Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai.
Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana.
"Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya.
"Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian.
Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun.
---
Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karena tidak ada yang tinggal di rumah ini, Kirana mulai membersihkan serta menaata ulang rumah yang sudah tak berpenghuni lama ini.
"Selesai juga, aku harus melapor ke Bu RT, bahwa aku akan tinggal sementara di rumah ini," gumam Kirana sambil merenggangkan tubuhnya yang pegal.
Kirana mendatangi rumah Bu RT, untuk melapor diri, saat ibu RT bertanya status Kirana apa, Kirana berkata bahwa ia seorang istri yang di tinggal nikah suaminya, makanya mengasingkan diri ke desa ini untuk menenangkan diri, untuk mengelabuhi jika ada anak buah Sabian atau orang yang di bayar Tania untuk meencelakainya, Kirana merubah identitasnya.
"Mba, kamu masih muda, harus move on, semoga dapat pengganti suami yang lebih baik dari sekarang ya," Bu RT larut dengan cerita palsu Kirana.
"Terimakasih ya Bu RT, hari sudah mau larut, saya pamit pulang dulu," Kirana bergegas pulang dari rumah Bu RT.
Bu RT menahan Kirana saat akan pulang, dia menawarinya untuk mengajar paud di desa ini melihat latar belakang pendidikannya, Kirana menyetujui permintaan Bu RT, walau gaji tak seberapa setidaknya bisa untuk menyambung hidup, dan melanjutkan kuliahnya yang hampir selesai.
"Kalau begitu mulai besok, ibu Karina mulai bekerja ya," Bu RT yang merupakan kepala sekolah senang sekali.
"Terimakasih telah memberi saya pekerjaan Bu, dengan begitu saya bisa melanjutkan studi yang sedikit lagi selesai," Kirana membungkukkan badan mengucapka terimakasih kepada Bu RT.
Sampai rumah Kirana merebahkan badan di ranjang tua peninggalan ibunya, dia menatap bingkai foto ibunya yang berada di atas meja kamarnya.
"Ibu, aku berjanji akan merebut kembali apa yang menjadi milik ibu," Kirana menangis mengingat penghianatan yang dilakukan oleh ayah kandungnya.
Kirana sudah terlelap di kasur empuk dimana ia merebahkan badan dengan memeluk foto ibunya, tak terasa terdengar kokokan ayam jantan yang menandakan bahwa hari sudah pagi.
Kukuruyukk...Kukuruyuk...
kokokbetokk...Kokokbetokk..
Kwekkk..kwekkk..kwekk..
Suara ayam jantan, ayam betina, suara bebek dan banyak binatang lainnya yang saling bersaut sautan, membuat Kirana cepat terbangun, di kota tidak ada yang seperti ini.
Tok..Tok..Tok..
Suara ketukan pintu terdengar, siapa yang datang pagi buta ke rumah Kirana, padahal ia belum mengenal siapa siapa disini, Kirana membuka pintu.
"Selamat pagi Bu RT?" Kirana menyapa Bu RT saat membuka pintu.
"Jangan lupa jam delapan pagi, sudah sampai paud, oh iya bajunya juga yang sopan ya, soalnya orang kota biasanya bajunya ala kadarnya," Bu RT berkata sambil tersenyum.
Kirana membalas senyuman Bu RT, Kirana pamit untuk bersiap siap menuju paud untuk mengajar kepada bu RT.
"loh mba Karin ini, apakah sudah tahu letak paudnya toh, saya tunggu kamu di sini ya, kita berangkat bersama," Bu RT mengingatkanku.
"Oh iya ya, saya kan baru saja datang ke desa ini, jadi belum tahu jalan," Kirana hampir saja lupa, bahwa ia belum pernah tinggal di desa ini, mana tahu lokasi paud.
Kirana mempersilahkan duduk Bu RT duduk di kursi tamu, sementara Kirana mandi dan berganti baju dengan tegesa karena ada yang menunggu di ruang tamu.
"Bu, saya sudah siap untuk mengajar," keluar dari kamar dengan pakaian rapi.
"Wah, mba Karina ini cantik sekali memakai baju formal, saya kira orang kota itu style nya pakai baju kurang bahan semua," Bu RT terpesona melihat Kirana yang elegan.
Kami menuju paud menggunakan motor Bu RT, Kirana dibonceng olehnya, melewati hamparan sawah yang hijau, membuat hati Kirana sejuk, apalagi saat ua menghirup udara yang segar di pagi hari membuat pikiran dan hatjnya tenang.
"Sudah sampai mba Karin, mari kita berkenalan dengan murid dan guru yang lain," Bu RT memarkir motornya.
"Baik, saya mohon bimbingannya ya Bu," Kirana sedikit gugup.
Bu RT mengingatkan bahwa panggil saja Bu Intan, jika sedang berada di sekolah, setelah selesai berkenalan dengan guru guru yang lain, Kirana mulai mengajar, di paud ini satu guru memegang 4 murid semacam bimba kalau di kota.
"Bagaimana pengalaman pertama kerja di desa bu?" Tanya Bu Ningsih.
"Rasanya aku deg degan, karena biasanya aku kerja di depan komputer sebagai admin, sekarang aku harus mengajar, ini sesuatu yang berbeda buatku Bu, mohon bimbingannya ya ibu ibu," Kirana merendahkan diri di depan senior.
Kirana mencoba berbaur dengan ibu ibu yang lain, nama Kirana yang sudah disamarkan menjadi Karin, Ia harus melupakan bahwa ia seorang putri dari pemilik perusahaan berlian yang sekarang sedang menenangkan diri dari penghianatan kekasihnya, serta di usir dari rumah oleh ayah kandungan karena hasutan saudara tiri.
"Yang sabar ya Bu Karin, kami doakan mba Karin mendapatkan pengganti suami yang menyayangi Bu Karin sepenuh hati," Bu ningsih menghiburku.
"Tapi bu, ibu Karin ini sudah punya anak belum, terus pas terakhir kali berhubungan, sebelum Bu Karin memilih untuk berpisah itu kapan Bu, supaya tidak menimbulkan fitnah, jika bulan ini atau bulan depan Bu Karin ini hamil loh Bu," Bu Rahma berkata sesuai realita yang ada.
Kirana mencoba mengingat saat terakhir kali haid, serta saat bercinta satu malam dengan Sabian di sebuah hotel malam itu, semakin mengingat semakin hatinya sakit, tak terasa ia melelehkan air mata di pipinya, rekan kerjanya yang melihat merasa iba padanya.
"Bu Karin maaf Bu, saya tidak bermaksud menyinggung Bu Karin," Bu Rahma terlihat panik.
"Tidak apa apa Bu, dua hari yang lalu aku terkahri berhubungan badan dengan suamiku, aku hanya tak menyangka, dia masih menyentuhku, tetapi ternyata dia mempunyai wanita lain di hidupnya dan sudah menikah dengannya, aku tidak mau di madu makanya aku kabur dari rumah," Kirana menceritakan cerita bohongnya.
Bu Rahma dan Bu Ningsih menyemangati Kirana, sebenarnya ia tidak mau mengarang cerita seperi ini, hal yang sebenarnya terjadi tidak akan mungkin ia ceritakan kepada orang yang baru di kenalnya.
"Bu Karin, semoga betah ya mengajar disini, dan juga semoga menemukan suami baru di desa ini," Bu ningsih mencoba menyemangati Kirana.
"Terimakasih doanya ibu ibu sekalian, aku seperti menemukan keluarga baru," Kirana tersenyum karena merasa diperhatikan, hal yang sudah lama ia dambakan.
Kirana kembali mengajar, sampai batas waktu mengajar telah selesai, Kirana langsung pulang bersama Bu Intan sekaligus Bu RT di desa ini.
"Bu Karin, sampai sini saja saya antar, sebulan pertama, saya antar jemput dulu setelah gajian belilah sepeda untuk berangkat mengajar, oh iya bagaimana hari pertama mengajar?" Bu RT bertanya kepada Kirana.
Kirana menjawab pertanyaan Bu intan, kepala sekolah sekaligus Bu RT di desa ini, bahwa Kirana merasa senang di hari pertama bekerja, ia seperti menemukan keluarga baru di tempat kerja, ia berjanji akan bekerja dengan lebih giat. "Syukurlah jika ibu Karin langsung bisa beradaptasi, saya merasa senang, saya pamit pulang ya Bu, sampai jumpa besok pagi," Bu intan berpamitan pulang. "Hati hati di jalan ya Bu," Kirana melambaikan tangan ke orang pertama yang menolongnya di desa ini. Kirana masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sederhana yang ia tinggali. "Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang," gumam Kirana, tak lamapun ia terlelap tidur. Kirana tertidur cukup lama, dari pulang kerja sampai sore hari barulah ia bangun, ia rasakan mual, kepala terasa pusing, badan meriang, ia mengira ini hanya masuk angin biasa, kelelahan bekerja
Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak."Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya. Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana. “Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi. “Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin. Jay semakin marah dia tida
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Mike menjawab tuan muda pertama tidak wajib menjawab pertanyaan yang ia berikan, Mike hanya penasaran, di desa ini tidak ada tempat hiburan, kenapa kakak bos nya ini, sangat betah di tempat ini, jauh dari keramaian. "Karena aku menemukan hal menarik di sini," Sandra tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya bisa menimbulkan banyak tanya. "Maksud tuan muda pertama, apakah tuan menemukan cinta di desa ini?" Mike masih betanya. Sandra berkata tidak hanya cinta yang dia temukan, tetapi ketenangan hidup, yang tidak pernah dia temukan di kota Jakarta, desa ini damai masyarakat saling tolong menolong membuat Sandra semakin betah hidup di desa ini. "Apakah tuan muda pertama, tidak rindu dengan tuan besar?" "Mike, kamu terlalu banyak bertanya, istirahat lah, besok aku akan mengajak kalian berkeliling," Sandra melambai tangan ke arah Mike. Mike merasa tidak berg
Kirana hanya tersenyum tidak tahu harus berkata apa, saat para ibu guru temannya bekerja, menggoda untuk menikah dengan tuan muda Sandra. "Siapa yang mau menikah dengan bekas orang seperti saya ini bu?" Kirana menjawab dengan suara lirih. "Kalau jodoh ya nggak kemana Bu, bener nggak Bu Intan?" Bu Ningsih melemparkan pertanyaan. Bu intan mengiyakan apa yang di katakan oleh Bu Ningsih, Kirana dan Sandra terlihat cocok di mata mereka, banyak kok jaman sekarang seorang perjaka menikahi janda beranak satu, itu menurut pengamatan Bu Intan, Bu Ningsih, dan Bu Rahma, sepertinya mereka terbiasa melihat berita gosip selebriti. "Bu, Karin Saya doakan berjodoh dengan tuan muda Sandra," bisik Bu Ningsih ke telinga Kirana. "Memang tuan muda Sandra mau sama saya, seorang tuan muda seperti Sandra pasti banyak wanita cantik di sampingnya," Kirana menjawab bisikan bu Ningsih. &nb
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun