"Kamu cukup pintar tapi aku tak kalah pintar sayang. Tanpa sepengetahuanmu, aku akan menemui Raisa dan mengutarakan maksud kedatanganku padanya."
Pesan dari Mahesa membuat Lian resah dan tak bisa tenang duduk di samping Alex. Mahesa terkadang suka sekali membuat kejutan dan ini adalah salah satu dari kejutan Mahesa membuat Lian tak bisa lari dari kenyataan.
Lian melihat Raisa yang duduk di belakang dari kaca tengah mobil Alex. Ia melihat Raisa sedang melamun di sana menatap pemandangan yang ada di luarnya.
Sepertinya Lian harus berbicara padanya agar Raisa tidak terkejut mengetahui kedatangan Mahesa lagi ke kota ini. Entah apa yang di pikirkan Raisa. Lian harus memberi pengertian padanya.
Perjalanan itu sampai di cafe Alex. Seperti biasa. Cafe yang berada di dekat kampusnya mengingatkan akan waktu ia pernah bekerja di sini dan juga sewaktu dia pernah menjalin hubungan dengannya dulu.
"Alex aku mau duduk di luar saja sama Rai
Sebuah foto di kirim oleh Mahesa ke ponsel Lian sepulangnya dari makan di cafe Alex. Foto itu menampilkan Raisa yang sedang berjalan dan juga sedang menunggu."Kamu dimana?""Aku akan menemui adikmu Lian. Tidak usah khawatir begitu. Santai saja.""Jangan macam-macam Mahesa. Kamu mau membuat adikku sakit hati lagi?""Tidak. Cuma bertemu, tidak akan mengulangi masa-masa hubungan kami dulu. Santai saja. Tidak usah berlebihan begitu.""Aku tahu tapi di dalam pikiranmu tidak selalu benar.""Maaf aku harus mematikannya."Telepon itu mati dan Lian merasa tak bernyawa setelahnya. Sudah terlanjur. Dia tidak bisa mengubah keinginan Mahesa. Lian hanya bisa berdoa semoga saja Raisa baik-baik saja.***"Raisa tunggu." Rasya berteriak setelah memarkirkan motornya di dalam parkiran kampus. Dia melihat Raisa berjalan seorang diri dan hendak menuju gedung kuliahnya. Rasya yang melihat hal itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Di
Mahesa berbalik dan melihat ke arah Raisa yang berdiri di hadapannya. Raisa tidak jauh berubah, sama seperti dulu pas mereka saling menjalin hubungan. Wajahnya masih sama cantiknya, bulu mata yang lentik, mata yang sayu dan rambut coklat panjang yang bergelombang di kuncir kuda.Namun perbedaan dari Raisa adalah dia lebih kurus dari yang Mahesa tahu.Sebuah kejutan terlihat di mata Raisa. Mahesa yang berdiri membuatnya sulit untuk bernapas dengan tenang. Tangannya meremas rok yang dia pakai karna sebuah sengatan terjadi saat mata mereka memandang satu sama lainnya. Sengatan itu begitu menyakitkan membuat tubuhnya merinding.Tak hanya itu bibirnya terasa begitu kaku. Dia tidak bisa berucap satu kata pun pada laki-laki di hadapannya ini.Udara yang seharusnya masuk ke dalam hidungnya terasa sulit untuk masuk. Dadanya begitu berdebar dengan kencangnya. Ia tidak bisa melalui pertemuan ini dengan baik. Seharusnya Raisa biasa saja meliha
Lian bolak balik di unitnya setelah mengetahui kalau pesan yang di kirimkan Mahesa adalah sebuah foto dimana Raisa berada. Dia sepertinya tidak mau menyerah, sudah Lian katakan Mahesa jangan lagi mendekati Raisa tapi ia tetap pada pendiriannya. Mahesa tetap mengejar tujuannya. Kini Lian tidak bisa berpikir dengan tenang kalau sampai Mahesa menyakiti Raisa kembali."Aku harus apa sekarang?"Lian teringat akan Rasya. Dia pasti bisa membantu. Tak butuh waktu lama, Lian menghubungi nomer Rasya dan menanyakan tentang keberadaan Raisa. Sama dengan Lian, Rasya tidak tahu menahu tentang keberadaan Raisa. Tasnya masih ada di kelas tapi orangnya tidak ada di sana. Begitu mengetahui hal itu Lian langsung cemas."Ya sudah kamu tolong bawakan tas Raisa ya bawa pulang nanti akan ku hubungi Raisa.""Tunggu Kak. Sebenarnya ada apa Kak. Kenapa Kakak kedengaran cemas?"Lian ingin memberitahu tapi kalau Rasya ikut mencari apa dia bisa melakukan itu?"Aku
Raisa lupa kapan ia kembali tersenyum dan sekarang bibirnya tertarik karna menyadari dia sedang bersama seseorang yang dia cintai. Rasa di hatinya tak pernah berubah sedikit pun. Ternyata setelah lama mereka tidak bertemu, debar jantung itu masih ada di sana. Masih untuknya.Wanginya juga tidak pernah berubah sedikit pun semerbak tercium menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh. Laki-laki tampan ini, menyentuh hatinya secara sempurna. Tak pernah sedikit pun ada kata berubah.Raisa tak bisa berkedip melihat Mahesa, laki-laki yang ada di sampingnya. Matanya menatap lurus film yang sedang kami tonton tanpa ingin beralih kemana pun. Padahal Raisa tahu laki-laki itu tidak pernah menyukai film yang berbau romantisme. Dia tidak suka film romantis. Raisa tahu waktu itu dia suka dengan film dengan genre action bukan film yang suka sekali menangis atau adegan yang sering kali memperlihatkan adegan mesra seperti ini.Namun entah mengapa hari ini Mahesa de
Mahesa melirik Raisa yang berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah mereka bersenang-senang tadi. Mereka makan bersama, mereka mengobrol bersama dan yang paling menyenangkan adalah mereka tidak melewatkan satu kejadian romantis yang mereka lakukan. Padahal Mahesa tidak berpikiran sampai ke sana. Semua karna rasa dan semua terjadi karna suasana yang mendukung. Itu yang sebenarnya terjadi.Awalnya Mahesa berencana untuk menemui Raisa. Hanya ingin tahu tentang keadaan Raisa. Hanya itu. Namun tidak sesuai rencana. Mereka malah pergi bersama. Melewati hari dengan sebuah genggaman tangan dan juga obrolan biasa.Hari yang menyenangkan. Dia memang sudah berubah. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Lian. Karna sakit hati Raisa menjadi wanita dewasa yang sangat luar biasa. Dia sangat menarik apalagi saat dia mengatakan kalau Mahesa yang di anggapnya hanya seorang teman tapi setelah mereka berciuman tadi. Mahesa jadi tahu kalau Raisa masih sama. Dia masih ada rasa suka p
Rintik hujan membasahi bumi begitu Lian berada di dalam taksi yang sedang menuju rumah Mahesa. Pikirannya masih tidak menentu meskipun Lian tahu sekarang Raisa baik-baik saja. Pasti tidak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun satu yang masih terpikirkan oleh Lian adalah pembicaraan tadi tidak ada pembicaraan yang menyinggung tentang Mahesa. Raisa telah berbohong, dia tidak jujur mengenai pertemuannya dengan Mahesa. Raisa terdengar ceria, tidak seperti biasanya selalu terdengar mengeluh dan setiap pembicaraan selalu saja di isi oleh Rasya. Laki-laki yang dekat dengannya tapi tidak bisa mengambil hatinya. Namun dari sanalah Lian bisa mengambil kesimpulan, pertemuan dengan Mahesa adalah sebuah kenangan baik untuknya. Sebenarnya Alex tidak membolehkan Lian pergi sendiri. Alex tahu Lian sedang tidak dalam keadaan baik, Alex ingin menemaninya sampai Lian masuk ke dalam apartemennya. Lian menggeleng dengan tegas, dia tidak mau mengganggu pekerjaan Alex yang d
Sebuah belaian Lian rasakan ketika ia setengah sadar. Dia pun membuka mata untuk melihat siapakah yang sedang membelai lembut rambutnya. Lian menoleh ke arah kanan dan mendapati Mahesa sedang memejamkan mata tapi tangannya tak diam saja membelai rambutnya.Menyadari kalau keanehan terjadi. Lian melihat dimana dia berada sekarang. Benar saja ini bukan unitnya tapi ia masih berada di rumah Mahesa dan kamar ini mengingatkan akan kamar yang dulu Mahesa tempati. Lian tak pernah mau masuk ke dalam karna ia tahu ini kamar dari seorang laki-laki. Kalau pun terpaksa ia hanya mengambil buku lalu keluar dari sini.Lian memberhentikan belaian tangan Mahesa yang membuat laki-laki itu membuka matanya."Kamu sudah bangun."Lian mengangguk. Rasanya Lian begitu canggung untuk mengatakan apa di saat dia tahu dia ada di dalam kamar Mahesa dan terbangun di atas tempat tidurnya."Kamu sudah merasa baikan sekarang?""Aku pingsan dan berakh
Mahesa membuka pintu mobil dan bergegas berlari mendekati Raisa yang berdiri menunggunya di depan rumah Mahesa. Raisa dengan sabar menunggu Mahesa yang akan datang sesuai perintahnya tadi.Mahesa tersenyum ke arah Raisa begitu juga dengan Raisa. Raisa membalas senyumannya pada Mahesa."Kamu nunggunya lama ya. Maaf ya aku tadi lagi ada urusan sama teman jadi agak lama datang ke sininya. Maaf ya."Ada semburat rasa sedih pada wajah Mahesa karna dia telah membuat Raisa menunggu.Raisa menggelengkan kepala dengan bibir yang masih tersenyum. Dia tidak merasa menunggunya membuat Raisa bersedih hati. Malahan dia jadi gelisah tak tentu akan bertemu kembali pada Mahesa, laki-laki yang membuatnya kembali berbunga-bunga."Benar kamu nggak merasa kecewa karna menungguku?""Aku tidak kecewa kalau pada akhirnya ucapan Kak Mahesa bisa di percaya. Selama apa pun aku menunggu tak akan membuatku bersedih karna aku tahu Kakak pasti akan