Share

272

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rita berlari kencang memasuki rumah mantan besannya. Kabar mengenai Icha yang menghampiri Dea membuat wanita itu murka bukan kepayang. Tak hanya dia, Gito pun bergerak sangat beringas mengecek keadaan mantan menantunya.

"Sayang!?" pekik Rita saat memasuki kamar Dea. Raut wajah tertekuk semua, ekspresi campur aduk antara khawatir dan marah membuat siapapun enggan mengusiknya. Bahkan Nala yang sebelumnya duduk di sampi Dea segera beranjak mempersilakan Rita mengecek keadaan putrinya.

"Apa yang dilakukan dia sama kamu Nak? Jawab dengan jujur. Biar Mama yang kasih dia pelajaran lebih kejam lagi."

Emosi Gito pun tersulut karena suasana tegang di sekitarnya. "Berani-beraninya dia nongol di depan putriku! Dasar wanita tidak tau diri." Napasnya memburu bak banteng akan menyeruduk matador di arena. "Siapa yang membantu dia lolos dari dekaman penjara secepat ini. Kurang ajar!" tangan lelaki itu mengepal erat.

Rita masih sibuk meneliti setiap inci tubuh Dea. "Apa dia memberikan luka lagi Sayang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   273

    Mendengar teriakan Levi. Nala dan David berhamburan keluar menemui perangai orang yang mengajak putri mereka dinner. Ketiga orang tersebut seakan mengintimidasi Andre yang masih shock. Sorot mata penuh arti mereka lontarkan pada bujang belum genap tiga puluh tahun."Ehehe," kekeh Andre yang tak tau harus apa. Levi menyeretnya duduk."Tunggu sebentar, adikku pasti sedang bersiap," tenang lelaki itu kemudian menoleh ke arah Nala. Iya kan Ma?" Nala terdiam sejenak tetapi kesadaran langsung kembali begitu disenggol David. "I-iya Nak.""Nah. Kalau begitu suruh Adik segera keluar Ma. Kasihan Andre sudah jauh-jauh ke sini."Nala segera ke kamar Dea mengabarkan jika Andre sudah menunggunya di ruang tamu. Segala kerumitan di kepala wanita itu menghilang karena kedatangan Andre."Mas Andre?" tanya Dea terbelalak."Iya Sayang. Cepat bersiap, kasihan kalau dia menunggu terlalu lama. Di sana ada Mas Levi sama Ayah, jadi cepatlah."Astaga, aku bahkan belum mengabari Monica kalau dinnernya malam in

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   274

    Andre duduk di ruang VIP restoran yang dikhususkan untuk mereka, dikelilingi oleh keindahan yang elegan. Meja dihias indah dengan lilin menyala dan bunga segar, tetapi hatinya terasa berdebar. Malam ini, segalanya terasa tak terencana, hanya sebuah keputusan mendadak karena desakan Levi untuk menghabiskan waktu bersama Dea. Sejujurnya Andre pun sejak lama ingin melakukannya.Sudah hampir dua puluh menit Dea pergi ke kamar mandi. Jarak antara ruang makan dan kamar mandi cukup jauh. Andre yang tiba-tiba ditinggal wanita itu mulai gelisah. Dia melirik jam tangannya, berusaha menenangkan diri. “Apa dia baik-baik saja?” pikirnya. Mungkin dia terlalu terburu-buru memilih tempat ini. Andre menggigit bibirnya, teringat betapa canggungnya momen-momen awal ketika mereka bertemu. Meski mereka sudah berteman lama, ada perasaan yang terus menggelayut di hati Andre. Perasaan yang membuatnya ingin lebih, tetapi takut akan risiko yang dihadapi. Lelaki itu berusaha menyingkirkan ketidakpastian itu da

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   278

    Dea menatap Andre dengan penuh perhatian, merasakan ketulusan dalam matanya. Namun, semakin dalam dia merenungkan perasaannya, semakin jelas rasa keraguannya. Kecemasan tentang Monica menghantui pikirannya, membuatnya sulit untuk sepenuhnya membiarkan diri terjun ke dalam perasaan yang diungkapkan Andre.“Aku… aku juga ingin mengenalmu lebih dekat Mas,” jawab Dea perlahan, berusaha memilih kata-kata yang tepat. “Tapi saat ini, semuanya terasa sangat rumit.”“Rumit?” tanya Andre dengan kedua alis melekat, wajahnya menampilkan keraguan. “Apa yang membuatnya rumit? Kita hanya perlu saling terbuka.”Dea menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan pikiran. “Maksudku, kita sudah berteman lama. Mengubah itu menjadi sesuatu yang lebih bukanlah hal yang sederhana. Ditambah aku masih trauma.” Wanita itu menundukkan kepalanya dalam-dalam.Andre mengangguk. “Aku mengerti. Tapi jika kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu apa yang bisa terjadi. Aku hanya ingin memberi kamu memberiku k

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   279

    Kevin berjalan lunglai menuju pengepul barang bekas. Selama ini ia berusaha menjauhkan diri dari daerah keluarganya. Nino sempat memberikan bantuan dan modal usaha tetapi Kevin tolak karena rasa sungkan berlebih merepotkan kawannya. Kaki yang berjalan terseok kini terhenti mendadak. Seorang wanita berkaos oblong dan celana hitam berdiri memandangnya penuh kasih."Mas," panggil Icha langsung menghamburkan pelukan pada suaminya."Kenapa Mas Kevin selama ini tidak menjengukku? Mas tau nggak aku kangen banget sama Mas Kevin," ujar Icha dengan linangan air mata.Kevin melepaskan Icha dari tubuhnya. Tanpa banyak bicara, Kevin menghampiri tempat pengepul barang bekas yang ia dapatkan.Di dalam hatinya, hanya ada satu perasaan—kebencian pada dirinya sendiri. Mengapa Icha masih mencintainya? Bagi lelaki itu, cinta itu hanyalah ilusi yang tak pernah ada. Ia merasa beban berat di dadanya, tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan betapa ia merasa hampa."Mas, tolong jangan seperti ini," suara Icha

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   280

    Icha mengikuti Kevin yang menelusuri jalanan di pinggir kota. Lelaki itu sesekali berhenti di tong sampah mencari barang bekas yang bisa ia angkut. Perlahan Icha melakukan hal yang sama. Jika keluarganya tidak dipenjara, mungkin wanita itu akan sangat jijik mengambil barang yang ada di tempat pembuangan. Tetapi selama berada di lapas, ia terpaksa membiasakan diri dengan kotoran. Hampir setiap waktu ia diperintah untuk menggosok toilet, mengumpulkan sampah, membersihkan ruangan terbengkalai, dan banyak lagi. Pembiasaan itu membuat rasa jijiknya terhempas dan lebih tegar saat berada di lingkungan kumuh.Matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya oranye yang meremang. Icha menundukkan kepala, berusaha menyamarkan air mata yang mulai menggenang. Ia merasa kesedihan membebani dadanya, tetapi di saat yang sama, melihat Kevin yang begitu keras berjuang untuk bertahan membuatnya tak ingin mundur. "Mas, ayo kita lakukan ini bersama," katanya dengan suara bergetar, mencoba membangkitkan seman

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   281

    Monica menemui Dea, setelah semalam diminta melakukan beberapa operasi. Tubuh wanita itu sangat lemas, lelah akibat prosedur yang menyita energi dan emosinya. Namun pesan yang dikirimkan kawannya membuat ia tak bisa menahan diri. Hari ini ia terpaksa ke sekolah tempat Dea bekerja. Setibanya di sekolah, suasana terasa tegang. Monica melihat murid-murid berlarian, dan suara tawa mereka membuatnya tersenyum sejenak, tetapi pikirannya segera kembali kepada Dea. "Apa Dea masih mengajar. Aku sudah menunggunya 30 menit, rasanya tubuhku semakin lemas," keluh Monica. Netra wanita itu segera menangkap siluet orang yang dicarinya."Monica," panggil Dea yang menghampiri dokter bedah tersebut dengan tawa riang. "Ya ampun Mon. Semalam aku kelabakan banget ngehubungi kamu."Monica tersenyum kecut karena ada perasaan bersalah membuat temannya repot. "Maaf. Semalam aku melakukan beberapa prosedur operasi pasien, jadi tidak bisa membalas pesan dan teleponmu.""It's okay. Tapi..." Dea merenung memikirk

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   282

    Icha termenung karena hari semakin larut dan tak ada tanda-tanda Kevin akan pulang. Wanita itu bahkan harus menggosok lengannya agar tidak kedinginan. Suaminya masih sibuk menata gelas plastik yang mereka dapatkan sedemikian rupa agar tertata rapi di karung. Kulit kusam, bibir pecah-pecah, dan jambang lebat membuat tampilan Kevin berantakan. "Mas nggak pulang? Ini udah malam loh," ingat Icha. "Pulang kemana?" Kevin menatap istrinya dengan datar. Lelaki itu memilih untuk membiarkan Icha bersamanya, karena ia tau jika wanita itu sangat keras kepala. Jadi percuma kalau ia mendebatnya. Apalagi ia sempat membatin, aku yakin dalam beberapa jam dia akan menyerah dan berhenti menggangguku."Rumah?" Alis Icha terangkat sangat tinggi beserta senyum manis. Sedangkan salah satu sudut bibir Kevin terangkat. "Mana ada rumah? Aku ini gelandangan Cha, jadi jangan harap punya tempat berteduh apalagi rumah." Icha terdiam sejenak, kemudian ia menghela napas panjang. Pengakuan Kevin membuat hati wani

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   283

    Dea yang baru sampai rumah langsung merebahkan diri di ranjang. Kamarnya yang selalu rapi dan dingin membuat ia perlahan tertidur. Namun tiba-tiba ia terperanjat karena mimpi di kejar Monica. Napas wanita itu terengah sampai keringan dingin bercucuran di dahinya."Astaghfirullahaladzim, kenapa aku mimpi seperti itu," keluhnya mengatur kesadaran.Apa gara-gara aku menyembunyikan soal Mas Andre yang ingin mengenalku lebih dekat ya? batin Dea risau.Sejujurnya aku takut jika Monica akan membenciku. Kemungkinan tanpa sadar rasa bersalahku sampai ke alam mimpi. Semoga saja pilihanku buat nggak bilang Andre mengakui perasaannya ke aku adalah hal yang tepat, harap Dea masih dalam hati. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 18.00 WIB, ini waktu untuk menunaikan ibadah."Sayang, Mama masuk ya?" izin Nala setelah mengetuk pintu beberapa kali. Dea yang akan mandi kembali mengurungkan niatnya, lantas menjawab. "Iya Ma.""Eh, kok belum ganti baju?" kaget Nala yang baru masuk ke kamar putrinya.

Bab terbaru

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   337 END

    "Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   336

    “Waalaikumsalam,” jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.“Kamu baru pulang?” tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.” Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.“Aku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?” keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   335

    Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.“Kamu cantik,” komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.“Kamu yakin mereka akan senang?” tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. “Ayah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.”Dea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   334

    Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.“Welcome home, Pak Andre, Bu Dea,” sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.“Terima kasih,” jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. “Kamu capek? Mau langsung istirahat?”Dea mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.”Andre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. “Kamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.”Wanita itu hanya tertawa kecil. “Nggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.”Andre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   333

    Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   332

    Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, “Aku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!”“Icha, aku tahu aku salah,” Kevin berkata dengan nada putus asa. “Tapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-”Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, “Kita pergi dari sini, Nak. Kita tid

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   331

    Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.“Mas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,” Zahra berbisik pelan. “Kehadiranku hanya memperburuk keadaan.”Kevin menoleh, pandangannya gelap. “Zahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.”Sebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.“Cha, tunggu!” Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.“Jangan sentuh aku, Kevin!” seru Icha dengan air mata yang masih me

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   330

    Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.“Apa?!” jerit Icha dengan suara yang pecah. “Kamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!”Pria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. “Cha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-”“JELASKAN APA?!” potong Icha dengan teriakan melengking. “Kamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!”Zahra yang berdiri di sampi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   329

    Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.“Kamu?!” seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.“Iya, Mbak Icha,” jawab Zahra pelan. “Saya diminta Mas Kevin datang.”"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. “Mas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!”“Cha, tenang dulu. Aku cuma—”“Tenang?!” potong Icha tajam. “Kamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-”“Saya cuma apa, Mbak?” Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. “Kalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng

DMCA.com Protection Status