Share

Bab 4

Penulis: Ayudisha
Gavin belum pulang. Melihat Luna datang, tatapannya tidak sedingin sebelumnya dan aura mencekam di sekujur tubuhnya pun mereda. Hanya saja, dia tampak sangat serius dan tegas.

Luna berdiri di depan meja, lalu menyapa Gavin dengan penuh hormat, "Pak Gavin."

"Katakan." Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Luna. Ekspresinya yang dingin dibaluti dengan suatu emosi.

"Pak Irvan dari Departemen Legal yang mengurus uji tuntas Grup Awana sudah periksa dua kali. Katanya dia nggak melihat pernyataan soal utang luar negeri. Supervisor Departemen Akuntansi pun katakan hal yang sama."

"Tapi, tertera bahwa Grup Awana punya utang luar negeri. Selain itu, asisten Pak Sony dari Departemen Akuntansi yang antarkan hasil laporan ini. Jadi, aku curiga ada yang menambahkan pernyataan tersebut."

Luna berbicara dengan waspada, dia takut Gavin akan marah.

Melihat ekspresi Gavin masih sedingin sebelumnya, dia meletakkan dokumen di tangannya ke meja, lalu mendorong dokumen itu ke arah Gavin dengan gugup.

"Pak Gavin, buat hindari kejadian yang sama, laporan uji tuntas ini kuambil sendiri. Selain itu, aku sudah suruh Pak Sony selidiki masalah ini. Aku yakin masalah ini akan segera selesai."

Tadi, Gavin masih sangat cuek. Dalam sekejap, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan aura mencekam. Hal ini membuat jantung Luna berdebar kencang.

"Suruh dia selidiki sampai tuntas. Kalau nggak ada hasilnya, kabari Departemen Personalia, pecat dia!"

"Baik, Pak Gavin," jawab Luna sambil menganggukkan kepalanya.

Amarah di sekujur tubuh Gavin mereda. Dia menatap Luna sambil berkata, "Kamu sudah boleh pulang."

"Baik, Pak Gavin."

Luna mengangguk, lalu berbalik meninggalkan ruangan.

Setelah kembali ke kantor sekretaris, Luna berkemas dan pulang.

Di depan gedung Grup Harris, Luna memanggil taksi dan langsung berangkat ke rumah sakit.

Adik Luna masih dirawat di rumah sakit. Kali ini, dia pergi ke rumah sakit bukan hanya untuk menjenguk adiknya, tetapi juga untuk melakukan pemeriksaan.

Kejadian itu sudah berlalu satu bulan. Beberapa hari ini, dia sering mual-mual, apalagi ketika melihat makanan berminyak.

Menstruasinya sudah terlambat belasan hari dan dia sering mengantuk.

Dia mencari tahu di internet dan tertera bahwa itu adalah gejala awal kehamilan.

Akan tetapi, sebagian besar hal di internet berlebihan dan kurang terpercaya.

Jadi, karena dia akan menjenguk adiknya, dia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan.

Tak lama kemudian, Luna tiba di rumah sakit.

Luna tidak langsung pergi ke bangsal. Dia mengambil antrean di Departemen Ginekologi.

Sesampai di ruangan, Luna menjelaskan kondisinya kepada dokter dan dokter pun menyarankannya untuk melakukan pemeriksaan lanjut.

Setelah mengambil formulir yang diberikan dokter, Luna pergi membayar tagihan dan menjalani tes darah.

Hasil tes darah tidak langsung keluar. Luna pun tidak menunggu dan langsung menjalani USG.

Hanya dalam beberapa menit, hasil USG langsung keluar.

Ketika mengambil hasil USG dan melihat sejenak, jantungnya tersentak. Wajahnya dipenuhi dengan keterkejutan.

Hasil USG membuat sekujur tubuhnya melemas. Dia bersandar di dinding dengan gugup.

Bagaimana mungkin?

Jelas-jelas, hanya sekali. Bagaimana mungkin hamil?

Hasil pemeriksaan ini tidak valid, pasti bermasalah.

Meskipun sudah menerima hasil pemeriksaan, Luna tidak langsung pergi menemui dokter.

Setelah menerima hasil tes darah, Luna membawa kedua hasil pemeriksaan itu dan bergegas ke ruang konsultasi.

Dokter kandungan mengambil hasil pemeriksaan yang diberikan Luna. Setelah melihat hasilnya, dia pun menatap Luna.

"Kamu hamil. Dilihat dari hasil tes darah dan USG, usia kehamilanmu sudah hampir enam minggu."

Ketika menunggu hasil tes darah, Luna sangat gugup.

Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan kalau dirinya benar-benar hamil?

Dia bahkan berharap bahwa hasil pemeriksaan salah, dia tidak hamil.

Jadi, dia berusaha untuk menenangkan diri.

Namun, setelah mendengarkan ucapan dokter, dia pun tercengang.

Melihat reaksi Luna, dokter kandungan itu mendorong kacamatanya sambil bertanya, "Apa kamu akan melahirkan anak ini?"

Tanpa sadar, sepasang tangan Luna yang berada di pangkuannya mulai bergetar. Dia menatap dokter kandungan itu dengan gugup dan takut.

"Dokter, apa mungkin hasil pemeriksaan ini bermasalah? Apa hasilnya akurat?"

"Kamu nggak menginginkan anak ini?" tanya dokter kandungan itu sambil mengerutkan kening.

Dokter sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Biasanya, orang-orang yang menunjukkan reaksi seperti ini tidak mengharapkan kehadiran anak di kandungannya. Sebaliknya, orang-orang yang senang mendengar kabar kehamilan sangat menantikan kehadiran anak di kandungannya.

Luna menggelengkan kepalanya, suaranya terdengar agak gugup. "Aku nggak bisa melahirkan anak ini. Adikku masih dirawat di sini, situasinya sangat parah. Kalau kulahirkan anak ini, aku nggak bisa bayar biaya operasi adikku."

Dokter kandungan itu menjawab dengan sabar, "Peralatan di rumah sakit kami sangat canggih, nggak mungkin ada kesalahan. Meski situasi keluargamu agak rumit, anak ini nggak bersalah. Kusarankan kamu diskusikan dengan keluarga dan pacarmu."

"Aku benar-benar hamil?" Luna menatap dokter kandungan itu. Saking cemasnya, matanya pun memerah.

Dokter kandungan itu mengangguk sambil menjawab, "Ya, diskusikan dengan keluargamu. Kalau nggak mau melahirkan anak ini, segera ambil tindakan."

Setelah berkata demikian, dokter menyerahkan laporan pemeriksaan kepada Luna.

Luna menerima laporan pemeriksaan itu dengan gemetaran. Setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh ke arah dokter sambil bertanya, "Dokter, kalau mau lakukan aborsi, butuh siapkan berapa banyak uang?"

Dokter kandungan menjawab, "Kalau kamu mau lakukan aborsi di sini, biayanya sekitar enam sampai delapan juta."

"Semahal itu?" Luna agak kaget. Dia mengira dia hanya perlu minum obat untuk menggugurkan anak ini. Tak disangka, dia perlu mengeluarkan biaya sebesar enam sampai delapan juta.

Dokter kandungan itu berkata dengan tenang, "Bayi di perutmu lebih berharga dari nominal ini. Nak, pulanglah dan diskusikan dengan pacarmu. Bagaimanapun, ini nyawa. Kuharap kalian pertimbangkan baik-baik."

"Baik, terima kasih, Dokter." Luna menggenggam erat laporan pemeriksaan di tangannya dan berjalan meninggalkan Departemen Ginekologi.

Sesampai di koridor, Luna mengangkat laporan pemeriksaan di tangannya. Dalam sekejap, suasana hatinya menjadi sangat rumit.

Jelas-jelas, hanya satu malam. Mengapa dia langsung hamil?

Meskipun dia ingin membicarakan hal ini dengan Gavin, dia yakin bahwa Gavin tidak menginginkan anak ini.

Karena latar belakangnya, Gavin tidak akan menikahinya, apalagi memperbolehkannya melahirkan anak ini.

Jadi, dia tidak punya pilihan selain menggugurkan anak ini.

Namun, sebagian besar uang yang dia miliki sudah digunakan untuk mengobati adiknya. Sekarang, total uang yang dia miliki hanya beberapa ratus ribu dan tidak cukup untuk membayar biaya aborsi.

Luna melihat laporan pemeriksaan di tangannya sambil menarik napas dalam-dalam.

Langit sudah mulai gelap, sebaiknya dia pergi menjenguk Moris terlebih dahulu.

Luna memasukkan laporan itu ke dalam tasnya, lalu pergi ke lantai enam gedung rawat inap.

Ketika Luna memasuki lift, Gavin yang datang untuk menjenguk neneknya melihat sosok Luna.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 5

    Meskipun hanya melihat dari belakang, Gavin tahu bahwa dia adalah Luna.Mengapa dia datang ke rumah sakit? Dia sakit atau datang untuk menjenguk orang?Gavin tidak lanjut memikirkan hal ini. Dia memasuki lift lainnya dan pergi ke lantai enam.Begitu keluar dari lift, dia melihat sosok Luna.Dia mengikuti Luna pergi ke bangsal nomor tujuh.Dia tidak masuk, hanya berdiri di luar sejenak.Luna yang berada di dalam bangsal sudah menenangkan diri. Dia menatap Moris yang sedang duduk di ranjang pasien sambil tersenyum.Dia bertanya, "Moris, bagaimana keadaanmu hari ini?"Moris menjawab sambil tersenyum, "Kak Luna, hari ini aku merasa jauh lebih baik. Aku baik-baik saja, nggak usah khawatirkan aku.""Ya, baguslah kalau begitu." Luna duduk di ujung ranjang sambil memegang tangan Moris. "Moris, jalani pengobatan baik-baik. Kakak pasti akan kumpulkan biaya operasi buat kamu. Jangan menyerah, percayalah padaku. Mengerti?"Biaya transplantasi jantung lebih dari dua miliar. Moris mengetahui situasi

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 6

    Keesokan harinya, di kantor presdir Grup Harris.Luna berdiri di depan kantor. Setelah menenangkan diri, dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu."Masuk." Terdengar suara berat dan serak dari dalam ruangan. Suara ini dibaluti dengan aura yang dingin.Luna mendorong pintu dan memasuki ruangan. Setelah menutup pintu, dia berjalan ke depan meja.Gavin duduk di kursi presdir.Dia mengenakan setelan berwarna hitam yang dirancang secara khusus. Garis rahangnya yang tegas menonjolkan ketampanannya. Selain itu, tubuhnya memancarkan karisma yang tak terkalahkan.Dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Luna.Tidak terlihat emosi apa pun di balik matanya, tetapi keningnya dibaluti dengan aura dingin."Ada apa?""Pak Gavin, ada laporan yang perlu Anda lihat."Luna menyerahkan laporan di tangannya kepada Gavin.Semalam, dia sudah berpikir untuk cukup lama. Dia tidak berencana untuk melahirkan anak ini.Dia ingin menggugurkan kandungannya.Namun, sekarang dia kekurangan uang. Jadi, dia terpa

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 7

    Jantung Gavin berdebar kencang, suatu cahaya keterkejutan melintas di matanya.Akhirnya, dia tahu mengapa Luna tidak datang menemuinya. Ternyata karena Luna mengalami kecelakaan di hari itu.Selain itu, kalau adiknya tidak mendorongnya tepat waktu, dia pasti sudah ....Dia tidak menyangka Luna akan mengalami hal seperti itu."Bagaimana keadaan adikmu waktu itu?""Dia tertabrak. Kedua tulang rusuknya patah dan kaki kirinya patah. Setelah menjalani operasi tiga kali, dia berhasil bertahan hidup. Pak Gavin, aku boleh berutang pada siapa pun, tapi aku nggak boleh kecewakan dia."Sebelumnya, Gavin merasa Luna adalah wanita yang kejam.Namun, ketika mendengar penjelasan Luna, pandangannya pun berubah.Gavin berdiri dan berjalan ke hadapan Luna. Dia menatap Luna sambil berkata, "Menikahlah denganku. Aku akan undang dokter terbaik di dunia ini untuk operasi adikmu, aku juga akan tanggung biaya operasinya. Kalau kamu nggak percaya, kita bisa buat perjanjian pranikah. Bagaimana?"Karena mereka s

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 8

    Gavin memiliki seorang kakak sulung bernama Evan Harris. Dia dua tahun lebih tua dari Gavin dan sudah menikah.Dia memiliki seorang adik laki-laki dan perempuan, mereka belum menikah.Namun, mereka lebih muda dari Gavin. Wajar kalau keluarganya tidak mendesak mereka untuk menikah, melainkan hanya mendesaknya.Gavin mengusap keningnya dengan kesal. "Kakek nggak bisa mengancamku. Ya sudah, kututup dulu."Sebelum kakeknya menjawab, Gavin sudah mengakhiri panggilan.Pada akhirnya, dia tidak memberi tahu kakeknya bahwa mereka sudah menikah.Namun, bisa dimaklumi. Gavin hanya menginginkan anak di dalam kandungannya, bagaimana mungkin mengakui keberadaannya?Gavin melirik sepatu hak tinggi yang dikenakan Luna.Luna mengenakan sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam. Dilihat dari ketinggian hak, setidaknya mencapai 10 sentimeter.Ibu hamil tidak seharusnya memakai sepatu hak tinggi.Gavin tidak akan membiarkan anak di dalam perutnya celaka.Gavin menatapnya sambil berkata, "Sekarang, kamu se

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 9

    Mereka segera tiba di Restoran Arta.Kendi membukakan pintu mobil untuk Gavin.Setelah Gavin keluar dari mobil, Luna pun keluar.Tak lama kemudian, Kendi membawa Gavin dan Luna pergi ke ruang pribadi di lantai delapan.Kendi mengetuk pintu, lalu masuk.Di dalam ruang pribadi luas yang bergaya tradisional, terdapat sebuah meja makan bundar berbahan kayu cendana.Seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan berwarna biru tua duduk di samping meja, ditemani oleh dua wanita dan dua pria.Kendi memberi hormat sambil berkata, "Pak Henson, Pak Gavin sudah datang."Pria bernama Henson Sugi itu berdiri dan berjalan ke hadapan Gavin. Dia tersenyum sungkan sambil berkata, "Halo, Pak Gavin. Maaf nggak menyambutmu secara langsung."Kedua wanita dan pria itu pun berjalan mendekat dan berdiri di samping Henson.Ketika Henson mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Gavin, Luna yang berada di samping berkata, "Pak Henson, maaf. Pak Gavin nggak suka bersalaman dengan orang.""Oh, ya? Maaf, aku ngg

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 10

    Nada bicara Gavin tegas dan mendominasi. Dia tidak memberikan Luna kesempatan untuk menolak, dia langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.Sebelum Luna tersadar, ponselnya berdering.Ibunya, Mila Effendi menelepon.Luna menjawab telepon, lalu berjalan ke arah sofa dan duduk."Ibu, ada apa?""Luna, kamu di mana? Kenapa malam ini kamu nggak datang ke rumah sakit untuk menjenguk adikmu?""Aku sedang dinas, besok sore baru pulang. Karena besok pagi masih harus pergi ke Kota Bantar."Sebagai sekretaris Gavin, dua atau tiga hari dalam sebulan dia harus mengikuti Gavin melakukan perjalanan bisnis.Dia sudah terbiasa."Oh, ternyata begitu. Bibi Sinta punya anak laki-laki yang bertugas di ketentaraan. Besok, dia akan kembali. Dia lumayan tampan dan sangat berbakti. Aku mau suruh kamu pergi menemuinya."Ini adalah keempat kalinya dia berkencan buta dalam bulan ini.Namun, dia tidak bisa menyalahkan ibunya.Sekarang, dia sudah berusia 28 tahun. Teman-teman yang sebaya dengannya sudah melahirkan

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 11

    Ponsel di tangan Luna masih berdering. Dia menatap wajah Gavin dan perlahan-lahan termenung.Tanpa sadar, dia kembali teringat akan kejadian malam itu.Di tengah pikirannya mengembara, Gavin yang berada di sofa sudah membuka mata.Begitu membuka mata, Gavin melihat Luna sedang menatapnya. Saat ini, wajah Luna pun memerah.Entah sudah berapa kali Luna menatapnya bulan ini.Dia sudah bangun, tetapi Luna masih menatapnya.Sepasang tangannya berada di atas perut. Seketika, dia ingin mengulurkan tangan untuk memeluk Luna.Namun, dia mengetahui sifat Luna. Kalau dia bertindak seperti itu, Luna pasti akan menjauhinya.Jadi, dia terpaksa mengurungkan keinginannya.Sekarang, Luna sudah mengandung anaknya. Dia harus bersabar dan tidak boleh membuat Luna merasa tidak nyaman.Segala sesuatu ada prosesnya."Bu Luna?" Gavin membuka bibirnya untuk memanggil Luna.Luna tersadar. "Ya? Pak Gavin, kamu sudah bangun? Adikmu menelepon, cepat telepon balik."Dia menyerahkan ponsel itu pada Gavin.Gavin meng

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 12

    Luna berjalan ke arah ruang ganti dan melihat lemari dipenuhi dengan berbagai jenis pakaian.Bahkan terdapat banyak baju hamil.Dia bertanya pada Umar, lalu Umar pun menjelaskan bahwa pakaian hamil itu disiapkan untuk semua tahap kehamilan.Selain itu, tersedia banyak jenis sepatu datar.Luna memasuki ruang ganti, lalu menyadari semua pakaian dan sepatu yang tersedia berasal dari merek terkenal.Selama hidup lebih dari 20 tahun, Luna tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan memiliki pakaian-pakaian ini.Luna mengerutkan kening. Dia menatap Umar sambil bertanya, "Pak Umar, kenapa Pak Gavin membelikan begitu banyak pakaian dan sepatu untukku?"Gavin sudah berjanji akan mengundang dokter terbaik di dunia untuk menangani operasi adiknya. Selain itu, Gavin juga membayar semua biaya operasi adiknya. Kalau dipikir-pikir, seharusnya Gavin tidak perlu membelikan begitu banyak barang untuknya.Namun, Gavin malah menyiapkan segala sesuatu untuknya.Umar menyilangkan jari-jarinya sambil menata

Bab terbaru

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 50

    Para tamu yang menghadiri pesta hari ini berasal dari kalangan sosialita.Karena Luna akan hadir bersama Gavin, Gavin tidak akan membiarkannya mempermalukan diri sendiri.Jadi, selain membelikan pakaian untuk Luna, dia juga menyewa penata rias untuk Luna.Satu jam kemudian, Luna muncul di hadapan Gavin dengan mengenakan gaun panjang berwarna sampanye.Wajahnya yang dirias dengan rapi tampak sangat menawan.Luna berjalan ke hadapan Gavin sambil tersenyum cerah. Senyuman ini menyebar di seluruh wajahnya, bahkan sudut matanya pun sedikit terangkat.Ketika melihatnya, jantung Gavin berdebar kencang. Dia termenung dan hampir tidak bisa mengendalikan diri."Pak Gavin, bagaimana menurutmu?" tanya Luna sambil tersenyum tipis."Sangat cantik. Gavin berdiri, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Seberkas cahaya lembut melintas di matanya. "Ayo.""Ya." Luna mengangguk, lalu berjalan mengikuti Gavin.Setelah masuk ke dalam mobil dan mobil sudah melaju di jalan raya, Luna bertanya, "Pak Ga

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 49

    Pesta ulang tahun berlangsung pada malam hari. Sore hari, Luna masih perlu kembali ke kantor. Jadi, dia memakai kembali pakaiannya.Setelah membayar tagihan dan membawa barang belanjaan Luna, Gavin mengajaknya kembali ke mobil.Riko langsung berkendara menuju Grup Harris.Luna kembali ke kantor sekretaris. Ketika dia baru selesai bekerja, Mila meneleponnya.Mila meneleponnya di saat seperti ini, jangan-jangan karena James memberi tahu Mila soal pernikahan dan kehamilannya?Luna menjawab panggilan itu dengan gugup.Sebelum dia berbicara, terdengar suara nyaring Mila dari ujung lain telepon."Luna! James bilang kamu sudah hamil? Sudah menikah? Kapan?"Hati Luna tersentak, amarahnya pun meluap.James sungguh berengsek, bisa-bisanya memberitahukan hal ini pada ibunya.Menyebalkan."Nggak, aku bohongi dia.""Kenapa kamu bohongi dia? Luna, sekalipun kamu berdoa setiap hari, kamu nggak akan bisa temukan pria sebaik dia. Selain itu, kamu menolaknya dengan alasan seperti ini, apa Ibu masih bisa

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 48

    "Apa ukuran Anda? Biar saya ambilkan ukuran Anda," tanya pelayan toko itu dengan sopan.Luna berkata, "Nggak usah, aku sedang hamil, nggak bisa pakai gaun seperti ini."Pelayan toko itu tersenyum cerah. "Ternyata Anda istri bapak itu. Maaf, Anda terlalu cantik. Saya kira Anda adalah pacarnya."Pelayan toko ini sungguh pandai berbicara.Gavin kembali. Dia melirik gaun di tangan pelayan toko, lalu menatap Luna sambil bertanya, "Nggak cocok?"Luna mengangguk, "Ya, agak ketat."Gavin menatap pelayan toko itu dengan tenang. "Pilihkan baju yang lebih longgar, dia sedang hamil."Pelayan itu menjawab sambil tersenyum, "Baik, Pak."Pelayan toko itu mengangguk, lalu pergi memilihkan gaun untuk Luna.Sebenarnya, ukuran gaun itu sudah pas. Apalagi dia baru hamil, perutnya belum membesar, gaun itu cocok di badannya.Luna tidak ingin membelinya karena harganya terlalu marah.Luna tidak berani memakai gaun semahal itu.Luna mengerutkan kening sambil berkata pada Gavin dengan heran, "Pak Gavin, nggak

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 47

    "Pak Gavin, aku ingat." Luna mengerutkan keningnya dengan waspada."Ayo pergi." Gavin bangkit dan meninggalkan ruangan.Luna mengikutinya dari belakang.Mobil diparkir di luar restoran, Gavin membuka pintu. Setelah Luna masuk ke dalam mobil, dia pun masuk.Ketika Riko sedang berkendara menuju perusahaan, terdengar suara Gavin dari belakang."Pergi ke Harbor Plaza.""Baik, Pak Gavin," jawab Riko. Kemudian, dia melaju menuju pusat perbelanjaan Harbor Plaza.Awalnya, Luna ingin menanyakan tujuan mereka pergi ke Harbor Plaza. Namun, mengingat betapa marahnya Gavin tadi, dia tidak berani bertanya.Di tengah perjalanan, Gavin tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ekspresinya sangat serius, alisnya berkerut hebat dan sorot matanya sangat dingin.Melihat sikapnya ini, Luna makin tidak berani bertanya.Mobil segera tiba di Harbor Plaza.Riko membuka pintu mobil. Setelah Luna keluar, Gavin pun keluar dari sisi lain."Ikut aku," kata Gavin dengan nada dingin."Baik." Luna mengikutinya.Aneh sekali.

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 46

    Mila pernah tersakiti dalam hubungan percintaan. Kalau dia tahu mereka akan bercerai, dia pasti tidak bisa menerima hal ini.Cepat atau lambat, mereka akan bercerai. Jadi, kenapa dia harus memberi tahu Mila?Melihat ekspresi Luna, Gavin menarik napas dalam-dalam dan mengusap keningnya. Sepertinya dia tidak bisa memaksa Luna."Ini adalah terakhir kalinya, jangan sampai terulang."Luna seolah-olah mendapatkan pengampunan, sarafnya yang tegang pun kembali rileks."Jangan khawatir, Pak Gavin. Kujamin nggak akan terjadi lagi.""Sudah makan?" Tatapan Gavin padanya menjadi lebih rileks dan tidak semenakutkan sebelumnya lagi."Sudah makan," jawab Luna dengan jujur."Ayo pergi." Gavin bangkit dan keluar. Namun, dia tidak meninggalkan restoran, melainkan pergi ke ruangan tempat Nathan dan yang lainnya berada.Luna berdiri di depan pintu. Ketika melihat Timo, Nathan dan yang lainnya, dia pun tercengang.Dia mengira Gavin datang dengan keluarga atau bos perusahaan lain. Tak disangka, Gavin datang

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 45

    Luna bersandar ke dinding dan menundukkan kepalanya. Dia menggigit kukunya sambil berkata dengan pelan, "Ibuku memaksaku datang, aku nggak punya pilihan. Selain itu, sekalipun aku datang, aku juga menolaknya. Aku nggak berencana menjalin hubungan dengannya."Gavin menatapnya dengan tatapan dingin, dia menyipitkan matanya sambil bertanya, "Kalau aku nggak muncul, kamu akan bertukar kontak dengannya?""..."Bagaimana mungkin?Dia sudah menolak.Lagi pula, sekalipun Gavin tidak datang, dia tidak akan bertukar kontak dengan James."Kalau kamu nggak datang, aku akan memberitahunya aku sudah menikah. Dengan begitu, dia nggak akan meminta nomorku lagi.""Hebat kamu!" Mata Gavin dipenuhi dengan amarah.Luna kembali membenamkan kepalanya.Dia tidak pernah melihat Gavin begitu marah, ini adalah pertama kalinya.Gavin marah karena dia menyembunyikan pernikahan mereka dan pergi berkencan buta.Dia agak kebingungan.Gavin tidak menyukainya, mereka menikah hanya karena anak hasil kecelakaan satu mal

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 44

    Tidak terlihat sedikit pun emosi di garis wajahnya yang tegas. Seketika, Luna pun gelisah.Luna mengepalkan tangannya sambil menjawab, "Benar, Pak Gavin."Gavin melirik Luna, tatapannya sangat tajam, seolah-olah menembus isi hati Luna dan membuat Luna tidak berani menyembunyikan apa pun.Tatapan itu membuat Luna gugup.Dia menundukkan kepalanya sambil berkata, "Ibuku memaksaku datang berkencan buta."James mengerutkan keningnya sambil berkata dengan lantang, "Pak Gavin, dia cuma sekretarismu. Aktivitasnya di luar nggak ada hubungannya denganmu, bukan?""Diam!" Gavin menatap James. Dia mengangkat kelopak matanya dengan acuh tak acuh. Sikapnya yang arogan membuat James merasa tertekan.Begitu dibentak Gavin, hati James bergetar.Dia mengetahui nama Gavin dan sering melihat Gavin di televisi, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan Gavin secara langsung.Sejujurnya, aura Gavin sangat kuat. Ini adalah pertama kalinya dia takut pada seseorang.Gavin bertanya dengan suara berat, "Kamu pasanga

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 43

    James tidak menyangka Luna akan memberikan jawaban seperti ini.Dia mengira dengan kondisinya yang unggul dan dapat menerima situasi keluarga Luna, Luna akan memilih untuk bersamanya. Tak disangka, Luna malah menolaknya!James mengerutkan kening. Dia menatap Luna dengan kaget. "Nona Luna, bolehkah aku tahu alasannya?"Luna menjawab, "Tadi, aku sudah katakan alasannya."Alis James berkerut hebat. "Aku bersedia menerima keluargamu dan berjanji akan membiayai pengobatan adikmu, aku bisa mengatasi masalahmu, kamu nggak usah khawatirkan hal ini.""Kamu memang bisa mengatasi masalahku, tapi aku masih harus merawatnya. Kalau kita bersama, aku pasti nggak bisa fokus. Jadi, Pak James, harap maklum.""Merawatnya bukan masalah. Aku bisa mempekerjakan tenaga profesional untuk merawatnya. Dengan begitu, Nona Luna bisa bekerja dengan tenang."James ini ....Sulit ditangani.Apa pun tanggapannya, James selalu memberinya solusi.Luna mengusap keningnya. Ketika dia menurunkan tangannya dan menatap Jame

  • Cinta Tersembunyi CEO Galak   Bab 42

    "Ya." Gavin mengiakan dengan pelan.Timo berkata, "Pak Gavin, kudengar Sindy akan kembali?"Selain adalah manajer Grup Harris, Timo juga adalah teman sekelas Gavin yang menuntun ilmu bersama di luar negeri.Alasan mengapa dia tidak berkarier di luar negeri adalah karena dia ingin berkarier di Negara Targa.Kebetulan, dia bekerja di Grup Harris.Ketika perusahaan perhiasan yang didirikan Gavin menghasilkan banyak uang di luar negeri, Timo sudah dipromosikan menjadi manajer Grup Harris dengan mengandalkan kemampuannya sendiri.Perlu diakui dia sangat unggul.Sedangkan Sindy yang dibicarakan Timo, mereka mengenalnya ketika kuliah di luar negeri. Meskipun dia mempelajari hukum, karena dia berasal dari Negara Targa, mereka pun berteman.Gavin menggelengkan kepalanya sambil berkata dengan nada dingin, "Nggak tahu."Sejak kembali ke Negara Targa, Gavin tidak pernah berinteraksi dengan Sindy. Dia tidak mengetahui kabar Sindy."Kupikir kamu tahu," kata Timo."Sindy?" Nathan mengerutkan kening.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status