Setelah menghadiri reuni, Luna Sonara menghabiskan malam penuh gairah dengan bosnya. Bosnya galak dan kejam. Semua orang yang berkecimpung di dunia bisnis takut padanya, tetapi Luna malah mendapatkan perlakuan khusus darinya. Karena dia telah menyukai Luna selama 12 tahun. Hubungan satu malam itu membuatnya mengandung anak bosnya. Luna ingin menggugurkan anak itu, tetapi bosnya malah mengajaknya pergi mendaftarkan pernikahan. Luna mengira setelah melahirkan anak itu, pria itu akan menceraikannya. Tak disangka, pria itu malah terus menjeratnya. "Tertulis jelas di perjanjian pranikah. Setelah aku melahirkan anak, kita cerai. Bagaimana boleh kamu mengingkari janji?" Pria itu memeluk istrinya yang mungil, lalu membujuk istrinya dengan nada lembut, "Istriku tercinta, aku sudah merobek perjanjian pranikah. Perjanjian itu sudah nggak berlaku." "Berengsek kamu!" Luna sangat kesal, dia langsung berbalik pergi. 12 tahun lalu, dia sudah kehilangan Luna. Kali ini, dia tidak akan melepaskan Luna lagi. Dia perlahan-lahan meluluhkan hati Luna agar bisa hidup bersama wanita yang dia cintai.
View MoreSummer’s Point of View
I married the youngest handsome rich guy like I've ever dreamed of.
It was our third year anniversary and yet this was the gift he gave me. A divorce paper.
I used to think that my life would be complete when he would choose to stay with me, but I was wrong. Those three years “together” felt hollow, as our relationship could not be considered a genuine marriage, since he never gave us the opportunity to build a family together.
Why did he marry me again? Oh, I already had forgotten.He is rarely in my presence. Most of the time, I only hear about him on the TV news.[Breaking News! Steven Carter was spotted having dinner with Amby Black, a famous model and actress at a VIP Premium restaurant. It was widely believed that the two of them had had an intimate connection since childhood. Could this possibly be a suggestion that the feelings we believed had been extinguished will be reignited?]The news I heard didn't seem to register in my mind.In the darkness of my room, the TV provided a faint glow. The air conditioner was blowing a chill, leaving a palpable heaviness in the atmosphere. I was just about to reach for the remote to turn off the TV when my phone buzzed.Name on that massage showed: Hubbie ♡ Steven Carter
I clicked open.
[I have sent the divorce papers. All that's left is for you to sign your name on the documents.]
Although he has threatened to divorce me many times and I clearly understand what a stupid role I play in this marriage. But I still find it hard to believe that he actually did it.
I felt a wave of dread when I read the text message. ‘Who am I fooling? Myself? Why can’t I accept the fact that I need to leave this marriage? What else am I holding on to?’
As the salty tears streamed down my face, I felt an aching emptiness, and the taste of despair lingered on my tongue. The simple text message on the screen was distorted by the water in my eyes, making it hard for me to read. I was overwhelmed with emotion as I touched the words letter by letter, as if my chest were being pounded with every beat of my heart.Steven, why do I find it so difficult to love you?Amidst the pain and the heaviness I was feeling, I shed some tears for a few minutes before gathering my strength to take my suitcase and pack the clothes I required for my departure.As I packed my suitcase, my vision blurred from tears streaming down my face, and I could barely make out the clothes and items I threw inside of it.
I was feeling lost in terms of what my next move should be, and I was not sure where I should head, but all I knew was that I needed to take some fresh breaths right now.
I exited through the large door, the rain was coming down in a torrential downpour. The sound of thunder and the intensity of the lightning were so terrifying that I felt like I was the one being chosen to suffer their wrath.Not allowing myself to be scared away, I quickly went out into the rain to put my things inside the car.By the time I had gotten in the car, I was already drenched and water was dripping off my body.Making a conscious decision to hit my head on the steering wheel, I cried out loud again. My hot tears had disappeared, yet they had been replaced with the coldness of the rainwater. The loud thunder was so loud that it was almost impossible for me to hear my own cries.
The rain almost seemed to share the sorrow I had inside me, like it was mourning along with me. I was convinced that it had a way of understanding the depths of my pain at this moment.Taking some time to center myself and regain control, I wiped the tears from my cheeks with my fingers. Then, I started the car.As I made my way out of the automatic gate, I was met with the darkness of the night and I could not make out anything that was ahead of me.The road ahead was dark, but my heart brightened a little by little.
Have I no pride? For him, I've put it down. Yes, I used to, more than once.
Finally, I made my decision.
Three years. That’s pretty much enough as evidence. Isn't it?
Keeping my gaze on the road, I maneuvered my right arm to the passenger seat to grab my phone.
After successfully taking it, I quickly searched for Steven’s text message so I could reply to him.In fact, I had gone through the idea in my head several times, yet I convinced myself each time that this shouldn't be the end.
I bit my lower lip and closed my eyes to send and end this.
[OK. I will sign the divorce paper.]
However, instead of sending the text message, I was distracted by the loud horn of the car that was coming to collide with my vehicle, the light that flushed in my eyes, and the sudden sound of the crash that I heard.Before I could react to what was about to happen, another car had already rammed my vehicle. As I drifted off into unconsciousness, I noticed the sudden buzzing of my phone and a new message I received from Steven.[I’m going home tonight and by the time I get home you should have signed the paper annulling our marriage.]Funny... I find myself in this predicament desperately, and my husband not only asked for a divorce, but insisted upon it.Do you remember, Steve? This was the exact day we got married...? This supposedly is our celebration for our three years of marriage. But why? Why must your gift to me be a marriage that brings nothing but pain? Have I not been the wife you've wanted me to be?As my tears rolled down my face, I felt my hearing and eyes gradually slipping away until all that filled the air was a low hum.Para tamu yang menghadiri pesta hari ini berasal dari kalangan sosialita.Karena Luna akan hadir bersama Gavin, Gavin tidak akan membiarkannya mempermalukan diri sendiri.Jadi, selain membelikan pakaian untuk Luna, dia juga menyewa penata rias untuk Luna.Satu jam kemudian, Luna muncul di hadapan Gavin dengan mengenakan gaun panjang berwarna sampanye.Wajahnya yang dirias dengan rapi tampak sangat menawan.Luna berjalan ke hadapan Gavin sambil tersenyum cerah. Senyuman ini menyebar di seluruh wajahnya, bahkan sudut matanya pun sedikit terangkat.Ketika melihatnya, jantung Gavin berdebar kencang. Dia termenung dan hampir tidak bisa mengendalikan diri."Pak Gavin, bagaimana menurutmu?" tanya Luna sambil tersenyum tipis."Sangat cantik. Gavin berdiri, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Seberkas cahaya lembut melintas di matanya. "Ayo.""Ya." Luna mengangguk, lalu berjalan mengikuti Gavin.Setelah masuk ke dalam mobil dan mobil sudah melaju di jalan raya, Luna bertanya, "Pak Ga
Pesta ulang tahun berlangsung pada malam hari. Sore hari, Luna masih perlu kembali ke kantor. Jadi, dia memakai kembali pakaiannya.Setelah membayar tagihan dan membawa barang belanjaan Luna, Gavin mengajaknya kembali ke mobil.Riko langsung berkendara menuju Grup Harris.Luna kembali ke kantor sekretaris. Ketika dia baru selesai bekerja, Mila meneleponnya.Mila meneleponnya di saat seperti ini, jangan-jangan karena James memberi tahu Mila soal pernikahan dan kehamilannya?Luna menjawab panggilan itu dengan gugup.Sebelum dia berbicara, terdengar suara nyaring Mila dari ujung lain telepon."Luna! James bilang kamu sudah hamil? Sudah menikah? Kapan?"Hati Luna tersentak, amarahnya pun meluap.James sungguh berengsek, bisa-bisanya memberitahukan hal ini pada ibunya.Menyebalkan."Nggak, aku bohongi dia.""Kenapa kamu bohongi dia? Luna, sekalipun kamu berdoa setiap hari, kamu nggak akan bisa temukan pria sebaik dia. Selain itu, kamu menolaknya dengan alasan seperti ini, apa Ibu masih bisa
"Apa ukuran Anda? Biar saya ambilkan ukuran Anda," tanya pelayan toko itu dengan sopan.Luna berkata, "Nggak usah, aku sedang hamil, nggak bisa pakai gaun seperti ini."Pelayan toko itu tersenyum cerah. "Ternyata Anda istri bapak itu. Maaf, Anda terlalu cantik. Saya kira Anda adalah pacarnya."Pelayan toko ini sungguh pandai berbicara.Gavin kembali. Dia melirik gaun di tangan pelayan toko, lalu menatap Luna sambil bertanya, "Nggak cocok?"Luna mengangguk, "Ya, agak ketat."Gavin menatap pelayan toko itu dengan tenang. "Pilihkan baju yang lebih longgar, dia sedang hamil."Pelayan itu menjawab sambil tersenyum, "Baik, Pak."Pelayan toko itu mengangguk, lalu pergi memilihkan gaun untuk Luna.Sebenarnya, ukuran gaun itu sudah pas. Apalagi dia baru hamil, perutnya belum membesar, gaun itu cocok di badannya.Luna tidak ingin membelinya karena harganya terlalu marah.Luna tidak berani memakai gaun semahal itu.Luna mengerutkan kening sambil berkata pada Gavin dengan heran, "Pak Gavin, nggak
"Pak Gavin, aku ingat." Luna mengerutkan keningnya dengan waspada."Ayo pergi." Gavin bangkit dan meninggalkan ruangan.Luna mengikutinya dari belakang.Mobil diparkir di luar restoran, Gavin membuka pintu. Setelah Luna masuk ke dalam mobil, dia pun masuk.Ketika Riko sedang berkendara menuju perusahaan, terdengar suara Gavin dari belakang."Pergi ke Harbor Plaza.""Baik, Pak Gavin," jawab Riko. Kemudian, dia melaju menuju pusat perbelanjaan Harbor Plaza.Awalnya, Luna ingin menanyakan tujuan mereka pergi ke Harbor Plaza. Namun, mengingat betapa marahnya Gavin tadi, dia tidak berani bertanya.Di tengah perjalanan, Gavin tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ekspresinya sangat serius, alisnya berkerut hebat dan sorot matanya sangat dingin.Melihat sikapnya ini, Luna makin tidak berani bertanya.Mobil segera tiba di Harbor Plaza.Riko membuka pintu mobil. Setelah Luna keluar, Gavin pun keluar dari sisi lain."Ikut aku," kata Gavin dengan nada dingin."Baik." Luna mengikutinya.Aneh sekali.
Mila pernah tersakiti dalam hubungan percintaan. Kalau dia tahu mereka akan bercerai, dia pasti tidak bisa menerima hal ini.Cepat atau lambat, mereka akan bercerai. Jadi, kenapa dia harus memberi tahu Mila?Melihat ekspresi Luna, Gavin menarik napas dalam-dalam dan mengusap keningnya. Sepertinya dia tidak bisa memaksa Luna."Ini adalah terakhir kalinya, jangan sampai terulang."Luna seolah-olah mendapatkan pengampunan, sarafnya yang tegang pun kembali rileks."Jangan khawatir, Pak Gavin. Kujamin nggak akan terjadi lagi.""Sudah makan?" Tatapan Gavin padanya menjadi lebih rileks dan tidak semenakutkan sebelumnya lagi."Sudah makan," jawab Luna dengan jujur."Ayo pergi." Gavin bangkit dan keluar. Namun, dia tidak meninggalkan restoran, melainkan pergi ke ruangan tempat Nathan dan yang lainnya berada.Luna berdiri di depan pintu. Ketika melihat Timo, Nathan dan yang lainnya, dia pun tercengang.Dia mengira Gavin datang dengan keluarga atau bos perusahaan lain. Tak disangka, Gavin datang
Luna bersandar ke dinding dan menundukkan kepalanya. Dia menggigit kukunya sambil berkata dengan pelan, "Ibuku memaksaku datang, aku nggak punya pilihan. Selain itu, sekalipun aku datang, aku juga menolaknya. Aku nggak berencana menjalin hubungan dengannya."Gavin menatapnya dengan tatapan dingin, dia menyipitkan matanya sambil bertanya, "Kalau aku nggak muncul, kamu akan bertukar kontak dengannya?""..."Bagaimana mungkin?Dia sudah menolak.Lagi pula, sekalipun Gavin tidak datang, dia tidak akan bertukar kontak dengan James."Kalau kamu nggak datang, aku akan memberitahunya aku sudah menikah. Dengan begitu, dia nggak akan meminta nomorku lagi.""Hebat kamu!" Mata Gavin dipenuhi dengan amarah.Luna kembali membenamkan kepalanya.Dia tidak pernah melihat Gavin begitu marah, ini adalah pertama kalinya.Gavin marah karena dia menyembunyikan pernikahan mereka dan pergi berkencan buta.Dia agak kebingungan.Gavin tidak menyukainya, mereka menikah hanya karena anak hasil kecelakaan satu mal
Tidak terlihat sedikit pun emosi di garis wajahnya yang tegas. Seketika, Luna pun gelisah.Luna mengepalkan tangannya sambil menjawab, "Benar, Pak Gavin."Gavin melirik Luna, tatapannya sangat tajam, seolah-olah menembus isi hati Luna dan membuat Luna tidak berani menyembunyikan apa pun.Tatapan itu membuat Luna gugup.Dia menundukkan kepalanya sambil berkata, "Ibuku memaksaku datang berkencan buta."James mengerutkan keningnya sambil berkata dengan lantang, "Pak Gavin, dia cuma sekretarismu. Aktivitasnya di luar nggak ada hubungannya denganmu, bukan?""Diam!" Gavin menatap James. Dia mengangkat kelopak matanya dengan acuh tak acuh. Sikapnya yang arogan membuat James merasa tertekan.Begitu dibentak Gavin, hati James bergetar.Dia mengetahui nama Gavin dan sering melihat Gavin di televisi, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan Gavin secara langsung.Sejujurnya, aura Gavin sangat kuat. Ini adalah pertama kalinya dia takut pada seseorang.Gavin bertanya dengan suara berat, "Kamu pasanga
James tidak menyangka Luna akan memberikan jawaban seperti ini.Dia mengira dengan kondisinya yang unggul dan dapat menerima situasi keluarga Luna, Luna akan memilih untuk bersamanya. Tak disangka, Luna malah menolaknya!James mengerutkan kening. Dia menatap Luna dengan kaget. "Nona Luna, bolehkah aku tahu alasannya?"Luna menjawab, "Tadi, aku sudah katakan alasannya."Alis James berkerut hebat. "Aku bersedia menerima keluargamu dan berjanji akan membiayai pengobatan adikmu, aku bisa mengatasi masalahmu, kamu nggak usah khawatirkan hal ini.""Kamu memang bisa mengatasi masalahku, tapi aku masih harus merawatnya. Kalau kita bersama, aku pasti nggak bisa fokus. Jadi, Pak James, harap maklum.""Merawatnya bukan masalah. Aku bisa mempekerjakan tenaga profesional untuk merawatnya. Dengan begitu, Nona Luna bisa bekerja dengan tenang."James ini ....Sulit ditangani.Apa pun tanggapannya, James selalu memberinya solusi.Luna mengusap keningnya. Ketika dia menurunkan tangannya dan menatap Jame
"Ya." Gavin mengiakan dengan pelan.Timo berkata, "Pak Gavin, kudengar Sindy akan kembali?"Selain adalah manajer Grup Harris, Timo juga adalah teman sekelas Gavin yang menuntun ilmu bersama di luar negeri.Alasan mengapa dia tidak berkarier di luar negeri adalah karena dia ingin berkarier di Negara Targa.Kebetulan, dia bekerja di Grup Harris.Ketika perusahaan perhiasan yang didirikan Gavin menghasilkan banyak uang di luar negeri, Timo sudah dipromosikan menjadi manajer Grup Harris dengan mengandalkan kemampuannya sendiri.Perlu diakui dia sangat unggul.Sedangkan Sindy yang dibicarakan Timo, mereka mengenalnya ketika kuliah di luar negeri. Meskipun dia mempelajari hukum, karena dia berasal dari Negara Targa, mereka pun berteman.Gavin menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan nada dingin, "Nggak tahu."Sejak kembali ke Negara Targa, Gavin tidak pernah berinteraksi dengan Sindy. Dia tidak mengetahui kabar Sindy."Kupikir kamu tahu," kata Timo."Sindy?" Nathan mengerutkan kening.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments