil datang mengaku bahwa ia perwakilan Al. membawa beberapa perlengkapan yang di butuhkan Sarah dan keluarganya.Waktu bergulir dengan cepat. Satu Minggu sudah berlalu dan hari ini adalah hari pernikahan Al dan Sarah. Semua persyaratan pernikahan sudah selesai. Para tamu undangan yang ingin mengha
Kini pandangan Lyla beralih menatap koper dan beberapa barang lainnya tergeletak di lantai dekat Sarah. Lalu gadis kecil itu bertanya, "ini milik siapa?" telunjuknya mengarah pada barang barang di hadapan nya. Kemudian Lyla menatap Sarah dan mbok Fatma bergantian."Ini punya kakak. Maaf ya, berantakan," jawab Sarah seraya mengambil kembali barang yang sempat ia lepaskan saat menyambut kehadiran Lyla. Sedetik kemudian..."Hole... kak Sarah tinggal disini!" teriak Lyla. Ia segera menarik tangan Sarah dan membawanya ke kamarnya."Sebentar Lyla, kakak mau menyimpan barang-barang kakak dulu" ucap Sarah. Mendengar itu Lyla langsung menganggukan kepalanya. Ia bahkan membantu Sarah membawakannya."Kakak tinggal di kamar Lyla aja, ya?" tawar Lyla yang lebih mirip sebuah perintah."Dengan senang hati," ucap Sarah seraya tersenyum hangat ke arah Lyla."Di sini masih masih banyak yang kosong, kakak boleh menggunakannya," "Terimakasih banyak Lyla," Sarah pun segera memasukkan pakaiannya dan menata
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, mbok Fatma membawa Sarah kembali ke kamar Lyla seperti perintah Al."Apa yang non lakukan hingga hampir saja terjatuh?" tanya si mbok. Ia merasa heran dengan Sarah. Pasalnya meskipun rumah ini hanya terdiri dari dua lantai. Tapi rumah ini sangat tinggi."Tuan Al meminta saya untuk mengambil syalnya yang tersangkut di pohon. Karena kurang hati-hati, jadi saya terpeleset," jawab Sarah jujur. Ia juga tidak mengerti kenapa tuan Al memintanya melakukan hal yang di luar kemampuannya sebagai seorang wanita.Mendengar itu mbok Fatma menyeritkan keningnya. Ia merasa ada yang tidak beres antara non Sarah dan tuan Al. Karena selama dua puluh tahun ia bekerja di keluarga Alexandra, ia tidak pernah di minta untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya. Semua orang di rumah ini bekerja sesuai dengan kemampuannya."Ya sudah. Non lebih baik istirahat saja, nanti mbok akan membawakan makan malam ke kamar non," ucap mbok Fatma ketika keduanya sampai di kamar Lyla