Sarah tahu betul wanita di foto itu adalah dirinya."Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa saya memintamu ke sini untuk menjadi pajangan?" suara yang berasal dari pertanyaan Al mengagetkan Sarah hingga ia tergagap."Bukan tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sarah. Ia pun segera pergi dari ruang kerja Al."Aku yakin sekali, itu adalah foto ku. Pria di foto itu juga, aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Aku yakin, foto itu adalah salah satu alasan di balik kebencian tuan Al padaku," ucap Sarah dalam hati. Ia memikirkan foto yang baru saja di lihatnya sepanjang jalan. "Sarah!" teriak Al. Pagi-pagi sekali Al sudah berteriak memanggil Sarah. Bahkan suaranya memenuhi ruang tamu. Mbok Fatma yang kebetulan sedang memotong sayuran untuk sarapan langsung menghampiri Al."Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya mbok Fatma ketika berada di hadapan Al."Maaf mbok, tolong panggilkan Sarah dan suruh ia untuk datang ke kamar saya," jawab Al. Setelah memberi pe
"Tuan?" Sarah memanggil tuannya ragu-ragu. "Apa lagi Sarah? Haruskah saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari ruangan saya?" Al sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Sungguh Al merasakan getaran aneh itu semakin menjadi kala mendengar suara Sarah. "Pintunya tuan, terkunci," lirih Sarah. Mendengar itu, Al menyugar rambutnya kasar. Sesaat kemudian, ia mengutak-atik ponselnya dan pintupun terbuka. Sarah pun segera keluar dari ruang kerja Al. *** "Ya ampu Sarah, kenapa kamu tampak berantakan sekali nak, apa yang telah tuan lakukan padamu? Apa ada yang luka?" mbok Fatma melayangkan pertanyaan beruntun ketika Sarah akan memasuki kamarnya. Ia begitu panik ketika melihat Sarah dengan keadaan yang kacau. "Sarah baik-baik saja, mbok. Sarah hanya butuh istirahat sebentar," jawab Sarah lirih dengan wajah tampak lesu. "Baiklah nak, istirahatlah. Tapi setelah kamu sarapan," tukas mbok Fatma. Ia pun segera bergegas hendak ke dapur. Tapi Sarah mencegahnya, "Tidak mbok, nanti saja
"Kamu belum juga berganti pakaian?" tanya wanita bermasker itu seraya menatap Sarah dari atas sampai bawah. "Maaf, sepertinya saya tidak bisa mengganti pakaian saya saat ini," jawab sarah. "Karena itu saya meminta bantuan mbak ini saja untuk mengantarkannya," lanjutnya lagi. "Maaf mbak, tapi saya masih banyak pekerjaan di belakang," tutur art lalu buru-buru pergi dari hadapan Sarah. "Saya mengerti, kamu tidak bisa memakai satupun pakaian yang ada di sini, kan?" tanya wanita bermasker itu lagi. "Tunggu sebentar," tukas wanita itu. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu memanggil seseorang di sebrang sana. Lalu sedikit menjauh dari arah Sarah berdiri. "Iya, buruan carikan pakaian terbaik yang cocok di padukan dengan hijab." Samar-samar Sarah masih mendengar wanita itu berbicara pada pria di sebrang sana. "Baju terbaik yang cocok di padukan dengan hijab? Apakah itu untukku?" ucap Sarah dalam hati. Tidak lama kemudian, wanita itu menutup telponnya lalu kembali menghampiri
"Permisi Pak Alvaro. Kami menemukan wanita di foto inilah yang menemui kakak ipar Anda di villa dua hari sebelum penangkapannya. Selain itu, foto wanita ini juga ditemukan di ponsel kakak Anda sebelum akhirnya mengalami kecelakaan dan koma. Kemungkinan besar, wanita ini adalah selingkuhan kakak ipar Anda!" lapor seorang pria paruh baya kepada atasannya yang jauh lebih muda."Apa yang harus saya lakukan selanjutnya, Pak?"Mendengar itu, Alvaro Alexandra hanya berdeham sebelum berkata, "Tidak ada. Silakan kembali ke pekerjaan Anda!"Sang bawahan lantas mengangguk dan pergi.Hanya saja, tak ada yang menyadari jika tatapan Alvaro tampak mendingin setelahnya.Pria itu sangat mencintai keluarganya, terutama sang kakak perempuan yang merawatnya sejak kematian orang tua mereka.Pebisnis handal itu akan menghukum siapapun yang menyakiti keluarganya--dengan tangannya sendiri!Di sisi lain, wanita di dalam foto tadi tak menyadari bahwa keselamatannya dalam ancaman karena sebuah kesalahpahaman/S
"Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" Pertanyaan pria di hadapan Sarah seketika membuat Sarah menatap tidak percaya. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi. Bahkan, untuk sekedar menjawab pun rasanya sangat sulit. Suaranya tercekat di tenggorokan. Setelah menarik nafas dan menghembuskannya berkali-kali, "Saya khawatir tuan akan kecewa. Karena itu, saya akan memberitahu tuan, bahwa saya memiliki banyak riwayat penyakit. Di antaranya..." Sarah pun membeberkan satu persatu jenis penyakit yang terkenal sangat menakutkan. Tapi pria di sampingnya, jangankan merasa takut, ia bahkan tidak memperdulikan apa yang di katakannya. Pria itu malah terlihat seperti sedang menahan tawa. "Dasar wanita aneh," batin Alvaro dalam hati. la pun segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Wanita di sampingnya benar-benar membuatnya tidak bisa menahan tawa. Seketika ia lupa bahwa baginya wanita ini adalah orang yang menyebabkan rumah tangga sang kakak hancur. Dan kemungkinan besa
Mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan, membuat Sarah menatap tak percaya. Bahkan mulutnya terbuka dan membentuk huruf 'O', saking terkejutnya. "Jadi ayah menentukan mahar yang begitu besar pada Reza tanpa seizin ku?, ayah benar benar keterlaluan!. Apa gara gara ini Reza nekat menjadi... " Sarah menggantung ucapan nya. Hampir saja ia mengatakan yang terjadi sebenarnya di antara ia dan Reza. "Menjadi apa Sarah?, ayo katakan pada ayah!" tanya sang ayah membuat Sarah gugup dan bingung. "Tidak ada," jawab Sarah terbata-bata."Ternyata namamu Sarah. Sudahlah Sarah, turuti saja apa yang dikatakan ayahmu!. Lagipula yang saya lihat tadi, sepertinya kalian sedang bermasalah. Bahkan kamu mengatakan, bahwa pria itu sudah menjadi mantan," ucap Al membuat Sarah menatap nya tak suka. Mendengar itu wajah ayah Sarah tampak berbinar. Ia pun beralih menatap Sarah untuk mencari kebenaran nya. Ia pun bertanya, "benarkah begitu, Sarah?" "Benar ayah," lirih Sarah seraya menunduk."Wah ternyata p
"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah."aku baik-baik aja," jawab Raina."Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun."Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.Tok. Tok. Tok."Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam."Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh."Baik pak, kalau
"Sekarang kamu jaga Lyla selama saya mengemudi," ucap Al seraya memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Sarah tahu bahwa dirinya sangat gugup saat kepergok Syla tengah menatap dan mengagumi kecantikan Sarah."Sebenarnya aku kesini untuk mengantar makanan, atau jadi pengasuh?. Untung anaknya lucu," gumam Sarah. Ia pun segera menggendong Lyla. "Duduk di depan! Kamu kira saya ini sopir kamu?," hardik Al saat Sarah hendak membuka pintu mobil belakang. Karena tidak mau memperpanjang urusan, Sarah pun langsung menuruti perintah Al untuk duduk di depan.Mobil yang di kendarai Al pun melaju membelah jalanan kota."Lyla kok manggil ke ayahnya om, kenapa?" bisik Sarah tepat di telinga Lyla. Ia harap-harap cemas Al akan mendengarnya."Karena, om itu bukan papa Lyla. Tapi, adiknya mama Lyla," jawab Lyla. "Iya kan om?" tanyanya kemudian kepada Al. Sedangkan ia tengah sibuk dengan mainannya."Aduh Lyla," lirih Sarah seraya wajahnya segera beralih menatap jendela."Benar. Mama sama papa Lyla sekarang