Cinta Tersembunyi CEO Galak

Cinta Tersembunyi CEO Galak

By:  AyudishaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
2views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah menghadiri reuni, Luna Sonara menghabiskan malam penuh gairah dengan bosnya. Bosnya galak dan kejam. Semua orang yang berkecimpung di dunia bisnis takut padanya, tetapi Luna malah mendapatkan perlakuan khusus darinya. Karena dia telah menyukai Luna selama 12 tahun. Hubungan satu malam itu membuatnya mengandung anak bosnya. Luna ingin menggugurkan anak itu, tetapi bosnya malah mengajaknya pergi mendaftarkan pernikahan. Luna mengira setelah melahirkan anak itu, pria itu akan menceraikannya. Tak disangka, pria itu malah terus menjeratnya. "Tertulis jelas di perjanjian pranikah. Setelah aku melahirkan anak, kita cerai. Bagaimana boleh kamu mengingkari janji?" Pria itu memeluk istrinya yang mungil, lalu membujuk istrinya dengan nada lembut, "Istriku tercinta, aku sudah merobek perjanjian pranikah. Perjanjian itu sudah nggak berlaku." "Berengsek kamu!" Luna sangat kesal, dia langsung berbalik pergi. 12 tahun lalu, dia sudah kehilangan Luna. Kali ini, dia tidak akan melepaskan Luna lagi. Dia perlahan-lahan meluluhkan hati Luna agar bisa hidup bersama wanita yang dia cintai.

View More

Chapter 1

Bab 1

Summer’s Point of View

I married the youngest handsome rich guy like I've ever dreamed of.

It was our third year anniversary and yet this was the gift he gave me. A divorce paper.

I used to think that my life would be complete when he would choose to stay with me, but I was wrong. Those three years “together” felt hollow, as our relationship could not be considered a genuine marriage, since he never gave us the opportunity to build a family together.

Why did he marry me again? Oh, I already had forgotten.

He is rarely in my presence. Most of the time, I only hear about him on the TV news.

[Breaking News! Steven Carter was spotted having dinner with Amby Black, a famous model and actress at a VIP Premium restaurant. It was widely believed that the two of them had had an intimate connection since childhood. Could this possibly be a suggestion that the feelings we believed had been extinguished will be reignited?]

The news I heard didn't seem to register in my mind.

In the darkness of my room, the TV provided a faint glow. The air conditioner was blowing a chill, leaving a palpable heaviness in the atmosphere. I was just about to reach for the remote to turn off the TV when my phone buzzed.

Name on that massage showed: Hubbie ♡ Steven Carter

I clicked open.

[I have sent the divorce papers. All that's left is for you to sign your name on the documents.]

Although he has threatened to divorce me many times and I clearly understand what a stupid role I play in this marriage. But I still find it hard to believe that he actually did it.

I felt a wave of dread when I read the text message. ‘Who am I fooling? Myself? Why can’t I accept the fact that I need to leave this marriage? What else am I holding on to?’

As the salty tears streamed down my face, I felt an aching emptiness, and the taste of despair lingered on my tongue. The simple text message on the screen was distorted by the water in my eyes, making it hard for me to read. I was overwhelmed with emotion as I touched the words letter by letter, as if my chest were being pounded with every beat of my heart.

Steven, why do I find it so difficult to love you?

Amidst the pain and the heaviness I was feeling, I shed some tears for a few minutes before gathering my strength to take my suitcase and pack the clothes I required for my departure. 

As I packed my suitcase, my vision blurred from tears streaming down my face, and I could barely make out the clothes and items I threw inside of it.

I was feeling lost in terms of what my next move should be, and I was not sure where I should head, but all I knew was that I needed to take some fresh breaths right now.

I exited through the large door, the rain was coming down in a torrential downpour. The sound of thunder and the intensity of the lightning were so terrifying that I felt like I was the one being chosen to suffer their wrath.

Not allowing myself to be scared away, I quickly went out into the rain to put my things inside the car.

By the time I had gotten in the car, I was already drenched and water was dripping off my body. 

Making a conscious decision to hit my head on the steering wheel, I cried out loud again. My hot tears had disappeared, yet they had been replaced with the coldness of the rainwater. The loud thunder was so loud that it was almost impossible for me to hear my own cries.

The rain almost seemed to share the sorrow I had inside me, like it was mourning along with me. I was convinced that it had a way of understanding the depths of my pain at this moment.

Taking some time to center myself and regain control, I wiped the tears from my cheeks with my fingers. Then, I started the car.

As I made my way out of the automatic gate, I was met with the darkness of the night and I could not make out anything that was ahead of me.

The road ahead was dark, but my heart brightened a little by little.

Have I no pride? For him, I've put it down. Yes, I used to, more than once.

Finally, I made my decision. 

Three years. That’s pretty much enough as evidence. Isn't it?

Keeping my gaze on the road, I maneuvered my right arm to the passenger seat to grab my phone.

After successfully taking it, I quickly searched for Steven’s text message so I could reply to him. 

In fact, I had gone through the idea in my head several times, yet I convinced myself each time that this shouldn't be the end.

I bit my lower lip and closed my eyes to send and end this.

[OK. I will sign the divorce paper.]

However, instead of sending the text message, I was distracted by the loud horn of the car that was coming to collide with my vehicle, the light that flushed in my eyes, and the sudden sound of the crash that I heard.

Before I could react to what was about to happen, another car had already rammed my vehicle. As I drifted off into unconsciousness, I noticed the sudden buzzing of my phone and a new message I received from Steven.

[I’m going home tonight and by the time I get home you should have signed the paper annulling our marriage.]

Funny... I find myself in this predicament desperately, and my husband not only asked for a divorce, but insisted upon it.

Do you remember, Steve? This was the exact day we got married...? This supposedly is our celebration for our three years of marriage. But why? Why must your gift to me be a marriage that brings nothing but pain? Have I not been the wife you've wanted me to be?

As my tears rolled down my face, I felt my hearing and eyes gradually slipping away until all that filled the air was a low hum.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Bab 1
Hotel Empero.Setelah menghadiri reuni, Luna Sonara kembali ke kamar hotelnya. Ketika dia hendak mandi, terdengar suara ketukan pintu.Luna pergi membuka pintu.Seorang pria yang mengenakan jas dan sepatu kulit berdiri di depan pintu. Dia tampak sangat berwibawa dan arogan.Melihat pria itu, hati Luna tersentak. "Pak Gavin, kenapa kamu datang ke sini?"Saat ini, Gavin Harris seharusnya berada di hotel lain. Kenapa malah muncul di hotel yang dia tempati?Gavin tidak menanggapi Luna, dia menatap Luna dengan ekspresi dingin. Matanya dipenuhi dengan suatu amarah.Sebelum Luna bereaksi, Gavin sudah mendorong Luna ke dinding dan mengangkat kaki kanannya untuk menutup pintu.Matanya memerah dan tubuhnya dipenuhi dengan bau alkohol.Matanya yang sipit dan tajam tertuju pada Luna, seperti seekor binatang buas yang sedang mengincar mangsa. Tatapannya ini sontak membuat Luna ketakutan."Pak Gavin, kamu ... kamu kenapa?"Gavin memegang dagu Luna dengan telapak tangannya yang besar, lalu mengusap b
Read more
Bab 2
Rapat ini berlangsung selama dua jam.Luna mengikuti Gavin meninggalkan ruang rapat.Sesampai di lantai sepuluh, Gavin pergi ke kantor presdir dan Luna pun kembali ke kantor sekretaris.Tak lama kemudian, Timo yang merupakan manajer Departemen Administrasi menghampirinya. Dia menyerahkan sebuah dokumen kepada Luna sambil berkata, "Ini informasi cip Grup Lingga yang diminta Pak Gavin. Serahkan pada Pak Gavin.""..."Bukannya ketika rapat Gavin menyuruh Timo menyerahkan dokumen itu padanya?Kenapa Timo malah menugaskan hal ini padanya?Jangan-jangan, Timo takut pada Gavin dan tidak berani menemuinya?Luna berkata dengan tenang, "Pak Timo, bukannya Pak Gavin suruh kamu antarkan dokumen ini?"Timo tersenyum licik sambil menjawab, "Sekarang, aku harus pergi ke Grup Nara. Bu Luna, jangan lupa berikan pada Pak Gavin, aku pergi dulu."Sebelum Luna menanggapi, Timo sudah meletakkan dokumen di mejanya dan pergi.Winnie Wijaya yang sedang bekerja melirik Luna dengan tatapan sinis sambil berkata,
Read more
Bab 3
Luna mengambil dokumen uji tuntas, lalu pergi ke kantor presdir.Sesampai di depan meja, Luna menyerahkan dokumen uji tuntas kepada Gavin sambil berkata, "Pak Gavin, ini hasil uji tuntas Grup Awana, silakan dilihat."Gavin melirik Luna, ekspresinya sangat datar.Dia mengambil dokumen yang diserahkan Luna, tetapi dia tidak menyuruh Luna pergi.Setelah membaca laporan uji tuntas Grup Awana, dia bertanya pada Luna, "Kamu sudah baca laporan uji tuntas ini?"Luna menggelengkan kepalanya. "Belum, Departemen Akuntansi yang antarkan laporan ini."Gavin menutup map, lalu menyerahkan map itu pada Luna. Tatapannya berubah dingin. "Jelas-jelas, Grup Awana masih punya utang luar negeri sebesar 400 miliar. Kalau aku langsung akuisisi perusahaan ini, menurutmu siapa yang harus membayar utang luar negeri sebesar 400 miliar ini?"Luna mengerutkan keningnya, dia memiliki firasat buruk.Dia menjawab, "Grup Harris yang akan membayar utang tersebut."Ekspresi Gavin berubah dingin. Aura mencekam terpancar d
Read more
Bab 4
Gavin belum pulang. Melihat Luna datang, tatapannya tidak sedingin sebelumnya dan aura mencekam di sekujur tubuhnya pun mereda. Hanya saja, dia tampak sangat serius dan tegas.Luna berdiri di depan meja, lalu menyapa Gavin dengan penuh hormat, "Pak Gavin.""Katakan." Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Luna. Ekspresinya yang dingin dibaluti dengan suatu emosi."Pak Irvan dari Departemen Legal yang mengurus uji tuntas Grup Awana sudah periksa dua kali. Katanya dia nggak melihat pernyataan soal utang luar negeri. Supervisor Departemen Akuntansi pun katakan hal yang sama.""Tapi, tertera bahwa Grup Awana punya utang luar negeri. Selain itu, asisten Pak Sony dari Departemen Akuntansi yang antarkan hasil laporan ini. Jadi, aku curiga ada yang menambahkan pernyataan tersebut."Luna berbicara dengan waspada, dia takut Gavin akan marah.Melihat ekspresi Gavin masih sedingin sebelumnya, dia meletakkan dokumen di tangannya ke meja, lalu mendorong dokumen itu ke arah Gavin dengan gugup.
Read more
Bab 5
Meskipun hanya melihat dari belakang, Gavin tahu bahwa dia adalah Luna.Mengapa dia datang ke rumah sakit? Dia sakit atau datang untuk menjenguk orang?Gavin tidak lanjut memikirkan hal ini. Dia memasuki lift lainnya dan pergi ke lantai enam.Begitu keluar dari lift, dia melihat sosok Luna.Dia mengikuti Luna pergi ke bangsal nomor tujuh.Dia tidak masuk, hanya berdiri di luar sejenak.Luna yang berada di dalam bangsal sudah menenangkan diri. Dia menatap Moris yang sedang duduk di ranjang pasien sambil tersenyum.Dia bertanya, "Moris, bagaimana keadaanmu hari ini?"Moris menjawab sambil tersenyum, "Kak Luna, hari ini aku merasa jauh lebih baik. Aku baik-baik saja, nggak usah khawatirkan aku.""Ya, baguslah kalau begitu." Luna duduk di ujung ranjang sambil memegang tangan Moris. "Moris, jalani pengobatan baik-baik. Kakak pasti akan kumpulkan biaya operasi buat kamu. Jangan menyerah, percayalah padaku. Mengerti?"Biaya transplantasi jantung lebih dari dua miliar. Moris mengetahui situasi
Read more
Bab 6
Keesokan harinya, di kantor presdir Grup Harris.Luna berdiri di depan kantor. Setelah menenangkan diri, dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu."Masuk." Terdengar suara berat dan serak dari dalam ruangan. Suara ini dibaluti dengan aura yang dingin.Luna mendorong pintu dan memasuki ruangan. Setelah menutup pintu, dia berjalan ke depan meja.Gavin duduk di kursi presdir.Dia mengenakan setelan berwarna hitam yang dirancang secara khusus. Garis rahangnya yang tegas menonjolkan ketampanannya. Selain itu, tubuhnya memancarkan karisma yang tak terkalahkan.Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Luna.Tidak terlihat emosi apa pun di balik matanya, tetapi keningnya dibaluti dengan aura dingin."Ada apa?""Pak Gavin, ada laporan yang perlu Anda lihat."Luna menyerahkan laporan di tangannya kepada Gavin.Semalam, dia sudah berpikir untuk cukup lama. Dia tidak berencana untuk melahirkan anak ini.Dia ingin menggugurkan kandungannya.Namun, sekarang dia kekurangan uang. Jadi, dia terpa
Read more
Bab 7
Jantung Gavin berdebar kencang, suatu cahaya keterkejutan melintas di matanya.Akhirnya, dia tahu mengapa Luna tidak datang menemuinya. Ternyata karena Luna mengalami kecelakaan di hari itu.Selain itu, kalau adiknya tidak mendorongnya tepat waktu, dia pasti sudah ....Dia tidak menyangka Luna akan mengalami hal seperti itu."Bagaimana keadaan adikmu waktu itu?""Dia tertabrak. Kedua tulang rusuknya patah dan kaki kirinya patah. Setelah menjalani operasi tiga kali, dia berhasil bertahan hidup. Pak Gavin, aku boleh berutang pada siapa pun, tapi aku nggak boleh kecewakan dia."Sebelumnya, Gavin merasa Luna adalah wanita yang kejam.Namun, ketika mendengar penjelasan Luna, pandangannya pun berubah.Gavin berdiri dan berjalan ke hadapan Luna. Dia menatap Luna sambil berkata, "Menikahlah denganku. Aku akan undang dokter terbaik di dunia ini untuk operasi adikmu, aku juga akan tanggung biaya operasinya. Kalau kamu nggak percaya, kita bisa buat perjanjian pranikah. Bagaimana?"Karena mereka s
Read more
Bab 8
Gavin memiliki seorang kakak sulung bernama Evan Harris. Dia dua tahun lebih tua dari Gavin dan sudah menikah.Dia memiliki seorang adik laki-laki dan perempuan, mereka belum menikah.Namun, mereka lebih muda dari Gavin. Wajar kalau keluarganya tidak mendesak mereka untuk menikah, melainkan hanya mendesaknya.Gavin mengusap keningnya dengan kesal. "Kakek nggak bisa mengancamku. Ya sudah, kututup dulu."Sebelum kakeknya menjawab, Gavin sudah mengakhiri panggilan.Pada akhirnya, dia tidak memberi tahu kakeknya bahwa mereka sudah menikah.Namun, bisa dimaklumi. Gavin hanya menginginkan anak di dalam kandungannya, bagaimana mungkin mengakui keberadaannya?Gavin melirik sepatu hak tinggi yang dikenakan Luna.Luna mengenakan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam. Dilihat dari ketinggian hak, setidaknya mencapai 10 sentimeter.Ibu hamil tidak seharusnya memakai sepatu hak tinggi.Gavin tidak akan membiarkan anak di dalam perutnya celaka.Gavin menatapnya sambil berkata, "Sekarang, kamu se
Read more
Bab 9
Mereka segera tiba di Restoran Arta.Kendi membukakan pintu mobil untuk Gavin.Setelah Gavin keluar dari mobil, Luna pun keluar.Tak lama kemudian, Kendi membawa Gavin dan Luna pergi ke ruang pribadi di lantai delapan.Kendi mengetuk pintu, lalu masuk.Di dalam ruang pribadi luas yang bergaya tradisional, terdapat sebuah meja makan bundar berbahan kayu cendana.Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan berwarna biru tua duduk di samping meja, ditemani oleh dua wanita dan dua pria.Kendi memberi hormat sambil berkata, "Pak Henson, Pak Gavin sudah datang."Pria bernama Henson Sugi itu berdiri dan berjalan ke hadapan Gavin. Dia tersenyum sungkan sambil berkata, "Halo, Pak Gavin. Maaf nggak menyambutmu secara langsung."Kedua wanita dan pria itu pun berjalan mendekat dan berdiri di samping Henson.Ketika Henson mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Gavin, Luna yang berada di samping berkata, "Pak Henson, maaf. Pak Gavin nggak suka bersalaman dengan orang.""Oh, ya? Maaf, aku ngg
Read more
Bab 10
Nada bicara Gavin tegas dan mendominasi. Dia tidak memberikan Luna kesempatan untuk menolak, dia langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.Sebelum Luna tersadar, ponselnya berdering.Ibunya, Mila Effendi menelepon.Luna menjawab telepon, lalu berjalan ke arah sofa dan duduk."Ibu, ada apa?""Luna, kamu di mana? Kenapa malam ini kamu nggak datang ke rumah sakit untuk menjenguk adikmu?""Aku sedang dinas, besok sore baru pulang. Karena besok pagi masih harus pergi ke Kota Bantar."Sebagai sekretaris Gavin, dua atau tiga hari dalam sebulan dia harus mengikuti Gavin melakukan perjalanan bisnis.Dia sudah terbiasa."Oh, ternyata begitu. Bibi Sinta punya anak laki-laki yang bertugas di ketentaraan. Besok, dia akan kembali. Dia lumayan tampan dan sangat berbakti. Aku mau suruh kamu pergi menemuinya."Ini adalah keempat kalinya dia berkencan buta dalam bulan ini.Namun, dia tidak bisa menyalahkan ibunya.Sekarang, dia sudah berusia 28 tahun. Teman-teman yang sebaya dengannya sudah melahirkan
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status