Share

282

Author: Dentik
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Icha termenung karena hari semakin larut dan tak ada tanda-tanda Kevin akan pulang. Wanita itu bahkan harus menggosok lengannya agar tidak kedinginan. Suaminya masih sibuk menata gelas plastik yang mereka dapatkan sedemikian rupa agar tertata rapi di karung. Kulit kusam, bibir pecah-pecah, dan jambang lebat membuat tampilan Kevin berantakan.

"Mas nggak pulang? Ini udah malam loh," ingat Icha.

"Pulang kemana?" Kevin menatap istrinya dengan datar. Lelaki itu memilih untuk membiarkan Icha bersamanya, karena ia tau jika wanita itu sangat keras kepala. Jadi percuma kalau ia mendebatnya.

Apalagi ia sempat membatin, aku yakin dalam beberapa jam dia akan menyerah dan berhenti menggangguku.

"Rumah?" Alis Icha terangkat sangat tinggi beserta senyum manis. Sedangkan salah satu sudut bibir Kevin terangkat. "Mana ada rumah? Aku ini gelandangan Cha, jadi jangan harap punya tempat berteduh apalagi rumah."

Icha terdiam sejenak, kemudian ia menghela napas panjang. Pengakuan Kevin membuat hati wani
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   283

    Dea yang baru sampai rumah langsung merebahkan diri di ranjang. Kamarnya yang selalu rapi dan dingin membuat ia perlahan tertidur. Namun tiba-tiba ia terperanjat karena mimpi di kejar Monica. Napas wanita itu terengah sampai keringan dingin bercucuran di dahinya."Astaghfirullahaladzim, kenapa aku mimpi seperti itu," keluhnya mengatur kesadaran.Apa gara-gara aku menyembunyikan soal Mas Andre yang ingin mengenalku lebih dekat ya? batin Dea risau.Sejujurnya aku takut jika Monica akan membenciku. Kemungkinan tanpa sadar rasa bersalahku sampai ke alam mimpi. Semoga saja pilihanku buat nggak bilang Andre mengakui perasaannya ke aku adalah hal yang tepat, harap Dea masih dalam hati. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 18.00 WIB, ini waktu untuk menunaikan ibadah."Sayang, Mama masuk ya?" izin Nala setelah mengetuk pintu beberapa kali. Dea yang akan mandi kembali mengurungkan niatnya, lantas menjawab. "Iya Ma.""Eh, kok belum ganti baju?" kaget Nala yang baru masuk ke kamar putrinya.

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   284

    Dea duduk diam di tepi ranjang, tatapannya terpaku pada ponsel di tangannya. Jari-jarinya bergerak di atas layar, tetapi ia ragu-ragu untuk mengetik balasan. Kegelisahan yang tadi hanya berputar di pikirannya, kini berubah menjadi beban nyata yang semakin berat."Aku harus jawab apa?" bisiknya pada diri sendiri. Kepalanya terasa penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia bisa saja menceritakan segalanya, jujur tentang Andre dan perasaannya, tapi ia tahu risiko yang akan ditimbulkan. Persahabatannya dengan Monica bisa hancur. Namun, jika ia terus menyimpan rahasia ini, ketegangan di antara mereka mungkin akan semakin memburuk. Monica terlalu peka untuk tidak menyadari ada yang salah.Pikiran Dea terus berputar-putar, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menarik napas panjang dan mengetik sesuatu yang sederhana:"Aku baik-baik aja, Mon. Mungkin cuma lagi capek belakangan ini. Kita ketemu nanti ya, biar bisa ngobrol lebih enak."Dea menekan tombol kirim, merasa lega dan sekaligus cemas. Ia be

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   285

    Suasana makan malam yang sebelumnya hangat dan nyaman tiba-tiba berubah ketika Dea melontarkan pertanyaan itu. Semua mata tertuju padanya, dan untuk beberapa detik, keheningan merambat di ruangan. Levi yang sedang menyesap es teh manis, menghentikan gerakan tangannya, menatap Dea dengan kening berkerut."Mas Andre?" tanya Levi perlahan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Dea merasa gugup, tetapi ia mencoba untuk tetap tenang. "Iya, Mas Andre. Mas Levi kan bilang minggu lalu dia ada di luar kota, tapi tiba-tiba kemarin dia muncul dan kita dinner bareng," Dea menjelaskan dengan senyum tipis, berharap suasana kembali normal. Namun dari cara Levi memandangnya, ia tahu ada sesuatu yang tak beres.Nala yang duduk di seberang meja, menatap Dea dengan pandangan khawatir. "Sayang, kamu ada apa dengan Mas Andre? Kenapa mendadak nanya soal dinner?" Sikap putrinya hari ini sedikit membuatnya risau jadi mulutnya sulit dikontrol.Dea terdiam sejenak, merasakan tatapan seluruh keluarganya yang

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   286

    Setelah perdebatan cukup panjang dengan Kevin, Icha akhirnya memenangkan argument dan mereka mencari kost murah untuk ditempati. Untungnya Icha memiliki beberapa lembar uang yang bisa untuk menyewa sepetak kamar. Kevin yang memiliki gengsi tinggi memilih keluar hingga menjelang pagi."Mas Kevin ke mana saja? Dari semalam aku nungguin kamu loh," kesal Icha sembari bertolak pinggang menghampiri suaminya yang menata gelas kosong. Lelaki yang memilih jadi pemulung itu diam seribu bahasa."Nih nasi bungkus. Makan ya Mas," pinta wanita itu penuh kasih. Kevin tak menggubrinya dan sibuk dengan setumpuk gelas plastik di depannya. "Jangan lupa di makan. Hari ini aku mau menemui Papa. Jadi tidak bisa bantu Mas Kevin cari barang bekas. Kalau ngantuk tidur di kos ya Mas. Kuncinya ada di bawah pot kuning depan kos."Icha menarik tangan suaminya kemudian menciumnya penuh kasih. "Adik berangkat dulu. Mas semangat kerjanya," ucapnya dengan riang.Kevin hanya memperhatikan istrinya dalam diam, perasaan

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   287

    Icha tiba di lapas dengan perasaan campur aduk. Hatinya berdebar tak menentu saat berjalan melewati gerbang besi yang besar dan suram. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Seno. Meski sudah legowo menerima nasib hidup yang berubah drastis, pertemuan dengan Seno selalu membawa kenangan pahit yang sulit diabaikan. Bagaimanapun, Seno adalah simbol dari masa lalunya yang penuh glamor, tetapi juga kelam.Icha menghela napas panjang sebelum masuk ke ruang kunjungan. Suara gemerisik langkah sepatunya bergema di sepanjang lorong sempit. Pikirannya terhuyung-huyung antara harapan dan kekhawatiran.Bagaimana reaksi Papa saat bertemu denganku? Apakah akan marah, kecewa, atau justru bersikap acuh seperti terakhir kali bertemu?Di ruang kunjungan, Seno sudah menunggunya di balik kaca pembatas. Wajahnya terlihat lebih tua dari yang terakhir kali wanita itu lihat. Guratan-guratan di wajahnya semakin dalam, dan rambutnya yang dulu selalu tersisir rapi kini terlihat acak-acakan. Namun sorot matanya masi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   288

    Icha bergegas ke alamat yang ditunjukkan Papanya. Seno yang berada di balik jeruji ternyata menyisihkan sebagian hartanya di seseorang. Dan orang itu adalah Paijo, seorang kakek tua yang setiap tahun Seno jenguk. Pria tua itu sudah dianggap seperti ayah sendiri oleh Papa Icha. Hal ini karena kedua orangtua Icha adalah anak panti asuhan yang tidak tau apakah memiliki keluarga sedarah atau tidak. "Datanglah ke Mbak Paijo. Minta sesuatu yang Papa titipkan ke Mbah Paijo. Setelah mendapatkannya, datang ke sini lagi Nak," ucap Seno yang masih di dalam lapas.Pada akhirnya Icha sampai di gubuk tua pinggir kota. Ini berjarak 15 menit dari kost-kost an yang ia tempati saat ini.Icha berdiri di depan gubuk tua itu, jantungnya berdegup kencang. Tempat ini jauh dari ekspetasi yang ia bayangkan. Sederhana dan kumuh, bertolak belakang dengan masa lalu gemerlap yang pernah ia jalani bersama keluarganya. Namun, di sini, di tempat yang tampak usang dan hampir rapuh oleh waktu, tersimpan sebagian dari

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   289

    Icha terkejut mendengar syarat yang disebutkan Paijo. Surat nikah? Ia dan Kevin memang menikah, tapi pernikahan mereka hanya dilakukan secara agama dan belum pernah diresmikan melalui surat nikah sipil. Perasaan bingung dan panik mulai merayap di benaknya. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi syarat itu? Kevin dengan segala gengsi dan kemurkaannya, pasti sulit diajak melakukan hal seperti itu. Terlebih lagi, mereka sedang hidup di tengah kesulitan. Kevin pun merasa terpojok dan tak berdaya."Tapi, Pak Paijo... Saya... saya dan suami belum punya surat nikah sipil. Kami... kami hanya menikah secara agama," ujar Icha, suaranya pelan dan penuh kebingungan.Paijo menghela napas panjang, seolah sudah memperkirakan hal itu. "Begini, Icha. Ayahmu, Seno, memang orang yang keras kepala, tapi dia selalu ingin memastikan kalau kamu memiliki kehidupan yang lebih baik, lebih stabil. Itu sebabnya dia memberikan syarat seperti ini. Dia ingin memastikan suamimu benar-benar siap untuk berkomitmen, bukan

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   290

    Kevin keluar dari kamar kos dengan wajah gelap dan langkah berat, pintu yang tertutup di belakangnya seperti menambah perasaan terjebak dalam tekanan yang terus meningkat. Ia tidak bisa berhenti memikirkan kata-kata Icha. "Surat nikah? Serius, Cha?" gumamnya lagi dengan nada sarkastik saat berjalan keluar. Tangannya mengepal erat, mencengkeram gengsinya yang mulai retak.Icha, yang masih duduk di lantai, menahan isak tangisnya. Kalimat-kalimat Kevin terus terngiang di kepalanya seperti duri tajam."Aku sudah jatuh serendah ini, dan kamu mau aku tambah jatuh?" Kata-kata itu menusuk hati Icha. Apakah keinginannya terlalu berlebihan? Apakah ia sudah memaksa Kevin lebih dari yang bisa ditanggungnya? “Apa aku salah, Mas? Apa aku terlalu memaksamu?” bisik Icha pada dirinya sendiri, suaranya tercekat di tenggorokan. Dia memeluk lututnya, memejamkan mata dan mencoba menenangkan diri meskipun sulit. Di luar, Kevin berjalan tanpa tujuan, melangkah ke sembarang arah yang tak pasti. Rasa frusta

Latest chapter

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   337 END

    "Perutku sakit banget, Sayang. Seperti kontraksi," jawab Dea dengan suara gemetar.Andre segera memeriksa jam tangannya. "Tapi ini belum waktunya, kan? Masih beberapa minggu lagi!" Namun, melihat ekspresi Dea yang pucat, ia tak berani menunda. "Kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu sebentar, aku ambil kunci mobil."Dea mengangguk, meski tubuhnya terus menggeliat karena rasa sakit. Andre kembali dengan mantel dan payung, membantunya bangun dengan hati-hati.Di perjalanan menuju rumah sakit, Dea terus mencengkeram lengan suaminya. Pria itu pun dibuat kalap dengan satu tangan memegang kemudi. "Aduh, Mas sakit banget. Aku nggak kuat," keluhnya.Andre berusaha tetap tenang, meskipun dadanya terasa sesak melihat istrinya kesakitan. "Sayang, bertahan ya. Kita sebentar lagi sampai," katanya sambil mempercepat laju mobil.Setibanya di rumah sakit, para perawat langsung membawa Dea ke ruang bersalin. Andre mendampingi dengan wajah penuh kecemasan. Dokter masuk dan memeriksa kondisi Dea dengan ce

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   336

    “Waalaikumsalam,” jawab Icha cepat-cepat sambil membuka pintu. Berdiri di sana, Kevin dengan setelan kerjanya yang rapi, wajahnya tampak lelah, tetapi ada senyum tipis yang terukir.“Kamu baru pulang?” tanya Icha langsung, nada suaranya sedikit tajam meski ia mencoba menahannya. Evan yang masih dalam gendongannya mulai merengek lagi, membuatnya semakin frustasi.Kevin mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, maaf lama. Ada kerjaan tambahan tadi. Stok baju menumpuk dan harus di display. Ditambah, aku juga menambah manekin sesuai idemu. Aku sudah memasang banyak setelan yang kamu atur.” Ia mendekati mereka, mengusap kepala Evan yang langsung melenguh kecil, tetapi tetap rewel.“Aku hampir gila sendiri di rumah, tahu nggak?” keluh Icha sambil membawa Evan ke ruang tamu. Namun, ada kebahagiaan sendiri karena ide yang sempat ia katakan pada Kevin, sekarang telah teralisasikan. Dia yang dulunya suka shopping dan selalu memakai outfit kece, ternyata bisa merembak ke bisnis toko baju yang mere

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   335

    Beberapa hari setelah kabar kehamilan itu, Andre dan Dea memutuskan untuk mengundang kedua keluarga mereka untuk makan malam di rumah. Andre telah mengatur semuanya, dari makanan hingga dekorasi sederhana yang akan digunakan untuk menyampaikan kabar gembira tersebut.Dea berdiri di depan cermin, mengenakan gaun longgar yang sengaja dipilih karena ia mulai merasa tak nyaman dengan pakaian yang ketat di perut. Ia menyentuh perutnya yang masih datar dengan perasaan takjub, seolah tak percaya bahwa kehidupan baru tengah tumbuh di dalamnya.“Kamu cantik,” komentar Andre yang muncul dari balik pintu kamar. Ia mendekat, melingkarkan lengannya di pinggang Dea.“Kamu yakin mereka akan senang?” tanya Dea sambil menatap Andre lewat pantulan cermin.Andre tertawa kecil, mencium kening Dea dengan lembut. “Ayah dan Mama pasti akan sangat senang. Apalagi Oma. Dia sudah lama menunggu kabar seperti ini.”Dea mengangguk, meski hatinya tetap berdebar. Ia masih merasa gugup untuk menyampaikan kabar terse

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   334

    Setelah hampir dua minggu menikmati bulan madu yang penuh kenangan di Maldives, Dea dan Andre akhirnya kembali ke rumah mereka yang megah. Malam itu, mereka tiba di bandara dengan suasana hati yang lelah tetapi bahagia.“Welcome home, Pak Andre, Bu Dea,” sapa seorang pelayan ketika mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Bagi Dea rumah itu terasa lebih besar dari tempat yang selama ini ia tinggali, tetapi kehangatan dari staf yang menyambut mereka membuat Dea merasa nyaman.“Terima kasih,” jawab Andre singkat. Ia menoleh ke arah Dea, yang terlihat sedikit pucat. “Kamu capek? Mau langsung istirahat?”Dea mengangguk sambil tersenyum kecil. “Sepertinya begitu. Perjalanan panjang tadi bikin aku sedikit mual.”Andre mengernyit, menunjukkan kekhawatirannya. “Kamu yakin cuma capek? Jangan-jangan kamu sakit.”Wanita itu hanya tertawa kecil. “Nggak kok, mungkin hanya masuk angin. Besok juga pasti sembuh.”Andre menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau gitu, ayo naik. Aku bawakan kopermu

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   333

    Tanpa menunggu lagi, sepasang pengantin yang baru saja melakukan malam pertama segera terbang ke luar negeri."Mas, kita mau ke mana?" tanya Dea. Ia sedari tadi hanya mengekori suaminya. Semua keperluan sudah diatur Andre dan staffnya. Jadi, wanita itu tidak tau mereka akan terbang ke mana. Suaminya pun hanya membalasnya dengan senyuman kecil. "Nanti juga tau," ujar lelaki itu sembari menoel hidung Dea.Namun, jawaban atas rasa penasaran wanita itu langsung terjawab ketika jet yang ia tumpangi landing di salah satu bandara yang ada di Maldives. Dea tak menyangka dan tak terpikirkan akan berada di negara ini. Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan sinar matahari lembut yang menerobos tirai kamar villa di atas laut. Dea membuka mata perlahan, menghirup aroma udara laut yang menyegarkan. Ia merasakan kain lembut selimut yang menyelimuti tubuhnya dan ketenang di sekitarnya.Ketika ia menoleh, Andre sudah duduk di teras luar, hanya memakai kemeja santai berwarna putih dan celana p

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   332

    Kevin kehilangan kata-kata. Zahra hanya berdiri di tempatnya, matanya kembali berkaca-kaca, tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.Icha mengusap air matanya dengan kasar, sambil tetap memeluk Evan. Suaranya gemetar saat ia melanjutkan, “Aku meninggalkan keluargaku demi kamu, Kevin. Aku melawan dan menghadapi dunia sendirian, bahkan saat aku melahirkan anak ini. Apa balasanmu? Kamu bawa perempuan lain masuk ke rumah kita!”“Icha, aku tahu aku salah,” Kevin berkata dengan nada putus asa. “Tapi aku ingin memperbaikinya. Demi Evan. Tolong beri aku kesempatan-”Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam Icha. Tubuhnya terasa lemas, dan ia hanya terpaku. Suaminya hanya memikirkan putra mereka, bukan dirinya. Zahra yang tak sanggup melihat perseteruan mereka, berbalik dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.Icha menunduk, menatap bayi kecil di pelukannya yang akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap lembut kepala Evan sambil berbisik, “Kita pergi dari sini, Nak. Kita tid

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   331

    Kevin berdiri terpaku, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata Icha tadi seperti pisau yang terus-menerus mengirisnya. Ia ingin mengejar wanita itu, tetapi tubuhnya terasa kaku. Di sebelahnya, Zahra menggenggam tangan di depan dada, matanya berkaca-kaca, penuh rasa bersalah.“Mas, mungkin aku seharusnya tidak datang ke sini,” Zahra berbisik pelan. “Kehadiranku hanya memperburuk keadaan.”Kevin menoleh, pandangannya gelap. “Zahra, ini bukan salahmu. Semua ini salahku. Aku yang mengambil keputusan bodoh, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya.”Sebelum Zahra bisa menjawab, suara pintu yang dibanting terdengar keras dari arah kamar. Icha muncul kembali dengan sebuah koper besar di tangannya. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kevin atau Zahra, ia berjalan cepat menuju pintu depan.“Cha, tunggu!” Kevin akhirnya bergerak, berusaha menghentikan istrinya. Ia memegang lengan Icha, tetapi wanita itu menepisnya dengan kasar.“Jangan sentuh aku, Kevin!” seru Icha dengan air mata yang masih me

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   330

    Kevin menatap Zahra sejenak. Pikirannya bergemuruh, tetapi bibirnya akhirnya lolos begitu saja mengungkapkan kenyataan yang selama ini dia sembunyikan. "Zahra adalah istriku, Cha. Dia madumu. Kami sudah menikah secara sah baik di mata hukum maupun agama."Pernyataan itu jatuh seperti petir di siang bolong. Icha menatap Kevin dengan mata membelalak, wajahnya memerah karena amarah yang langsung memuncak. Tubuhnya gemetar, hampir tak mampu berdiri.“Apa?!” jerit Icha dengan suara yang pecah. “Kamu bilang dia MADUKU?! Kamu sudah menikah lagi tanpa bilang apa-apa padaku?!”Pria itu menatap Icha selembut mungkin, berusaha menenangkan. Namun, kata-kata yang ia siapkan tak mampu menahan badai yang jelas sudah datang. “Cha, aku bisa jelaskan. Seharusnya bilang dari awal. Tapi-”“JELASKAN APA?!” potong Icha dengan teriakan melengking. “Kamu menikah lagi di belakangku, Kevin! Kamu mengkhianatiku! Kamu membawanya ke sini, dan kamu pikir aku akan menerima begitu saja?!”Zahra yang berdiri di sampi

  • DENDAM ISTRI TARUHAN   329

    Di ruang tamu, seorang wanita bergamis duduk dengan tenang. Sosok itu membuat darah Icha mendidih seketika.“Kamu?!” seru Icha dengan nada tinggi, tanpa mencoba menyembunyikan kemarahannya.Zahra, yang mengenakan gamis hitam bangkit perlahan. Meski matanya tampak tenang, tubuhnya sedikit gemetar karena situasi yang ia tahu akan sulit.“Iya, Mbak Icha,” jawab Zahra pelan. “Saya diminta Mas Kevin datang.”"Dasar perempuan gatel! Apa-apaan kamu tiba-tiba nggak pake cadar gitu. Mau menggoda suami saya, ya!" Icha melirik Kevin dengan tatapan penuh emosi. “Mas, kamu tega banget bawa dia ke sini?! ngapain kamu suruh datang ke rumah kita?!”“Cha, tenang dulu. Aku cuma—”“Tenang?!” potong Icha tajam. “Kamu mau aku tenang sementara kamu bawa perempuan ini ke rumah kita?! Aku istrimu, Kevin! Dia itu cuma... cuma-”“Saya cuma apa, Mbak?” Zahra menyela lembut, tetapi nadanya tegas. “Kalau saya hanya dianggap sebagai masalah, saya mohon maaf. Tapi saya di sini untuk menyelesaikan semuanya, biar ng

DMCA.com Protection Status