Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak.
"Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya.Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana.
“Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi.
“Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin.
Jay semakin marah dia tidak megijinkan Lusi untuk pergi dari rumah, bahkan dia menyiapkan bodyguard untuk mejaga adiknya, Jay menggelengkan kepalanya, dia berpikir pergaulan anak muda jaman sekarang sungguh membuatnya khawatir, ia tak mau Lusi akan terpengaruh seperti itu.
Lusi Kembali menelpon Kirana dan menceritakan apa yang barusan terjadi, Kirana berkata bahwa dirinya baik baik saja, jika saatnya tiba Kirana akan Kembali dan orang pertama yang ia temui sudah pasti Lusi.“Kenapa harus terjadi padaku, setelah ini apa yang harus aku lakukan, aku memang ingin membesarkan anak ini, tapi aku tak tahu harus bagaimana” Kirana memegang perutnya yang masih rata.Malam yang sangat sunyi, Kirana keluar rumah untuk mencari angin segar, agar tidak terlalu banyak pikiran, kebetulan rumah yang ia tinggali dekat dengan perkebunan buah yang sangat luas, beberapa menit setelah Kirana menyusuri pinggiran kebun buah itu, tiba tiba ia menginginkan buah anggur segar yang bergelantungan di pohonnya.
Kirana berdiri sekitar sejam melihat buah anggur yang sangat menggiurkan itu, tiba tiba seorang petugas keamanan kebun membentaknya, mereka mengusir Kirana karena di tuduh sedang ingin mencuri buah di perkebunan tempat mereka mencari nafkah.
“Ada apa ribut ribut disini?” seorang pemuda tampan menghampiri Kirana dan kedua petugas keamanan kebun.
“Bos, wanita ini kami perhatikan berdiri hampir satu jam menatap buah anggur ini, kalau tidak ingin mencuri buat apa dia beridiri selama itu?” petugas keamanan menunjukkan jarinya ke arah Kirana.
Orang yang mereka panggil bos, bertanya pada Kirana, apa yang ingin ia lakukan kenapa bisa berdiri hampir satu jam menatap buah anggur yang ada di kebunnya.
“Aku hamil, dan suamiku pergi menikah dengan wanita lain, aku menginginkan anggur ini, tapi aku tidak tahu siapa pemiliknya, jadi aku hanya memandanginya sedari tadi,” jawab Kirana memelas.
“Ini anggur untukmu, dimana kamu tinggal, biar aku antar pulang, sudah malam, tidak baik untuk wanita hamil sepertimu berjalan sendirian, sungguh keji lelaki yang meninggalkanmu,” lelaki pemilik kebun itu memberikan anggur kepada Kirana.
Kirana menuruti lelaki pemilik kebun, mereka berdua menaiki mobil, padahal jarak rumah dan kebun itu sungguh dekat, lelaki itu mengajak Kirana berkeliling kebun, Kirana tak dapat menahan rasa ngantuknya lama kelamaan ia tertidur di mobil pria tampan pemilik kebun yang baru saja di temui Kirana.
“Wanita ini lumayan cantik, sungguh lelaki tak berhati, yang tega meninggalkan wanita cantik yang sedang hamil ini, apa yang harus aku lakukan, bahkan aku belum tahu dimana tempat tinggalnya,” guman lelaki asing pemilik perkebunan, yang baru saja Kirana temui ini, dia menatap wajah Kirana dengan seksama.---
Kukuruyukk….Cit…cit…cit..Suara kokokan ayam jantan, dan burung saling sahut sahutan yang berarti hari sudah pagi, Kirana membuka matanya, ia segera bangun dari ranjang di mana ia terbaring sebelumnya, ia masih trauma dengan ranjang asing, ia takut terjadi sesuatu yang mengerikan yang pernah terjadi.“Nona, apakah nona sudah bangun, segeralah mandi, tuan muda kami sudah menunggu nona di lantai bawah,” seorang asisten rumah tangga masuk ke kamar Kirana.
Kirana sungguh tidak mengerti apa yang terjadi, jika mengingat semalam Kirana menginginkan anggur di kebun milik seseorang yang entah siapa pemiliknya lalu Kirana di antar pulang karena mengantuk dan tertidur, ketika bangun sudah berada di villa yang megah ini.“Tenang saja nona aku yang mengganti pakaianmu semalam, tuan muda kami, sama sekali tidak menyentuhmu, ini baju yang telah si siapkan oleh tuan muda kami,” asisten rumah tangga itu memberikan baju baru kepada Kirana.
“Terimakasih, aku akan segera mandi dan turun ke bawah,” Kirana menerima baju yang telah di siapkan untuknya.
Kirana selesai mandi dan mengganti baju, turun ke lantai bawah, di antar asisten menuju ruang tamu, disana sudah duduk seorang lelaki tampan, yang menunggunya untuk sarapan.
“Tuan terimaksih telah membawaku kesini, anda tidak perlu repot mengajakku sarapan, aku akan segera pergi dari sini, karena pekerjaanku sebagai guru,” Kirana bungkukkan badannya.
“Sarapanlah dahulu, tidak baik pergi bekerja dalam keadaan perut kosong, apalagi di dalam perutmu terdapat bayi, oh iya siapa namamu?” lelaki itu mempersilahkan Kirana duduk dan sarapan bersamanya.
Kirana memperkenalkan diri, pria yang mempunyai perkebunan itu bernama Sandra alexander, Kirana tidak perlu memperdulikan dia, pertemuan ini hanya sebuah kebetulan, yang Kirana pedulikan kedepannya adalah bagaimana cara merawat bayi yang ada di dalam kandungannya.
“Terimakasih tuan, aku sudah selesai sarapan, aku harus segera mengajar, tidak perlu mengantarku, karena sekolah dimana aku mengajar, ada di sekitar perkebunan ini,” Kirana berpamitan dan tidak memperdulikan lelaki di depannya.
“Tapi nona, kamu baru saja berkunjung ke vila ku ini, aku akan mengutus salah satu asistenku untuk mengantarmu sampai gerbang,” Sandra memanggil salah satu asisten di vilanya.Sandra keluar dari vila megah ini di antar seoarang asisten rumah tangga cukup sampai gerbang saja, Kirana tidak mau di ikuti asisten rumah tangga itu, dalam harapannya Kirana tidak ingin bertemu dengan Sandra lagi.
“Menarik sekali, aku pikir dia adalah gadis yang sengaja mendekatiku demi uang, ternyata aku salah, asisten Doni, tolong selidiki asal usul gadis ini untukku,” lelaki itu memerintahkan asistenya untuk menemukan informasi tentang Kirana.
“Baik tuan muda, akan segera saya temukan informasi mengenai gadis ini,” jawab asisten pribadi Sandra.
Kirana hanya ingin hidup tenang di desa ini, Kirana tidak mau dekat dengan lelaki manapun, dengan langkah lemas, akhirnya Kirana tiba di sekolah di mana tempatnya mengajar.“Bu Karin, wajah bu Karin tampak pucat, apakah bu Karin kurang enak badan?” tanya bu Ningsih yang memperhatikan tubuh Kirana, dari ujung rambut sampai kaki.
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Mike menjawab tuan muda pertama tidak wajib menjawab pertanyaan yang ia berikan, Mike hanya penasaran, di desa ini tidak ada tempat hiburan, kenapa kakak bos nya ini, sangat betah di tempat ini, jauh dari keramaian. "Karena aku menemukan hal menarik di sini," Sandra tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya bisa menimbulkan banyak tanya. "Maksud tuan muda pertama, apakah tuan menemukan cinta di desa ini?" Mike masih betanya. Sandra berkata tidak hanya cinta yang dia temukan, tetapi ketenangan hidup, yang tidak pernah dia temukan di kota Jakarta, desa ini damai masyarakat saling tolong menolong membuat Sandra semakin betah hidup di desa ini. "Apakah tuan muda pertama, tidak rindu dengan tuan besar?" "Mike, kamu terlalu banyak bertanya, istirahat lah, besok aku akan mengajak kalian berkeliling," Sandra melambai tangan ke arah Mike. Mike merasa tidak berg
Kirana hanya tersenyum tidak tahu harus berkata apa, saat para ibu guru temannya bekerja, menggoda untuk menikah dengan tuan muda Sandra. "Siapa yang mau menikah dengan bekas orang seperti saya ini bu?" Kirana menjawab dengan suara lirih. "Kalau jodoh ya nggak kemana Bu, bener nggak Bu Intan?" Bu Ningsih melemparkan pertanyaan. Bu intan mengiyakan apa yang di katakan oleh Bu Ningsih, Kirana dan Sandra terlihat cocok di mata mereka, banyak kok jaman sekarang seorang perjaka menikahi janda beranak satu, itu menurut pengamatan Bu Intan, Bu Ningsih, dan Bu Rahma, sepertinya mereka terbiasa melihat berita gosip selebriti. "Bu, Karin Saya doakan berjodoh dengan tuan muda Sandra," bisik Bu Ningsih ke telinga Kirana. "Memang tuan muda Sandra mau sama saya, seorang tuan muda seperti Sandra pasti banyak wanita cantik di sampingnya," Kirana menjawab bisikan bu Ningsih. &nb
Kirana merasa ada yang menyentuh tubuhnya, ia terbangun, menyalakan lampu, matanya mengarah ke sosok pria berwajah tampah bertubuh tinggi di samping ranjangnya, dia terlihat gelagapan saat Kirana terjaga dari tidurnya. "Anda sedang apa tuan?" Kirana mengucek mata berusaha bangun dari tidurnya. "Sudah aku bilang panggil saja aku kakak, aku hanya memastikan kamu istirahat dengan benar, oh iya apakah benar bulan ini perkiraan lahir keponakanku?" Sandra sudah seperti keluarga sendiri bagi Kirana, ia senang mendapat seorang kakak yang perhatian padanyaz tidak ada perasaan lebih di dalam hati Kirana selain menganggap Sandra sebagai seorang Keluarga. "Terima kasih, telah bersusah payah merawatku di sini, sampai detik ini," Kirana tersenyum lebar ke arah Sandra. "Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri," wajah Sandra memerah menatap Kirana. San
Kirana belum kepikiran nama bayi laki laki miliknya, ia masih mencoba menyusui dan melihat secara seksama sekilas wajahnya mirip sekali dengan Sabian, yah bagaimanapun memang benar dia benih dan darah daging dari Sabian Alexander. "Apa kau sudah selesai menyusuinya biar ku gendong dia," Sandra menggendong keponakannya. "Kak Sandra terima kasih telah merawatku sembilan bulan ini, aku serahkan nama anak ini padamu," Kirana memberikan senyuman bahagianya kepada Sandra Alexander. Sandra menimang bayi mungil itu, wajah tampannya mewarisi wajah Sabian, hidung mancung, mata lebar, rambut yang berwarna hitam legam serta lebat, membuat bayi yang masih merah ini tidak bisa lepas dari sosok sang ayah. "Namamu adalah Bima Alexander, Bima yang berarti kuat, kamu akan tumbuh menjadi pria yang kuat, hebat dapat melindungi ibu mu kelak," Sandra menimang keponakan yang berasa anaknya sendiri.
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun