Sebuah foto di kirim oleh Mahesa ke ponsel Lian sepulangnya dari makan di cafe Alex. Foto itu menampilkan Raisa yang sedang berjalan dan juga sedang menunggu.
"Kamu dimana?"
"Aku akan menemui adikmu Lian. Tidak usah khawatir begitu. Santai saja."
"Jangan macam-macam Mahesa. Kamu mau membuat adikku sakit hati lagi?"
"Tidak. Cuma bertemu, tidak akan mengulangi masa-masa hubungan kami dulu. Santai saja. Tidak usah berlebihan begitu."
"Aku tahu tapi di dalam pikiranmu tidak selalu benar."
"Maaf aku harus mematikannya."
Telepon itu mati dan Lian merasa tak bernyawa setelahnya. Sudah terlanjur. Dia tidak bisa mengubah keinginan Mahesa. Lian hanya bisa berdoa semoga saja Raisa baik-baik saja.
***
"Raisa tunggu." Rasya berteriak setelah memarkirkan motornya di dalam parkiran kampus. Dia melihat Raisa berjalan seorang diri dan hendak menuju gedung kuliahnya. Rasya yang melihat hal itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Di
Mahesa berbalik dan melihat ke arah Raisa yang berdiri di hadapannya. Raisa tidak jauh berubah, sama seperti dulu pas mereka saling menjalin hubungan. Wajahnya masih sama cantiknya, bulu mata yang lentik, mata yang sayu dan rambut coklat panjang yang bergelombang di kuncir kuda.Namun perbedaan dari Raisa adalah dia lebih kurus dari yang Mahesa tahu.Sebuah kejutan terlihat di mata Raisa. Mahesa yang berdiri membuatnya sulit untuk bernapas dengan tenang. Tangannya meremas rok yang dia pakai karna sebuah sengatan terjadi saat mata mereka memandang satu sama lainnya. Sengatan itu begitu menyakitkan membuat tubuhnya merinding.Tak hanya itu bibirnya terasa begitu kaku. Dia tidak bisa berucap satu kata pun pada laki-laki di hadapannya ini.Udara yang seharusnya masuk ke dalam hidungnya terasa sulit untuk masuk. Dadanya begitu berdebar dengan kencangnya. Ia tidak bisa melalui pertemuan ini dengan baik. Seharusnya Raisa biasa saja meliha
Lian bolak balik di unitnya setelah mengetahui kalau pesan yang di kirimkan Mahesa adalah sebuah foto dimana Raisa berada. Dia sepertinya tidak mau menyerah, sudah Lian katakan Mahesa jangan lagi mendekati Raisa tapi ia tetap pada pendiriannya. Mahesa tetap mengejar tujuannya. Kini Lian tidak bisa berpikir dengan tenang kalau sampai Mahesa menyakiti Raisa kembali."Aku harus apa sekarang?"Lian teringat akan Rasya. Dia pasti bisa membantu. Tak butuh waktu lama, Lian menghubungi nomer Rasya dan menanyakan tentang keberadaan Raisa. Sama dengan Lian, Rasya tidak tahu menahu tentang keberadaan Raisa. Tasnya masih ada di kelas tapi orangnya tidak ada di sana. Begitu mengetahui hal itu Lian langsung cemas."Ya sudah kamu tolong bawakan tas Raisa ya bawa pulang nanti akan ku hubungi Raisa.""Tunggu Kak. Sebenarnya ada apa Kak. Kenapa Kakak kedengaran cemas?"Lian ingin memberitahu tapi kalau Rasya ikut mencari apa dia bisa melakukan itu?"Aku
Raisa lupa kapan ia kembali tersenyum dan sekarang bibirnya tertarik karna menyadari dia sedang bersama seseorang yang dia cintai. Rasa di hatinya tak pernah berubah sedikit pun. Ternyata setelah lama mereka tidak bertemu, debar jantung itu masih ada di sana. Masih untuknya.Wanginya juga tidak pernah berubah sedikit pun semerbak tercium menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh. Laki-laki tampan ini, menyentuh hatinya secara sempurna. Tak pernah sedikit pun ada kata berubah.Raisa tak bisa berkedip melihat Mahesa, laki-laki yang ada di sampingnya. Matanya menatap lurus film yang sedang kami tonton tanpa ingin beralih kemana pun. Padahal Raisa tahu laki-laki itu tidak pernah menyukai film yang berbau romantisme. Dia tidak suka film romantis. Raisa tahu waktu itu dia suka dengan film dengan genre action bukan film yang suka sekali menangis atau adegan yang sering kali memperlihatkan adegan mesra seperti ini.Namun entah mengapa hari ini Mahesa de
Mahesa melirik Raisa yang berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah mereka bersenang-senang tadi. Mereka makan bersama, mereka mengobrol bersama dan yang paling menyenangkan adalah mereka tidak melewatkan satu kejadian romantis yang mereka lakukan. Padahal Mahesa tidak berpikiran sampai ke sana. Semua karna rasa dan semua terjadi karna suasana yang mendukung. Itu yang sebenarnya terjadi.Awalnya Mahesa berencana untuk menemui Raisa. Hanya ingin tahu tentang keadaan Raisa. Hanya itu. Namun tidak sesuai rencana. Mereka malah pergi bersama. Melewati hari dengan sebuah genggaman tangan dan juga obrolan biasa.Hari yang menyenangkan. Dia memang sudah berubah. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Lian. Karna sakit hati Raisa menjadi wanita dewasa yang sangat luar biasa. Dia sangat menarik apalagi saat dia mengatakan kalau Mahesa yang di anggapnya hanya seorang teman tapi setelah mereka berciuman tadi. Mahesa jadi tahu kalau Raisa masih sama. Dia masih ada rasa suka p
Rintik hujan membasahi bumi begitu Lian berada di dalam taksi yang sedang menuju rumah Mahesa. Pikirannya masih tidak menentu meskipun Lian tahu sekarang Raisa baik-baik saja. Pasti tidak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun satu yang masih terpikirkan oleh Lian adalah pembicaraan tadi tidak ada pembicaraan yang menyinggung tentang Mahesa. Raisa telah berbohong, dia tidak jujur mengenai pertemuannya dengan Mahesa. Raisa terdengar ceria, tidak seperti biasanya selalu terdengar mengeluh dan setiap pembicaraan selalu saja di isi oleh Rasya. Laki-laki yang dekat dengannya tapi tidak bisa mengambil hatinya. Namun dari sanalah Lian bisa mengambil kesimpulan, pertemuan dengan Mahesa adalah sebuah kenangan baik untuknya. Sebenarnya Alex tidak membolehkan Lian pergi sendiri. Alex tahu Lian sedang tidak dalam keadaan baik, Alex ingin menemaninya sampai Lian masuk ke dalam apartemennya. Lian menggeleng dengan tegas, dia tidak mau mengganggu pekerjaan Alex yang d
Sebuah belaian Lian rasakan ketika ia setengah sadar. Dia pun membuka mata untuk melihat siapakah yang sedang membelai lembut rambutnya. Lian menoleh ke arah kanan dan mendapati Mahesa sedang memejamkan mata tapi tangannya tak diam saja membelai rambutnya.Menyadari kalau keanehan terjadi. Lian melihat dimana dia berada sekarang. Benar saja ini bukan unitnya tapi ia masih berada di rumah Mahesa dan kamar ini mengingatkan akan kamar yang dulu Mahesa tempati. Lian tak pernah mau masuk ke dalam karna ia tahu ini kamar dari seorang laki-laki. Kalau pun terpaksa ia hanya mengambil buku lalu keluar dari sini.Lian memberhentikan belaian tangan Mahesa yang membuat laki-laki itu membuka matanya."Kamu sudah bangun."Lian mengangguk. Rasanya Lian begitu canggung untuk mengatakan apa di saat dia tahu dia ada di dalam kamar Mahesa dan terbangun di atas tempat tidurnya."Kamu sudah merasa baikan sekarang?""Aku pingsan dan berakh
Mahesa membuka pintu mobil dan bergegas berlari mendekati Raisa yang berdiri menunggunya di depan rumah Mahesa. Raisa dengan sabar menunggu Mahesa yang akan datang sesuai perintahnya tadi.Mahesa tersenyum ke arah Raisa begitu juga dengan Raisa. Raisa membalas senyumannya pada Mahesa."Kamu nunggunya lama ya. Maaf ya aku tadi lagi ada urusan sama teman jadi agak lama datang ke sininya. Maaf ya."Ada semburat rasa sedih pada wajah Mahesa karna dia telah membuat Raisa menunggu.Raisa menggelengkan kepala dengan bibir yang masih tersenyum. Dia tidak merasa menunggunya membuat Raisa bersedih hati. Malahan dia jadi gelisah tak tentu akan bertemu kembali pada Mahesa, laki-laki yang membuatnya kembali berbunga-bunga."Benar kamu nggak merasa kecewa karna menungguku?""Aku tidak kecewa kalau pada akhirnya ucapan Kak Mahesa bisa di percaya. Selama apa pun aku menunggu tak akan membuatku bersedih karna aku tahu Kakak pasti akan
Semoga saja hal itu tidak terjadi. Semoga saja Lian tidak mengetahui kalau Mahesa datang kembali ke kota ini. Semoga saja jalannya selalu berjalan lancar tak akan lagi ada penghalang antara dia dan juga Mahesa.Raisa mengetahui kalau kenyataannya Mahesa menyukai laki-laki itu dan begitu pula Lian yang menyukai Mahesa tapi setelah tahu perjodohannya dengan Mahesa. Lian menyerah dan tak lagi berhubungan dengannya. Raisa tahu memang cinta yang berakhir tak bisa berakhir begitu saja masih ada rasa cinta dalam hatinya. Mereka pernah ketahuan berciuman dan Raisa pun merasa terluka karna itu. Mereka mengkhianati cinta tulus yang di berikan oleh pasangan masing-masing. Raisa membenci Lian tapi setelah tahu semua cerita benarnya Raisa tak bisa menyalahkan.Hari ini setelah sekian lama tak bertemu, debaran itu masih ada untuknya. Ternyata dia masih mencintai laki-laki ini meskipun sudah pernah menyakitinya sampai lubuk hati paling dalam.Tatapanku padanya juga
Pernikahan yang telah di tunggu-tunggu itu pun akhirnya terjadi dan terlaksana. Setelah sekian lama kami merajut suatu hubungan, kami memutuskan untuk melanjutkan kepada hubungan serius apalagi kalau bukan menikah.Tentu saja semua yang terjadi membuatku bahagia. Tidak ada rasa sedih sama sekali. Aku bahagia. Ku pikir yang tadinya aku merasa ragu dengan kenyataan. Nyatanya tidak begitu. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam hati. Haruskah aku menikah dengan Alex. Apakah bisa aku menjalaninya bersama dia? Apakah hubungan kami akan baik-baik saja nantinya? Apakah kami akan bersama tanpa ada permasalahan yang timbul. Semua pertanyaan itu selalu saja ada selama waktu menunggu pernikahan itu terjadi.Tapi segera aku tepis ketika Alex dengan lantangnya mengucapkan janjinya pada penghulu. Memberikanku keyakinan kalau dia memang yang terbaik untukku.Dengan sorot mata tegas dia berikrar akan menjalani pernikahan bersamaku. Detik itu juga ada rasa lega da
Setelah taksi itu berhenti tepat di depan rumah Mahesa. Raisa dengan semangat turun dari taksi lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mahesa. Pintu gerbang tak di kunci jadi dia langsung masuk dan mengentuk pintu depannya. Raisa menunggu dengan sabar sampai sepuluh menit kemudian Mahesa membuka pintu dengan penampilan yang sudah terlihat rapi. Pakaian yang biasa di pakai tidak seperti ini. Sekarang dia sudah menggunakan jaket yang menutupi tubuh atletisnya."Kak aku datang untuk menemuimu dan juga aku ingin kita pergi bersama. Aku sudah membuatkan bekal untuk kita berdua. Kita akan berpiknik dan mengunjungi satu tempat. Gimana? Kak Mahesa nggak sibuk kan? Ayolah kita pergi, lihat di luar sana. Hari ini terlihat begitu cerah jadi kita jangan membuang-buang waktu tanpa berpergian.""Hm ... aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu hari ini dan ... masuklah dulu, kita sebaiknya bicara di dalam. Aku akan memberitahu sesuatu untukmu."Raisa menelan salivanya karna uca
Raisa menatap penampilannya yang sudah rapi itu pada sebuah kaca yang di letakkan tak jauh dari tempat tidurnya. Dia mengamati penampilannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamarnya.Sebelumnya dia merasa frustasi dengan gaun apa yang dirasa cocok untuk dia gunakan. Dia sudah berkali-kali memakai gaun yang dinilainya sempurna untuk bertemu seseorang tapi setelah dipakai kenyataannya tak terlihat cocok untuk dia pakai. Raisa menggerutu karna rasanya tak ada gaun yang menarik minatnya. Tapi saat melihat salah satu gaun tersisa yang belum dia coba, Raisa mencobanya dan sangat pas untuk tubuhnya. Akhirnya pilihan terakhir adalah gaun yang dia pakai ini. Bermotif bunga kecil berwarna kuning cerah.Merasa sudah baik semua, Raisa mengambil tas slempangnya dan keluar dari kamar. Langkahnya menuju ke dapur dimana dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Mahesa. Sesuatu yang akan membuatnya melupakan perasaannya pada Lian.Setelah Raisa tahu kalau Alex t
Lian membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sedikit pun. Rasa pusing menyerang kepalanya. Namun dia abaikan. Semua itu penyebabnya adalah rasa lelah yang dia derita dan airmata yang ia tumpahkan sejak semalam. Pertemuannya dengan Mahesa menyisakan sebuah pertanyaan dan duka yang masih ada, dia tidak bisa menjawabnya tapi rasanya ia yakin kalau memang itu yang terbaik untuk mereka berdua.Tatapan terakhir dari sorot matanya itu mengisyaratkan betapa dia sangat mencintainya. Sungguh, hatiku berkata demikian. Tak mungkin kalau hanya sekedarnya saja dan bodohnya lagi, sentuhan yang diberi olehnya juga tak bisa membuat tubuhku menolak sedikit pun. Sangat memalukan. Jelas-jelas aku menerimanya dan tak berdusta ketika aku juga menginginkan hal yang sama.Tapi lagi-lagi aku berpikir, aku tak mau jatuh ke titik yang sama seperti dulu meskipun dengan satu alasan yang sama, Mahesa mencintaiku, aku tidak berbalik arah.Aku
Malam itu Raisa ingin memberi kejutan pada Mahesa. Dia sudah membuat sebuah coklat spesial untuknya. Mahesa pasti suka dengan coklat buatannya. Dulu dia bilang rasa coklat yang Raisa buat tergolong unik dan enak. Mahesa menyukainya dan sekarang Raisa akan memberinya lagi untuknya dengan tujuan supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki itu.Raisa tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksinya saat Raisa membawakan coklat ini untuknya. Raisa tersenyum begitu mengingat wajah Mahesa yang tampak terkejut mengetahui Raisa yang begitu perhatian.Taksi pun berhenti di depan rumah Mahesa dan tanpa ragu kakinya melangkah mendekati rumah Mahesa membuka pintu gerbang yang tidak terkunci lalu mengetuk pelan pintu depan rumahnya.Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan penampilan Mahesa yang sedikit berantakan. Raisa mengernyit memandang laki-laki itu yang tidak rapi seperti biasanya. Namun berbeda dengan Mahesa. Dia malah tampak terkejut mendapati Raisa berdiri di
Merasa istirahatku sudah cukup, aku pun membuka mata dan merenggangkan tanganku. Setelah tidur panjang dan meminum obat yang di beri Lian, pusingku sudah menghilang. Aku melihat ke sekeliling dan sempat merasa tak sadar aku dimana. Kini aku mendapati aku berada di dalam kosong dan tak berpenghuni.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukaku lalu keluar untuk mengganti pakaianku yang terasa lembab dan sudah berbau keringat. Pendingin ruangan yang menyala tidak membuat suhu tubuhku menjadi dingin malah membuatku berkeringat. Mungkin efek dari aku meminum obat itu yang membuat aku merasakan sedikit lebih berkeringat.Kakiku melangkah keluar dan mencari dimana keberadaan Lian. Dia berjanji menungguku dan ku pastikan dia masih berada di rumah ini.Ternyata Lian sedang memasak sesuatu di dapur. Baunya harum dan sepertinya dia lumayan jago memasak. Mahesa berdeham dan Lian pun menoleh untuk melihat. Mahesa berdiri di depan pintu su
"Aku tahu kamu semalam sama siapa Mahesa."Lian pagi itu datang ke rumah Mahesa dengan sengaja karna dia tahu harus melakukan sesuatu. Lian butuh penjelasan dan Mahesa harus memberitahunya kalau tidak dia harus melakukan sesuatu menekannya agar menjauh dari hidup mereka."Masuk!" Mahesa berucap tegas dan memerintah. Mahesa menyingkir memberi jalan untuk Lian masuk ke dalamnya."Aku tidak mau berlama-lama di sini Mahesa. Aku harus kerja dan aku butuh penjelasanmu sekarang. Aku tidak mau berbohong jawablah jujur dan aku segera pergi.""Aku salah apalagi?""Kamu yang mengantar Raisa tadi malam? Mama khawatir saat tahu Raisa tidak ada di rumah tadi malam. Dia meneleponku dan menanyakan apakah Raisa ada di tempatku atau tidak dan jawabannya siapa lagi kalau bukan ada di rumahmu. Kamu menyuruhnya untuk ke rumahmu? Malam-malam begitu?""Duduk lah aku sedang pusing terlalu banyak alkohol yang ku minum semalam."Lian tetap berdiri di san
Aku merasa sedang bermimpi saat ini. Sesuatu yang mustahil aku lakukan dan itu demi satu nama Mahesa. Ya karna dia aku berada di sini. Di suatu club yang tidak pernah aku injak dimana pun itu.Suara alunan musik terdengar begitu keras dari luar dan itu membuat telinga yang tidak terbiasa mendengar suara musik ini ingin menutup telinga namun rasanya sangat bodoh, orang lain terbiasa lalu mengapa aku harus menutup telinga demi semua itu. Aku biarkan semua itu dan bersikap sewajarnya.Seperti dugaanku tidak hanya musik yang mengalun begitu keras aroma pekat dari alkohol bercampur dengan nikotin tercium ke dalam indera penciumanku."Oh yang benar saja, aku tak menyukai bau ini, mengapa dia membiarkanku masuk dan mencium aroma ini," gerutuku dalam hati.Mahesa meneleponku dan aku terpaksa menemuinya karna ku tahu dari suaranya dia terdengar sangat membutuhkanku. Nekat aku pun datang ke sini untuk mencarinya.Begitu berada di dalam aku
Bugg ...Satu pukulan mengenai mata Mahesa, Alex ingin memukulnya kembali namun langsung di tangkis oleh Mahesa. Mahesa waspada dan tak lupa menahan diri agar tak tersulut emosi. Tadinya dia tidak tahu kalau Alex akan memukulnya. Setelah pukulan menyentuh wajahnya baru dia sadar kalau dia dalam bahaya.Mahesa menyeringai, memandang satu arah dimana lawannya saat ini sedang berdiri tegak memandang sengit ke arahnya.Mahesa memang tak belajar beladiri tapi dia tahu harus bertindak bagaimana saat ini. Mengalah tak akan pernah membuat lawannya tahu kalau yang sebenarnya dari satu pukulan itu tidak akan baik untuk ke depannya. Memukul memang tidak sulit tapi tak kan bisa menyelesaikan masalah. Itu yang sebenarnya dia inginkan untuk Alex sendiri. Kalau dia suka memukul pasti ke depannya juga sikapnya tak jauh berbeda. Bagaimana dengan Lian nantinya kalau mereka bersama?Mahesa mengusap hidungnya dengan cepat lalu memasang kuda-kuda dan segera