Sabian mendekat ke arah Dani Wijaya, sepertinya ayah kandung dari Kirana itu belum pernah melihat wajah Sabian secara langsung, jika Dani tahu orang yang berada di hadapannya ini adalah pemilik dari Alex Farm-Corp, pasti dia akan bersikap selembut mungkin, mencari muka di hadapannya.
“Pemuda ini sangat tampan, sepertinya bukan orang biasa, karena bisa mengalahkan pengawal pribadi rumah ini,” bisik ibu tiriku kepada putri kesayangannya.
“Ibu, aku harus merusak reputasi Kirana di depan pemuda ini,” Tania membisikkan rencana jahat ke ibunya.
Tania memperkeruh keadaan saat Dani Wijaya beradu mulut dengan Sabian yang menerobos masuk ke kamar Kirana, Tania mengatakan bahwa adik tirinya itu adalah wanita kotor yang tidak pantas di pedulikan, bahkan dia memutar fakta, kalau Kirana merasa cemburu, karena Hans kekasihnya lebih memilih Tania, sehingga Kirana membuat keributan di rumah, yang menyebabkan Dani Wijaya murka.
“Tuan muda, anda jangan sampai terbohongi dengan wajah cantik Kirana, tadi malam dia tidak pulang, dan lihatlah seorang gadis tidak pulang ke rumah semalaman di lehernya ada tanda, kamu pasti langsung bisa menebak, pasti dia habis main dengan pria hidung belang secara acak, karena merasa galau kekasihnya akan menikah dengan kakaknya sendiri,” ucap Tania dengan bangganya.
“Jadi apakah pria hidung belang yang kamu maksud, adalah aku?” Sabian mendekatkan diri ke arah Tania, dengan tatapan ingin membunuh.
Melihat reaksi Sabian, Tania berjalan mundur karena ketakutan, melihat wajah Sabian yang seperti sudah ingin menerkam mangsanya.
Ibu tiri Kirana menggunakan kesempatan ini untuk memojokkan Kirana, dia mengatakan bahwa, Kirana sudah tidak menghormati keluarga lagi, membawa pria asing yang belum jelas asal usulnya ke rumah, dan secara terang terang telah tidur bersama sebelum menikah.
“Maafkan aku suamiku, aku tidak pandai mendidik anak,” ibu tiri Kirana melakukan drama.
“Sayang, ini bukan kesalahanmu, ini murni kesalahan perempuan hina ini, dia tidak pantas menjadi putriku,” ayah Kirana sangat marah, dia menuding Kirana sebagai anak yang selalu membangkang, serta susah diatur.
Dengan hasutan dari Tania dan ibunya, Dani Wijaya sangat marah dan mengusir Kirana dari rumah, Tania dan ibunya tersenyum licik, karena rencananya dari awal untuk menyingkirkan Kirana dari rumah berhasil hari ini.
“Anak kurang ajar, susah di atur, pergi dari rumah ini, dan jangan pernah kembali, ingat jangan membawa apapun dari rumah ini," Dani Wijaya secara terang terangan mengusir Kirana.
“Baik ayah, aku akan pergi dari rumah ini seperti apa yang ayah mau, tapi jngat aku akan kembali mengambil kembali, apa yang seharusnya menjadi milikku," Kirana keluar dari kamar, pergi meninggalkan rumah peninggalan ibunya, tanpa membawa sepeser uang pun.
Dani Wijaya terus di provokasi oleh Tania, membuatnya mengucap sumpah serapah kepada Kirana, mengusirnya dari rumah, dan tidak lagi mengakuinya sebagai anak, bahkan Dani Wijaya sempat melempar vas bunga ke arah Kirana, namun berhasil di hadang oleh Sabian.
“Sudah ku bilang, siapapun tidak boleh menyakiti wanitaku, termasuk kamu Dani Wijaya,” Sabian menatap tajam kearah ayah Kirana.
“Memangnya siapa kamu, berani mengancamku?" Ayah Kirana menggertak Sabian.
“Anak muda, kamu membawa orang sewaan seperti ini, tidak akan membuat kami takut, kamu memang tampan, tapi jangan menjadi seorang penipu,” ibu Tania meledek Sabian.
Ayah dan ibu tiri Kirana tidak tahu bahwa di depannya ini adalah sabian alexander, pemilik perusahan Farmasi terbesar di kota Jakarta, yang akan dijodohkan dengan Tania sebelumnya, tetapi Tania mengira bos besar itu adalah seorang kakek tua berkepala botak berperut buncit, makanya dia menjebak Kirana untuk masuk kedalam hotel itu menggantikannya untuk menemui Sabian di hari yang telah di tentukan.
Sabian mendekati Tania, melihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, dia merasa jijik melihat Tania yang penuh drama, menggunakan trik kotor untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Wanita kotor seperti ini, mau diberikan kepadaku sebagai umpan, sejengkalpun aku tidak akan menyentuhnya,” Sabian tersenyum sinis, mengolok Tania yang berada tepat di depannya.
“Kamu bicara omong kosong apa, dia calon istriku, kamu tidak berhak menghinanya,” Han tidak terima Sabian menghina Tania.
Sabian tersenyum jahat, saat melihat Han mirip seorang pangeran melindungi putri yang tidak berdaya, bahkan Sabian menyebut Han sebagai pria bodoh karena telah melepas Berlian demi seonggok batu kali.
Han menggertakan giginya, mengepalkan tangan bersiap memberikan pukulan kepada Sabian, karena merasa terhina, saat Han akan memukul sabian, entah sejak kapan ayah Han datang, beliau menghentikan tindakan ceroboh putranya.
“Han jangan bertindak gegabah, tahukah kamu siapa yang ada di hadapanmu ini?” ayah Han menahan tangan putranya.
"Aku tak peduli siapa dia ayah, pria ini sombong sekali ayah, dia patut diberi pelajaran," Han terpancing emosi.
Ayah Han mendekati Sabian, mewakili putranya untuk meminta maaf, beliau tidak ingin usahanya bangkrut karena ulah putranya.
“Tuan muda Sabian tolong maafkan putraku, aku harap anak bodoh ini tidak menyinggungmu,” ayah Han membungkukkan badannya meminta maaf kepada Sabian.
Sabian hanya tersenyum sinis, tidak menjawab permintaan maaf Subroto, ayah dari Han, mengetahui siapa yang ada di hadapannya, Tania merasa kesal, jika dia tahu bahwa jika dia tahu, pemilik perusahaan Alex Farm Corp, adalah seorang pemuda tampan, dengan senang hati, dia akan melayaninya.
----
Tanpa basa basi lagi, Sabian meninggalkan kediaman Dani Wijaya, mengerahkan anak buahnya untuk mencari tahu di mana keberadaan Kirana.
“Kirana, ikutlah pulang bersamaku, ayahmu telah mengusirmu, dan kamu pergi tanpa membawa uang sepeserpun,” Sabian mengagetkan Kirana yang tiba tiba muncul di hadapannya.
“Apakah kamu seorang penguntit, cepat sekali menemukan ku yang berada disini,” Kirana mengelap air mata yang tak terasa jatuh ke pipinya.
Melihat Kirana yang sedang menangis Sabian tak terima, hatinya sakit melihat wanita pujaannya menderita, dia mengambil tissue dan mengelap air mata Kirana dengan hati yang tulus, Sabian menggensong Kirana ke dalam mobilnya, Kirana terus meronta agar Sabian melepaskannya, tetapi tenaganya lebih kuat.
“Apa yang kamu inginkan dariku, aku ini wanita miskin yang tidak punya apa apa” Kirana meminta Sabian untuk melepaskannya.
“Yang aku inginkan adalah Kamu,” Sabian memperlihatkan senyuman di wajahnya.
Sabian membelai pipi halus Kirana, mencecap bibirnya dengan penuh hasrat, Kirana mulai memberontak, namun cengkramannya semakin kuat, dalam sekejap dia telah memberi bekas ciuman di sekujur leher Kirana, dengan hasrat yang membara dia mencumbui Kirana didalam mobil, menikmati setiap lekukan tubuhnya.
“Hentikan, tidak, kamu tidak boleh seperti ini,” Kirana mencoba untuk menghentikan aksi Sabian, namun permintaan Kirana tak di dengarnya, dia terus mencumbui Kirana dengan mesra.
Tenaga Sabian terlalu kuat, sehingga Kirana belum bisa kabur, tetapi tekadnya kuat untuk bisa melarikan diri dari kejamnya Sabian. Belum puas mencumbui Kirana, bahkan meminta lebih, Kirana berinisiatif menendang bagian pangkal paha Sabian, sehingga membuat dia kesakitan, di saat inilah, Kirana melarikan diri dengan membuka pintu mobil. "Tuan, apa yang terjadi?" asisten pribadi Sabian mengetuk kaca mobil. "Aku tidak apa-apa," Sabian menahan rasa sakit di pangkal pahanya. "Apakah anda yakin tuan muda, lalu di mana nona Kirana?" Asisten sabian melihat di mobil hanya ada sabian seorang. Sabian menjawab, biarkan saja Kirana pergi, walaupun Kirana pergi jauh, Sabian akan tetap menemukannya, sekarang dia ingin kembali ke perusahaan, tetapi dia mengutus beberapa anak buah untuk mengikuti kemana Kirana pergi. --- Dalam perjalanan menuju kantor, asisten pribadi tuan Sabian, terk
Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai. Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana. "Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya. "Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian. Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun. --- Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karen
Kirana menjawab pertanyaan Bu intan, kepala sekolah sekaligus Bu RT di desa ini, bahwa Kirana merasa senang di hari pertama bekerja, ia seperti menemukan keluarga baru di tempat kerja, ia berjanji akan bekerja dengan lebih giat. "Syukurlah jika ibu Karin langsung bisa beradaptasi, saya merasa senang, saya pamit pulang ya Bu, sampai jumpa besok pagi," Bu intan berpamitan pulang. "Hati hati di jalan ya Bu," Kirana melambaikan tangan ke orang pertama yang menolongnya di desa ini. Kirana masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sederhana yang ia tinggali. "Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang," gumam Kirana, tak lamapun ia terlelap tidur. Kirana tertidur cukup lama, dari pulang kerja sampai sore hari barulah ia bangun, ia rasakan mual, kepala terasa pusing, badan meriang, ia mengira ini hanya masuk angin biasa, kelelahan bekerja
Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak."Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya. Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana. “Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi. “Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin. Jay semakin marah dia tida
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun