"Tapi, organ tubuhmu masih berfungsi dengan baik, kan?" Pertanyaan pria di hadapan Sarah seketika membuat Sarah menatap tidak percaya. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat pasi. Bahkan, untuk sekedar menjawab pun rasanya sangat sulit. Suaranya tercekat di tenggorokan. Setelah menarik nafas dan menghembuskannya berkali-kali,
"Saya khawatir tuan akan kecewa. Karena itu, saya akan memberitahu tuan, bahwa saya memiliki banyak riwayat penyakit. Di antaranya..." Sarah pun membeberkan satu persatu jenis penyakit yang terkenal sangat menakutkan. Tapi pria di sampingnya, jangankan merasa takut, ia bahkan tidak memperdulikan apa yang di katakannya. Pria itu malah terlihat seperti sedang menahan tawa."Dasar wanita aneh," batin Alvaro dalam hati. la pun segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Wanita di sampingnya benar-benar membuatnya tidak bisa menahan tawa. Seketika ia lupa bahwa baginya wanita ini adalah orang yang menyebabkan rumah tangga sang kakak hancur. Dan kemungkinan besar, karena wanita ini juga, kakaknya mengalami kecelakaan hingga koma.Sarah merasa sangat kesal, ternyata apa yang di sampaikannya hanya di tanggapi dengan kekehan pelan sang pria. Karena merasa lelah, Sarah pun berhenti bicara dengan sendirinya.Setelah beberapa saat keduanya terdiam, Alvaro pun memecah keheningan dengan bertanya, "Apakah pria tadi pacar mu?""Lebih tepatnya mantan," jawab Sarah lesu. Ia tampak menghela nafas."Sebenarnya meskipun tuan menjual saya, tidak akan ada orang yang menangisi saya. Hanya saja, ayah akan mencari saya karena tidak ada lagi yang bisa memberikannya uang. Meskipun begitu, saya sangat menyayanginya. Saya ingin menemaninya dan menjaganya di masa tuanya. Karena, ayah adalah satu-satunya keluarga yang saya punya," ungkap Sarah. Akhirnya Sarah mengatakan apa yang paling di khawatirkannya, andai saja ia sampai di jual. Air mata menetes dari mata indahnya yang beriris cokelat.Melihat itu, bukannya merasa kasihan, Alvaro malah terlihat heran dan tampak menahan amarah di wajahnya. Ia pun bertanya, "Jika kamu tahu betul bagaimana rasanya saat terpisah dengan orang tercinta, lalu bagaimana bisa kamu tega menghancurkan hidup wanita lain?" Alvaro mengerem mobilnya mendadak. Ia berkata dengan nada menekan di setiap kalimat yang di ucapkannya. Pandangannya beralih menatap Sarah dengan tatapan tajam."Apa maksud tuan?, saya benar benar tidak mengerti." Sarah bertanya dengan terbata-bata. Ia benar-benat merasa takut akan tatapan nyalang pria di hadapannya.Melihat wanita di depannya ketakutan, Alvaro menghebuskan nafas kasar lalu ia kembali menatap jalanan dan melajukan mobilnya.Setelah beberapa saat terdiam dan emosinya kembali mereda, ia kembali membuka suara dengan nada yang lebih bersahabat. "Tunjukan dimana rumahmu?" tanya Alvaro. Dan ia pun mengikuti arah yang di tunjuk Sarah. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di depan sebuah kontrakan kecil. Terlihat di teras seorang pria paruh baya sedang menikmati kopinya. Dan pria paruh baya itu adalah ayah Sarah, Adit Nazili."Tumben sekali, nak Kamu jam segini sudah pulang. Dan siapa pria yang ada di belakangmu?" tanya sang ayah. Dan pertanyaan itu membuat Sarah heran dengan apa yang ayahnya tanyakan. Ia pun bertanya, "Pria mana yang ayah maksud?" Ayah Sarah menjawab nya dengan memberi isyarat melalui tatapan matanya."Ya ampun tuan, ngapain tuan ikut turun? Saya kan tidak menawari tuan untuk mampir. Terimakasih telah mengantarkan saya, sekarang silahkan kembali ke mobil anda dan segeralah pulang!" Sarah mencoba mengusir sang pria dengan halus."Kamu mengusir saya? Seperti inikah kamu memperlakukan tamu, hmm? Tapi, sepertinya ayah kamu menyukai saya," ucap Alvaro seraya berjalan melewati Sarah dan langsung mendekati pak Adit. Pak Adit pun menyambut nya dengan baik dan mempersilahkan nya untuk duduk. Setelah itu, pak Adit meminta Sarah untuk membuatkan tamunya minum."Tidak perlu repot-repot, pak. Saya akan langsung mengatakan intinya saja. Begini, saya akan memberikan anda uang seratus juta jika anda bersedia untuk menikahkan putri anda dengan saya, bagaimana?" tanya Alvaro seraya meletakan selembar cek di depan pak Adit membuat mata pak Adit seketika membulat sempurna. Ia tak percaya putrinya pulang dengan membawa keberuntungan yang luar biasa. Tapi, bukan pak Adit namanya jika ia bisa merasa puas atas apa yang di berikan orang lain padanya.Ia tampak berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian ia pun berkata, "1 M bagaimana?" Pak Adit mencoba benegosiasi."Hmmm. Jika saya mau, saya bisa mengambil putri anda tanpa memberikan uang sepeser pun pada anda. Tapi, saya ingin menghargai anda sebagai orang tua yang telah membesarkan putrinya. Meskipun pada akhirnya, putri anda berakhir tidak... " Alvaro menggantung ucapannya, "lima ratus juta, final!" sambung Al. Mendengar penuturan pria di depannya membuat pak Adit gentar. Tanpa berfikir panjang ia pun langsung menyetujuinya.Sarah ternyata sudah selesai membuatkan minum, dan kini ia tengah terpaku di pintu setelah baru saja mendengar apa yang di bicarakan dua pria di hadapannya. "Apa ini semua, ayah ingin menjualku?" tanya Sarah dengan suara menggebu gebu. Tubuhnya bergetar. Hingga gelas yang ada di tangannya hampir saja jatuh, tapi untungnya Al berhasil menahannya.Melihat Sarah hampir saja tumbang, sang ayah langsung membantu putrinya untuk duduk. "Duduklah, nak," ucapnya.Setelah melihat Sarah lebih tenang, ia pun kembali berkata, "Menikahlah dengannya Sarah. Ia adalah pria kaya, hidupmu pasti akan terjamin dan bahagia. Lihatlah olehmu, dalam sekejap mata ia memberikan ayah uang sebanyak ini. Karena selama ini, uang gajimu hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sudahlah, dengarkan ucapan ayah. Daripada kamu menikah dengan pacarmu yang kere itu, diminta mahar dua ratus juta saja, sampai sekarang batang hidungnya pun belum muncul. Ayah jamin, pasti tuh anak nyerah!""Apa maksud yang ayah katakan?" tanya Sarah menatap ayahnya penuh tanda tanya dan rasa tidak percaya.Mendengar apa yang baru saja ayahnya katakan, membuat Sarah menatap tak percaya. Bahkan mulutnya terbuka dan membentuk huruf 'O', saking terkejutnya. "Jadi ayah menentukan mahar yang begitu besar pada Reza tanpa seizin ku?, ayah benar benar keterlaluan!. Apa gara gara ini Reza nekat menjadi... " Sarah menggantung ucapan nya. Hampir saja ia mengatakan yang terjadi sebenarnya di antara ia dan Reza. "Menjadi apa Sarah?, ayo katakan pada ayah!" tanya sang ayah membuat Sarah gugup dan bingung. "Tidak ada," jawab Sarah terbata-bata."Ternyata namamu Sarah. Sudahlah Sarah, turuti saja apa yang dikatakan ayahmu!. Lagipula yang saya lihat tadi, sepertinya kalian sedang bermasalah. Bahkan kamu mengatakan, bahwa pria itu sudah menjadi mantan," ucap Al membuat Sarah menatap nya tak suka. Mendengar itu wajah ayah Sarah tampak berbinar. Ia pun beralih menatap Sarah untuk mencari kebenaran nya. Ia pun bertanya, "benarkah begitu, Sarah?" "Benar ayah," lirih Sarah seraya menunduk."Wah ternyata p
"Rah, di panggil sama pak Dito," ucap Sinta ketika keduanya berpapasan. Tanpa sengaja Sinta melihat wajah Sarah tampak sembab. Seketika ia merasa khawatir. "Kamu abis nangis, Rah?" tanya nya seraya menatap lekat wajah Sarah."aku baik-baik aja," jawab Raina."Andai saja pak Dito mengizinkan, aku pasti akan menggantikan mu, Rah. Tapi kata pak Dito, costumer VVIP ingin kamu langsung yang mengantarkan nya," tutur Sinta. Ia sangat khawatir sama temannya. Tapi, ia tak punya kuasa atas apapun."Tidak apa-apa Sin. Kalau begitu akun ke sana dulu," pamit Sarah. Ia pun segera pergi menuju ruangan pak Dito.Tok. Tok. Tok."Masuk," sahut seorang pria dari arah dalam."Kamu antarkan makanan ini ke alamat ini, dan ingat! jangan sampai ada yang salah. Ini adalah pelanggan VVIP kita, ucap sang manager memperingatkan seraya meletakkan secarik berisi alamat pelanggan.Bukan tanpa sebab sang manager sangat merasa khawatir, karena ia tahu betul karyawannya yang satu ini sedikit ceroboh."Baik pak, kalau
"Sekarang kamu jaga Lyla selama saya mengemudi," ucap Al seraya memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Sarah tahu bahwa dirinya sangat gugup saat kepergok Syla tengah menatap dan mengagumi kecantikan Sarah."Sebenarnya aku kesini untuk mengantar makanan, atau jadi pengasuh?. Untung anaknya lucu," gumam Sarah. Ia pun segera menggendong Lyla. "Duduk di depan! Kamu kira saya ini sopir kamu?," hardik Al saat Sarah hendak membuka pintu mobil belakang. Karena tidak mau memperpanjang urusan, Sarah pun langsung menuruti perintah Al untuk duduk di depan.Mobil yang di kendarai Al pun melaju membelah jalanan kota."Lyla kok manggil ke ayahnya om, kenapa?" bisik Sarah tepat di telinga Lyla. Ia harap-harap cemas Al akan mendengarnya."Karena, om itu bukan papa Lyla. Tapi, adiknya mama Lyla," jawab Lyla. "Iya kan om?" tanyanya kemudian kepada Al. Sedangkan ia tengah sibuk dengan mainannya."Aduh Lyla," lirih Sarah seraya wajahnya segera beralih menatap jendela."Benar. Mama sama papa Lyla sekarang
"Harga di bandrol ini hanya untuk satu baju. Dan baju ini terbilang dengan harga paling rendah. Bagaimana kamu tidak mengetahuinya?, wanita seperti apa sebenarnya yang akan di nikahi Al?" tanya Audy. Ia melihat Sarah dengan tatapan menyelidik serta merendahkan."Saya hanya ingin bertanya, nona!. Kenapa anda berbicara seperti itu tentang saya?" tanya Sarah heran dengan apa yang barusan Audy sampaikan."Sejak kamu datang ke butik saya bersama Al, saya memang sudah menduga bahwa kamu itu hanya wanita udik, kampungan dan tidak tahu diri.. Tapi lihatlah kenyataannya, kamu bahkan lebih parah dari yang saya duga!" Audy malah semakin merendahkan Sarah secara terang-terangan."Tapi setidaknya, wanita udik ini punya mulut yang terdidik hingga tidak mudah untuk mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti orang lain!" timpal Sarah. Setelah itu ia pergi dari hadapan Audy.Melihat kepergian Sarah, seketika Audy panik. Bagaimanapun ia akan mendapatkan banyak keuntungan jika Al membeli baju pengantin d
"Kemana motor yang ku bawa tadi, perasaan di sini?!" Sarah seketika menjadi sangat panik sekaligus bingung saat menyadari motor milik cafe yang di tinggalkannya tidak ada di tempat semula. Sarah memang membiarkannya tergeletak begitu saja di luar gerbang. Tapi, ini komplek elit, pengawasannya sangat ketat tidak mungkin rasanya ada orang yang datang ke sini untuk mencuri.Al mengerti apa yang membuat Sarah kebingungan. Al pun segera menghampirinya dan berucap, " tadi manager kamu menelpon saya pas kita di butik, katanya motornya mau di pake makannya di ambil. Saya minta maaf karena lupa menyampaikannya sama kamu," jelas Al. Kemudian ia melajukan kembali mobil nya memasuki pekarangan rumah.Sarah segera mengejar mobil Al, "Huuh, padahal cuma lewat gerbang doang, tapi kok rasanya cape, ya!" keluh Sarah begitu ia sampai di samping mobil Al."Kenapa kamu mengikuti saya lagi?, bukankah urusan kita hari ini sudah selesai ?" "Tapi kan pak, motor yang saya tadi gunakan sudah tidak ada. Ini se
Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla."Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya."Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi."Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara."Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati."Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap."Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, ka
"Beneran pak?" tanya Sarah memastikan."Tentu saja. Apa kamu lihat saya sedang bercanda?" "Tidak, pak!. Kalau begitu saya pamit mau segera bekerja kembali," ucap Sarah seraya pamitan."Sarah untuk apa kamu bekerja?, bukankah sekarang sudah berganti sift, sudahlah Sarah lebih baik kamu segera istirahat. pulanglah," ucap pak Dito. Mendengar itu Sarah sangat bahagia.Sarah segera bersiap-siap untuk pulang. Sepanjang jalan pulang, Lyla tidak berhenti memikirkan apa yang barusan terjadi padanya. Ia tidak berhenti bergumam, " gak di marahi, tiba tiba jadi murid teladan, mendapat bonus, bahkan di suruh isirahat."****Benar saja apa yang di katakan Al. sehari sebelum pernikahannya dan Al, sebuah mobil datang mengaku bahwa ia perwakilan Al. membawa beberapa perlengkapan yang di butuhkan Sarah dan keluarganya.Waktu bergulir dengan cepat. Satu Minggu sudah berlalu dan hari ini adalah hari pernikahan Al dan Sarah. Semua persyaratan pernikahan sudah selesai. Para tamu undangan yang ingin mengha
Kini pandangan Lyla beralih menatap koper dan beberapa barang lainnya tergeletak di lantai dekat Sarah. Lalu gadis kecil itu bertanya, "ini milik siapa?" telunjuknya mengarah pada barang barang di hadapan nya. Kemudian Lyla menatap Sarah dan mbok Fatma bergantian."Ini punya kakak. Maaf ya, berantakan," jawab Sarah seraya mengambil kembali barang yang sempat ia lepaskan saat menyambut kehadiran Lyla. Sedetik kemudian..."Hole... kak Sarah tinggal disini!" teriak Lyla. Ia segera menarik tangan Sarah dan membawanya ke kamarnya."Sebentar Lyla, kakak mau menyimpan barang-barang kakak dulu" ucap Sarah. Mendengar itu Lyla langsung menganggukan kepalanya. Ia bahkan membantu Sarah membawakannya."Kakak tinggal di kamar Lyla aja, ya?" tawar Lyla yang lebih mirip sebuah perintah."Dengan senang hati," ucap Sarah seraya tersenyum hangat ke arah Lyla."Di sini masih masih banyak yang kosong, kakak boleh menggunakannya," "Terimakasih banyak Lyla," Sarah pun segera memasukkan pakaiannya dan menata