Jay seorang dokter muda sekaligus sahabat dari kecil dari Sabian Alexander mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh agar segera sampai di kediaman Sabian dia sudah terbiasa menangani sabian jika terluka karena berkelahi atau kecelakaan ringan lainnya, sebagai pemilik perusahan besar tentu saja banyak pesaing bisnis yang mengincar nyawanya.
“Sabian, Kali ini apa yang terjadi padamu?” Jay menerobos masuk kamar Sabian.
“Tak bisakah mengetuk pintu terlebih dahulu?” Sabian melirik sinis Jay yang baru saja sampai.
Mata Jay melihat ke ranjang sabian, seakan tak percaya apa yang di lihatnya Jay mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa matanya tidak salah melihat seorang wanita terbaring di ranjang sabian yang lebih membuat Jay tak percaya adalah sabian memegang tangan wanita itu dengan penuh harapan.
“Apa yang kau lihat, cepat periksa gadis ini,” bentak Sabian.
“Baiklah, serahkan masalah ini padaku,” Jay melangkahkan kaki menuju ranjang sabian, dan mulai memeriksa Kirana.
Jay mengeluarkan stetoskopnya, untuk memeriksa detak jantung Kirana memegang pergelagan tangan Kirana memeriksa denyut nadi dan masih banyak serangkaian pemeriksaan yang di lakukan oleh Jay, ini membuat Sabian marah, melihat Jay menyentuh beberapa bagian tubuh Kirana untuk di periksa.
“Jangan sentuh sembarangan dia,” Sabian membentak Jay, raut wajahnya menunjukkan rasa tidak suka, wanita yang disukainya disentuh sembarangan laki laki.
“Ayolah Sabian aku bukan dukun, yang hanya melihat saja, langsung bisa ketahuan penyakit dari pasienku,” Jay menghentikan pemeriksaannya.
Sabian terlihat kesal, dia tidak sabar dengan hasil dari pemeriksaan Jay, tidak biasanya seorang Sabian mempedulikan seorang wanita, apalagi wanita itu tidak di kenalnya sama sekali.
“Jay, jangan banyak omong, cepat katakan padaku, hasil pemeriksaanmu, apakah ada luka dalam atau luka yang serius, kenapa gadis ini pingsan begitu lama?” Sabian terlihat cemas.
“Dia hanya mengalami trauma, dan juga....” Jay sengaja membuat Sabian penasaran.
Sabian tidak suka orang yang bertele tele, dia mengancam Jay, untuk segera berbicara atau dia akan mengutus seseorang untuk memukulinya, jay sempat tertawa melihat ekspresi wajah sahabatnya yang menghawatirkan seorang wanita untuk pertama kalinya.
“Sabian, apa yang telah kau lakukan terhadap gadis ini, sepertinya kamu bermain dengan sangat agresif sehingga membuat lawanmu kecapekan,” Jay tertawa terpingkal pingkal.
“Maksud mu dia pingsan karena keperkasaanku?” Sabian memegang kepalanya.
Jay menertawakan sabian, setelah berpuasa selama 27 tahun akhirnya hilang juga keperjakaannya, bermain dengan brutal sehingga menyebabkan lawannya pingsan, Sabian tidak terima dengan candaan Jay, kemudian dia memukulnya, namun Jay akhirnya bernafas lega, Sabian sepertinya sudah menemukan wanita yang akan mengisi hari harinya.
“Kenapa kamu senyum sendiri seperti itu, apakah memikirkan sesuatu yang jorok?” Sabian merasa terhina.
“Aku kenal dengan wajah cantik ini, dia adalah putri dari pemilik hotel yang hampir bangkrut itu” Jay mengenali Kirana.
“Pemilik hotel maksudmu dia adalah Tania Wijaya?” Sabian mengingat beberapa hari yang lalu, dia bertemu dengan dani wijaya, pemilik hotel yang hampir bangkrut, dia menawarkan putrinya sendiri untuk mendapatkan bantuan dana darinya.
Jay menggelengkan kepalanya, dia bukan Tania Wijaya, melainkan adalah Kirana Wijaya, anak dari Loreta Handoko dan Dani wijaya, sebenarnya hotel bintang tiga itu adalah milik Loreta, karena tubuhnya yang lemah, kemudian dani Wijaya berselingkuh dengan pembantunya sendiri hingga hamil, tak lama setelah selingkuhan Dani melahirkan, Loreta hamil juga, dengan fisik yang lemah, mereka mengatakan Loreta meninggal saat melahirkan Kirana.
“Pasti gadis ini mengalami penderitaan tinggal bersama ibu tiri,” Sabian menatap wajah Kirana yang terbaring lemah di ranjangnya.
“Lalu imbalan apa yang kamu berikan untukku, karena telah memberitahu identitas gadis ini?” Jay merangkul sahabatnya.
Sabian mengatakan akan mengutus anak buahnya untuk mengirim Jay ke daerah pedalaman, untuk mengobati orang yang tinggal disana, Jay sudah terlalu hidup nyaman kota, makanya harus merasakan bagaimana hidup di pedalaman, sekaligus mempromosikan obat produksi Alex farm corp.
“Aku tidak bisa hidup tanpa wanita cantik Sabian, kenapa kamu begitu tega terhadapku?” Jay masih dapat bercanda.
“Bawa saja sejumlah wanita cantik penghiburmu itu, kedaerah pedalaman,” jawab Sabian sembari tertawa.
Saat Kirana tersadar dari pingsannya, dia melihat dulu kesekitar ruangan, kamar yang dia tempati teralu besar, dia mendengar dua orang yang sedang mengobrol, dia turun dari ranjang, dan berjalan mengendap endap, saat kedua orang itu lengah, karina berhasil kabur dengan meloncat melewati jendela kamar.
Kirana pulang kerumah, saat dia baru saja sampai di ruang tamu, dia melihat ayah, ibu dan saudara tirinya, serta kekasih yang telah menghianatinya berkumpul di ruangan itu.
“Darimana saja kamu, seorang perempuan yang belum menikah, tidak pulang semalaman?” ayah kirana bertanya dengan nada membentak.
“Sayangku, ini semua salahku, aku memang tidak bisa mendidik putriku dengan baik?” ibu tiriku berpura pura sedih.
Ibu tiri dan kakakku melakukan drama, mereka seolah membelaku di depan ayah, padahal aslinya mereka memojokkanku, entah drama apa lagi yang akan mereka peragaan di depan ayahku, aku sudah kebal dengan drama mereka, saatnya melakukan perlawanan.
“Ayah maafkan adik, aku sebagai kakak yang tidak mampu menjaganya” ucap Tania, seolah membela adik tirinya.
“Ya tuhan, suamiku lihatlah, ada bekas merah di leher putri kita,?” ibu tiriku sengaja ingin mempermalukanku.
Sial sekali, pria yang semalam menikmati tibuhku, meninggalkan bekas di leher, membuatku tidak bisa berkelit, tetapi aku tidak kehabisan ide, aku membiarkan mereka terus melakukan drama, belum waktunya aku membuka suara.
“Anak kurang ajar, beraninya kamu berbuat hal kotor di luaran sana?” ayah sudah bersiap menamparku, namun berhasil ku tangkis.
“Apa bedanya dengan ayah, bermain kotor dengan seorang pembantu, hingga menghasilkan seorang anak,” ku tepis tangan ayah.
Dani wijaya marah mendengar perkataan putrinya, dia mencengkram tangan kirana kuat, menyeretnya masuk kedalam kamar. Dia tega mengurung kirana di kamarnya, sebagai hukuman, selama ini kirana belum bisa di kendalikan olehnya, dia selalu mempertanyakan kematian ibunya.
“Ayah, sudahah jangan marah terus, nanti ayah cepat tua, kirana memang anak yang susah diatur, sekarang dia mulai nakal, karena kita terlalu longgar padanya,” ibu tiri kirana memprovokasi suaminya.
“Kamu benar sayang, aku baru memikirkan hukuman apa yang cocok untuknya,” ucap ayahku.
Ibu tiri kirana mengatakan bagaimana sebagai hukuman, kirana tidak mendapatkan satu persen pun saham dari hotel wijaya grup, serahkan semua saham kepada tania sebagai penerus perusahaan, nikahkan han Subroto dengan tania, dengan begitu masalah keuangan kita teratasi.
“Bagaimana dengan ceo alex farm corp, aku sudah berjanji akan menikahkan tania kepadanya?” dani wijaya hanya memikirkan keuntungan sendiri.
“Itu urusan gampang, berikan dia kepada kirana, maka urusan akan selesai,” ibu tiri kirana tersenyu licik.
----
Kirana terus mengumpat di dalam kamarnya, dia mengutuk ayah dan ibu tirinya, apakah mereka belum puas menindasnya sedari dulu, bahkan mereka menikmati kekayaan peninggalan ibunya.
Krieettt,
Pintu kamar kirana terbuka perhalan, ibu tiri dan tania masuk ke kamarnya.
“Putriku yang malang, ibu turut bersedih karena kamu dihukum ayahmu,” ibu tiriku pura pura baik
“Aku tidak butuh simpatimu,” kirana menjawab ketus pernyataan ibu tirinya.
“Jangan sombong kamu, kami berdua punya kabar baik untukmu,” kakak tiriku tertawa dengan keras, dia mengatakan akan menikah dengan han dalam waktu dekat, dia bahkan menghinaku karena aku telah ditiduri orang tua berperut gendut, berkepala plontos,di hotel malam itu.
Tak tahan dengan hinaan Tania, Kirana menampar keras wajah kakak tirinya, sudah merebut kebahagiannya, menikmati harta peninggalan almarhum ibu, sekarang kekasihnya pun di ambil olehnya, sepertinya tania harus di beri pelajaran.
“Adik, aku tahu kamu cemburu terhadapku, tapi takdir berkata lain, aku harus menikah dengan hans, aku hanya meminta restu padamu,” tania berpura pura menangis, saat mendengar ada langkah kaki menuju kamar ku, aku tahu itu pasti ayah, mereka pandai memainkan drama,
“Kirana, ibu tahu kamu belum bisa merelakan hans menikahi kakakmu, tetapi hans bilang sangat mencintai kakakmu, kamu harus merelakan,” ibu tiri kirana memeluk tania, mereka berdua kompak melakukan drama.
Dani wijaya marah, termakan drama istri dan putri tercintanya, dia beradu mulut dengan kirana, berujung dani menampar kirana dengan keras, tubuh kirana yang masih lemah membuatnya tersungkur ke lantai, menyaksikan kirana yang di hukum oleh ayahnya, tania dan ibunya tersenyum bahagia.
“Siapa yang berani menyakiti wanitaku?” Sabian berhasil masuk ke kediaman dani wijaya, tentu saja dia membawa serta para bodiguardnya, dia sangat marah atas apa yang dilihatnya.
“Siapa kamu, berani masuk tanpa izin ke rumahku?” dani wijaya membentak sabian,
Sabian mendekat ke arah Dani Wijaya, sepertinya ayah kandung dari Kirana itu belum pernah melihat wajah Sabian secara langsung, jika Dani tahu orang yang berada di hadapannya ini adalah pemilik dari Alex Farm-Corp, pasti dia akan bersikap selembut mungkin, mencari muka di hadapannya. “Pemuda ini sangat tampan, sepertinya bukan orang biasa, karena bisa mengalahkan pengawal pribadi rumah ini,” bisik ibu tiriku kepada putri kesayangannya. “Ibu, aku harus merusak reputasi Kirana di depan pemuda ini,” Tania membisikkan rencana jahat ke ibunya. Tania memperkeruh keadaan saat Dani Wijaya beradu mulut dengan Sabian yang menerobos masuk ke kamar Kirana, Tania mengatakan bahwa adik tirinya itu adalah wanita kotor yang tidak pantas di pedulikan, bahkan dia memutar fakta, kalau Kirana merasa cemburu, karena Hans kekasihnya lebih memilih Tania, sehingga Kirana membuat keributan di rumah, yang menyebabkan Dani Wijaya murka
Tenaga Sabian terlalu kuat, sehingga Kirana belum bisa kabur, tetapi tekadnya kuat untuk bisa melarikan diri dari kejamnya Sabian. Belum puas mencumbui Kirana, bahkan meminta lebih, Kirana berinisiatif menendang bagian pangkal paha Sabian, sehingga membuat dia kesakitan, di saat inilah, Kirana melarikan diri dengan membuka pintu mobil. "Tuan, apa yang terjadi?" asisten pribadi Sabian mengetuk kaca mobil. "Aku tidak apa-apa," Sabian menahan rasa sakit di pangkal pahanya. "Apakah anda yakin tuan muda, lalu di mana nona Kirana?" Asisten sabian melihat di mobil hanya ada sabian seorang. Sabian menjawab, biarkan saja Kirana pergi, walaupun Kirana pergi jauh, Sabian akan tetap menemukannya, sekarang dia ingin kembali ke perusahaan, tetapi dia mengutus beberapa anak buah untuk mengikuti kemana Kirana pergi. --- Dalam perjalanan menuju kantor, asisten pribadi tuan Sabian, terk
Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai. Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana. "Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya. "Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian. Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun. --- Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karen
Kirana menjawab pertanyaan Bu intan, kepala sekolah sekaligus Bu RT di desa ini, bahwa Kirana merasa senang di hari pertama bekerja, ia seperti menemukan keluarga baru di tempat kerja, ia berjanji akan bekerja dengan lebih giat. "Syukurlah jika ibu Karin langsung bisa beradaptasi, saya merasa senang, saya pamit pulang ya Bu, sampai jumpa besok pagi," Bu intan berpamitan pulang. "Hati hati di jalan ya Bu," Kirana melambaikan tangan ke orang pertama yang menolongnya di desa ini. Kirana masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sederhana yang ia tinggali. "Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang," gumam Kirana, tak lamapun ia terlelap tidur. Kirana tertidur cukup lama, dari pulang kerja sampai sore hari barulah ia bangun, ia rasakan mual, kepala terasa pusing, badan meriang, ia mengira ini hanya masuk angin biasa, kelelahan bekerja
Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak."Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya. Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana. “Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi. “Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin. Jay semakin marah dia tida
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun