Rintik hujan membasahi bumi begitu Lian berada di dalam taksi yang sedang menuju rumah Mahesa. Pikirannya masih tidak menentu meskipun Lian tahu sekarang Raisa baik-baik saja. Pasti tidak akan terjadi sesuatu yang buruk padanya.
Namun satu yang masih terpikirkan oleh Lian adalah pembicaraan tadi tidak ada pembicaraan yang menyinggung tentang Mahesa. Raisa telah berbohong, dia tidak jujur mengenai pertemuannya dengan Mahesa. Raisa terdengar ceria, tidak seperti biasanya selalu terdengar mengeluh dan setiap pembicaraan selalu saja di isi oleh Rasya. Laki-laki yang dekat dengannya tapi tidak bisa mengambil hatinya. Namun dari sanalah Lian bisa mengambil kesimpulan, pertemuan dengan Mahesa adalah sebuah kenangan baik untuknya.
Sebenarnya Alex tidak membolehkan Lian pergi sendiri. Alex tahu Lian sedang tidak dalam keadaan baik, Alex ingin menemaninya sampai Lian masuk ke dalam apartemennya. Lian menggeleng dengan tegas, dia tidak mau mengganggu pekerjaan Alex yang d
Sebuah belaian Lian rasakan ketika ia setengah sadar. Dia pun membuka mata untuk melihat siapakah yang sedang membelai lembut rambutnya. Lian menoleh ke arah kanan dan mendapati Mahesa sedang memejamkan mata tapi tangannya tak diam saja membelai rambutnya.Menyadari kalau keanehan terjadi. Lian melihat dimana dia berada sekarang. Benar saja ini bukan unitnya tapi ia masih berada di rumah Mahesa dan kamar ini mengingatkan akan kamar yang dulu Mahesa tempati. Lian tak pernah mau masuk ke dalam karna ia tahu ini kamar dari seorang laki-laki. Kalau pun terpaksa ia hanya mengambil buku lalu keluar dari sini.Lian memberhentikan belaian tangan Mahesa yang membuat laki-laki itu membuka matanya."Kamu sudah bangun."Lian mengangguk. Rasanya Lian begitu canggung untuk mengatakan apa di saat dia tahu dia ada di dalam kamar Mahesa dan terbangun di atas tempat tidurnya."Kamu sudah merasa baikan sekarang?""Aku pingsan dan berakh
Mahesa membuka pintu mobil dan bergegas berlari mendekati Raisa yang berdiri menunggunya di depan rumah Mahesa. Raisa dengan sabar menunggu Mahesa yang akan datang sesuai perintahnya tadi.Mahesa tersenyum ke arah Raisa begitu juga dengan Raisa. Raisa membalas senyumannya pada Mahesa."Kamu nunggunya lama ya. Maaf ya aku tadi lagi ada urusan sama teman jadi agak lama datang ke sininya. Maaf ya."Ada semburat rasa sedih pada wajah Mahesa karna dia telah membuat Raisa menunggu.Raisa menggelengkan kepala dengan bibir yang masih tersenyum. Dia tidak merasa menunggunya membuat Raisa bersedih hati. Malahan dia jadi gelisah tak tentu akan bertemu kembali pada Mahesa, laki-laki yang membuatnya kembali berbunga-bunga."Benar kamu nggak merasa kecewa karna menungguku?""Aku tidak kecewa kalau pada akhirnya ucapan Kak Mahesa bisa di percaya. Selama apa pun aku menunggu tak akan membuatku bersedih karna aku tahu Kakak pasti akan
Semoga saja hal itu tidak terjadi. Semoga saja Lian tidak mengetahui kalau Mahesa datang kembali ke kota ini. Semoga saja jalannya selalu berjalan lancar tak akan lagi ada penghalang antara dia dan juga Mahesa.Raisa mengetahui kalau kenyataannya Mahesa menyukai laki-laki itu dan begitu pula Lian yang menyukai Mahesa tapi setelah tahu perjodohannya dengan Mahesa. Lian menyerah dan tak lagi berhubungan dengannya. Raisa tahu memang cinta yang berakhir tak bisa berakhir begitu saja masih ada rasa cinta dalam hatinya. Mereka pernah ketahuan berciuman dan Raisa pun merasa terluka karna itu. Mereka mengkhianati cinta tulus yang di berikan oleh pasangan masing-masing. Raisa membenci Lian tapi setelah tahu semua cerita benarnya Raisa tak bisa menyalahkan.Hari ini setelah sekian lama tak bertemu, debaran itu masih ada untuknya. Ternyata dia masih mencintai laki-laki ini meskipun sudah pernah menyakitinya sampai lubuk hati paling dalam.Tatapanku padanya juga
Lian menaruh tas jinjingnya beserta kopi gelas yang biasa dia minum di pagi hari di meja kerjanya. Dia mengambil ponsel di dalam tas dan melihat sebuah notif yang mengganggunya saat dia berjalan tadi ke sini. Ada dua pesan dari Alex dan satu telepon dari Zia. Sudah lama dia tidak menelepon Zia. Apa kabarnya dia saat ini. Namun hatinya bersedih saat mengetahui tidak satu pun mendapati pesan atau telepon dari Mahesa.Tertunduk lesu sekarang dia malah mengharapkan kabar dari dia."Hei kamu kayaknya lagi nggak semangat gitu. Terjadi sesuatu sama kamu?" tanya Desya duduk di sampingnya."Hm cuma merasa ada yang kurang saja. Seseorang nggak kasih kabar sama aku.""Jangan bilang tunangan kamu nggak tampan itu nggak kasih kabar lagi sama kamu? Dia berselingkuh lagi? Oh tidak tinggalkan saja laki-laki seperti itu. Baru saja kalian bertunangan tapi dia sudah bertingkah macam-macam. Aku benci laki-laki seperti itu."Lian menghela nafas panjang.
Sore itu hujan dan Lian mau pulang. Dia tidak pulang dengan hujan-hujanan meskipun dia membawa payung di tasnya. Lian hanya berdiri memperhatikan hujan itu sampai kapan."Kukira kamu sudah pulang daritadi. Ternyata kamu masih ada di sini." Desya baru keluar dari gedung dan sepertinya juga akan pulang. Yah aku nggak jadi kencan kalau begini. Padahal aku sudah senang banget bisa bertemu dia nanti tapi kalau begini cuacanya yang ada semuanya batal.""Kamu jadi kencan sama dia?""Aku sudah bilang tadi kan kalau aku mau mencoba peruntungan kali aja aku jodoh sama dia. Aku nggak tahu gimana jadinya tapi seperti yang kamu bilang tadi kali aja aku sama dia jodoh.""Suruh aja dia datang ke rumahmu daripada di luar. Aku rasa di rumah lebih aman ada yang mengawasi dan kalian juga nggak akan kebablasan.""Ih apaan sih. Aku lihat dia itu nggak akan macam-macam sama aku. Dia sepertinya akan jaga aku dengan baik.""Hm ... jangan menilai penampilannya
Bugg ...Satu pukulan mengenai mata Mahesa, Alex ingin memukulnya kembali namun langsung di tangkis oleh Mahesa. Mahesa waspada dan tak lupa menahan diri agar tak tersulut emosi. Tadinya dia tidak tahu kalau Alex akan memukulnya. Setelah pukulan menyentuh wajahnya baru dia sadar kalau dia dalam bahaya.Mahesa menyeringai, memandang satu arah dimana lawannya saat ini sedang berdiri tegak memandang sengit ke arahnya.Mahesa memang tak belajar beladiri tapi dia tahu harus bertindak bagaimana saat ini. Mengalah tak akan pernah membuat lawannya tahu kalau yang sebenarnya dari satu pukulan itu tidak akan baik untuk ke depannya. Memukul memang tidak sulit tapi tak kan bisa menyelesaikan masalah. Itu yang sebenarnya dia inginkan untuk Alex sendiri. Kalau dia suka memukul pasti ke depannya juga sikapnya tak jauh berbeda. Bagaimana dengan Lian nantinya kalau mereka bersama?Mahesa mengusap hidungnya dengan cepat lalu memasang kuda-kuda dan segera
Aku merasa sedang bermimpi saat ini. Sesuatu yang mustahil aku lakukan dan itu demi satu nama Mahesa. Ya karna dia aku berada di sini. Di suatu club yang tidak pernah aku injak dimana pun itu.Suara alunan musik terdengar begitu keras dari luar dan itu membuat telinga yang tidak terbiasa mendengar suara musik ini ingin menutup telinga namun rasanya sangat bodoh, orang lain terbiasa lalu mengapa aku harus menutup telinga demi semua itu. Aku biarkan semua itu dan bersikap sewajarnya.Seperti dugaanku tidak hanya musik yang mengalun begitu keras aroma pekat dari alkohol bercampur dengan nikotin tercium ke dalam indera penciumanku."Oh yang benar saja, aku tak menyukai bau ini, mengapa dia membiarkanku masuk dan mencium aroma ini," gerutuku dalam hati.Mahesa meneleponku dan aku terpaksa menemuinya karna ku tahu dari suaranya dia terdengar sangat membutuhkanku. Nekat aku pun datang ke sini untuk mencarinya.Begitu berada di dalam aku
"Aku tahu kamu semalam sama siapa Mahesa."Lian pagi itu datang ke rumah Mahesa dengan sengaja karna dia tahu harus melakukan sesuatu. Lian butuh penjelasan dan Mahesa harus memberitahunya kalau tidak dia harus melakukan sesuatu menekannya agar menjauh dari hidup mereka."Masuk!" Mahesa berucap tegas dan memerintah. Mahesa menyingkir memberi jalan untuk Lian masuk ke dalamnya."Aku tidak mau berlama-lama di sini Mahesa. Aku harus kerja dan aku butuh penjelasanmu sekarang. Aku tidak mau berbohong jawablah jujur dan aku segera pergi.""Aku salah apalagi?""Kamu yang mengantar Raisa tadi malam? Mama khawatir saat tahu Raisa tidak ada di rumah tadi malam. Dia meneleponku dan menanyakan apakah Raisa ada di tempatku atau tidak dan jawabannya siapa lagi kalau bukan ada di rumahmu. Kamu menyuruhnya untuk ke rumahmu? Malam-malam begitu?""Duduk lah aku sedang pusing terlalu banyak alkohol yang ku minum semalam."Lian tetap berdiri di san
Pernikahan yang telah di tunggu-tunggu itu pun akhirnya terjadi dan terlaksana. Setelah sekian lama kami merajut suatu hubungan, kami memutuskan untuk melanjutkan kepada hubungan serius apalagi kalau bukan menikah.Tentu saja semua yang terjadi membuatku bahagia. Tidak ada rasa sedih sama sekali. Aku bahagia. Ku pikir yang tadinya aku merasa ragu dengan kenyataan. Nyatanya tidak begitu. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam hati. Haruskah aku menikah dengan Alex. Apakah bisa aku menjalaninya bersama dia? Apakah hubungan kami akan baik-baik saja nantinya? Apakah kami akan bersama tanpa ada permasalahan yang timbul. Semua pertanyaan itu selalu saja ada selama waktu menunggu pernikahan itu terjadi.Tapi segera aku tepis ketika Alex dengan lantangnya mengucapkan janjinya pada penghulu. Memberikanku keyakinan kalau dia memang yang terbaik untukku.Dengan sorot mata tegas dia berikrar akan menjalani pernikahan bersamaku. Detik itu juga ada rasa lega da
Setelah taksi itu berhenti tepat di depan rumah Mahesa. Raisa dengan semangat turun dari taksi lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mahesa. Pintu gerbang tak di kunci jadi dia langsung masuk dan mengentuk pintu depannya. Raisa menunggu dengan sabar sampai sepuluh menit kemudian Mahesa membuka pintu dengan penampilan yang sudah terlihat rapi. Pakaian yang biasa di pakai tidak seperti ini. Sekarang dia sudah menggunakan jaket yang menutupi tubuh atletisnya."Kak aku datang untuk menemuimu dan juga aku ingin kita pergi bersama. Aku sudah membuatkan bekal untuk kita berdua. Kita akan berpiknik dan mengunjungi satu tempat. Gimana? Kak Mahesa nggak sibuk kan? Ayolah kita pergi, lihat di luar sana. Hari ini terlihat begitu cerah jadi kita jangan membuang-buang waktu tanpa berpergian.""Hm ... aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu hari ini dan ... masuklah dulu, kita sebaiknya bicara di dalam. Aku akan memberitahu sesuatu untukmu."Raisa menelan salivanya karna uca
Raisa menatap penampilannya yang sudah rapi itu pada sebuah kaca yang di letakkan tak jauh dari tempat tidurnya. Dia mengamati penampilannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamarnya.Sebelumnya dia merasa frustasi dengan gaun apa yang dirasa cocok untuk dia gunakan. Dia sudah berkali-kali memakai gaun yang dinilainya sempurna untuk bertemu seseorang tapi setelah dipakai kenyataannya tak terlihat cocok untuk dia pakai. Raisa menggerutu karna rasanya tak ada gaun yang menarik minatnya. Tapi saat melihat salah satu gaun tersisa yang belum dia coba, Raisa mencobanya dan sangat pas untuk tubuhnya. Akhirnya pilihan terakhir adalah gaun yang dia pakai ini. Bermotif bunga kecil berwarna kuning cerah.Merasa sudah baik semua, Raisa mengambil tas slempangnya dan keluar dari kamar. Langkahnya menuju ke dapur dimana dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Mahesa. Sesuatu yang akan membuatnya melupakan perasaannya pada Lian.Setelah Raisa tahu kalau Alex t
Lian membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sedikit pun. Rasa pusing menyerang kepalanya. Namun dia abaikan. Semua itu penyebabnya adalah rasa lelah yang dia derita dan airmata yang ia tumpahkan sejak semalam. Pertemuannya dengan Mahesa menyisakan sebuah pertanyaan dan duka yang masih ada, dia tidak bisa menjawabnya tapi rasanya ia yakin kalau memang itu yang terbaik untuk mereka berdua.Tatapan terakhir dari sorot matanya itu mengisyaratkan betapa dia sangat mencintainya. Sungguh, hatiku berkata demikian. Tak mungkin kalau hanya sekedarnya saja dan bodohnya lagi, sentuhan yang diberi olehnya juga tak bisa membuat tubuhku menolak sedikit pun. Sangat memalukan. Jelas-jelas aku menerimanya dan tak berdusta ketika aku juga menginginkan hal yang sama.Tapi lagi-lagi aku berpikir, aku tak mau jatuh ke titik yang sama seperti dulu meskipun dengan satu alasan yang sama, Mahesa mencintaiku, aku tidak berbalik arah.Aku
Malam itu Raisa ingin memberi kejutan pada Mahesa. Dia sudah membuat sebuah coklat spesial untuknya. Mahesa pasti suka dengan coklat buatannya. Dulu dia bilang rasa coklat yang Raisa buat tergolong unik dan enak. Mahesa menyukainya dan sekarang Raisa akan memberinya lagi untuknya dengan tujuan supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki itu.Raisa tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksinya saat Raisa membawakan coklat ini untuknya. Raisa tersenyum begitu mengingat wajah Mahesa yang tampak terkejut mengetahui Raisa yang begitu perhatian.Taksi pun berhenti di depan rumah Mahesa dan tanpa ragu kakinya melangkah mendekati rumah Mahesa membuka pintu gerbang yang tidak terkunci lalu mengetuk pelan pintu depan rumahnya.Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan penampilan Mahesa yang sedikit berantakan. Raisa mengernyit memandang laki-laki itu yang tidak rapi seperti biasanya. Namun berbeda dengan Mahesa. Dia malah tampak terkejut mendapati Raisa berdiri di
Merasa istirahatku sudah cukup, aku pun membuka mata dan merenggangkan tanganku. Setelah tidur panjang dan meminum obat yang di beri Lian, pusingku sudah menghilang. Aku melihat ke sekeliling dan sempat merasa tak sadar aku dimana. Kini aku mendapati aku berada di dalam kosong dan tak berpenghuni.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukaku lalu keluar untuk mengganti pakaianku yang terasa lembab dan sudah berbau keringat. Pendingin ruangan yang menyala tidak membuat suhu tubuhku menjadi dingin malah membuatku berkeringat. Mungkin efek dari aku meminum obat itu yang membuat aku merasakan sedikit lebih berkeringat.Kakiku melangkah keluar dan mencari dimana keberadaan Lian. Dia berjanji menungguku dan ku pastikan dia masih berada di rumah ini.Ternyata Lian sedang memasak sesuatu di dapur. Baunya harum dan sepertinya dia lumayan jago memasak. Mahesa berdeham dan Lian pun menoleh untuk melihat. Mahesa berdiri di depan pintu su
"Aku tahu kamu semalam sama siapa Mahesa."Lian pagi itu datang ke rumah Mahesa dengan sengaja karna dia tahu harus melakukan sesuatu. Lian butuh penjelasan dan Mahesa harus memberitahunya kalau tidak dia harus melakukan sesuatu menekannya agar menjauh dari hidup mereka."Masuk!" Mahesa berucap tegas dan memerintah. Mahesa menyingkir memberi jalan untuk Lian masuk ke dalamnya."Aku tidak mau berlama-lama di sini Mahesa. Aku harus kerja dan aku butuh penjelasanmu sekarang. Aku tidak mau berbohong jawablah jujur dan aku segera pergi.""Aku salah apalagi?""Kamu yang mengantar Raisa tadi malam? Mama khawatir saat tahu Raisa tidak ada di rumah tadi malam. Dia meneleponku dan menanyakan apakah Raisa ada di tempatku atau tidak dan jawabannya siapa lagi kalau bukan ada di rumahmu. Kamu menyuruhnya untuk ke rumahmu? Malam-malam begitu?""Duduk lah aku sedang pusing terlalu banyak alkohol yang ku minum semalam."Lian tetap berdiri di san
Aku merasa sedang bermimpi saat ini. Sesuatu yang mustahil aku lakukan dan itu demi satu nama Mahesa. Ya karna dia aku berada di sini. Di suatu club yang tidak pernah aku injak dimana pun itu.Suara alunan musik terdengar begitu keras dari luar dan itu membuat telinga yang tidak terbiasa mendengar suara musik ini ingin menutup telinga namun rasanya sangat bodoh, orang lain terbiasa lalu mengapa aku harus menutup telinga demi semua itu. Aku biarkan semua itu dan bersikap sewajarnya.Seperti dugaanku tidak hanya musik yang mengalun begitu keras aroma pekat dari alkohol bercampur dengan nikotin tercium ke dalam indera penciumanku."Oh yang benar saja, aku tak menyukai bau ini, mengapa dia membiarkanku masuk dan mencium aroma ini," gerutuku dalam hati.Mahesa meneleponku dan aku terpaksa menemuinya karna ku tahu dari suaranya dia terdengar sangat membutuhkanku. Nekat aku pun datang ke sini untuk mencarinya.Begitu berada di dalam aku
Bugg ...Satu pukulan mengenai mata Mahesa, Alex ingin memukulnya kembali namun langsung di tangkis oleh Mahesa. Mahesa waspada dan tak lupa menahan diri agar tak tersulut emosi. Tadinya dia tidak tahu kalau Alex akan memukulnya. Setelah pukulan menyentuh wajahnya baru dia sadar kalau dia dalam bahaya.Mahesa menyeringai, memandang satu arah dimana lawannya saat ini sedang berdiri tegak memandang sengit ke arahnya.Mahesa memang tak belajar beladiri tapi dia tahu harus bertindak bagaimana saat ini. Mengalah tak akan pernah membuat lawannya tahu kalau yang sebenarnya dari satu pukulan itu tidak akan baik untuk ke depannya. Memukul memang tidak sulit tapi tak kan bisa menyelesaikan masalah. Itu yang sebenarnya dia inginkan untuk Alex sendiri. Kalau dia suka memukul pasti ke depannya juga sikapnya tak jauh berbeda. Bagaimana dengan Lian nantinya kalau mereka bersama?Mahesa mengusap hidungnya dengan cepat lalu memasang kuda-kuda dan segera