Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya.
"Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya.
"Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya.
Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil.
Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya.
"Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon.
"Tuan muda pertama yang memintanya, sepertinya dia sedang jatuh cinta," jawab Doni asal asalan.
Mike kaget mendengar kabar ini, dia segera menyetujui mengirimkan data mengenai Han dan Tania, Mike memberitahu tuan besar Alexander, bahwa tuan muda pertama sedang jatuh cinta menurut informasi yang ia dengar dari asitennya wanita itu sedang hamil.
"Atur orang untuk mengantarku ke desa itu, pantas saja sudah lama dia tidak pulang kerumah," tuan Alexander mengambil mantelnya, bersiap untuk menemui Sandra.
"Ayah, lebih baik istirahat di rumah, biar aku saja yang mengunjungi kakak, aku penasaran seperti apa wanita yang di sukai kakak," sabian mengelap mulut menggunakan sapu tangan ketika selesai sarapan.
Tuan alexander berhenti tepat di belakang tempat duduk Sabian, beliau menyatakan sudah tidak sabar memiliki seorang cucu, Sabian benar, dia sedang tidak dalam kondisi tubuh yang tidak sehat, dia mempercayakan kepada Sabian, agar membawa pulang wanita yang di pilih Sandra untuk mengandung cucunya.
"Baiklah ayah, Sabian pergi dulu, aku juga butuh refreshing akhir akhir ini pikiranku sedang kacau," Sabian berdiri dari meja makan.
"Hati hati nak, semoga selamat sampai tujuan, oh iya, aku juga menunggu cucu darimu, ayah harap ada seorang wanita yang mampu menghilangkan alergi mu itu," ucap tuan Alexander.
Sabian menganggukan kepala dengan arti menyetujui apa yang di inginkan ayahnya, memanggil Mike untuk menyetir mobil menuju kediaman kakak nya di desa Girpasang, di dalam mobil Sabian memandang foto Kirana melalui ponselnya.
"Kirana, aku akan tetap menunggumu kembali ke sisiku," Sabian mengepalkan tangannya.
"Maaf tuan muda, aku yang tidak berguna ini, belum mampu menemukan keberadaan nona Kirana," Mike melirik Sabian dari kaca depan mobil.
Sabian menghela nafasnya, dia tidak mungkin menyalahkan Mike, baru kali ini dia menemukan seorang wanita yang jelas jelas naik keranjangnya, tetapi malah kabur darinya, biasanya para wanita itu walau tidak tersentuh sedikitpun oleh Sabian, akan memanfaatkan situasi ini untuk meminta pertanggung jawaban Sabian demi sebuah kekayaan.
"Tuan muda, perjalanan masih lama, bisa satu harian, silahkan istirahat, terlebih dahulu, jangan terus memikirkan nona Kirana nanti anda bisa sakit," Mike mengingatkan tuan mudanya.
"Sejak kapan kamu jadi sebawel ini Mike?" Sabian merebahkan punggungnya di mobi dan memejamkan matanya.
Mike hanya tersenyum, bos yang terkenal dingin, kejam terhadap lawannya, apalagi saat ada wanita yang mencoba mendekatinya, dia pasti tidak akan memaafkannya, dia akan menyiksa perempuan itu, tetapi sekarang, setiap hari merindukan wanita yang tidur hanya semalam dengannya.
Tin...Tin...
Mike membunyikan klakson saat sampai di depan gerbang villa kediaman Sandra, seorang penjaga membuka gerbang, Mike pun masuk ke garasi memarkir mobilnya.
"Tuan muda kedua, silahkan masuk," seorang pelayan menyambut kedatangan Sabian.
"Dimana kakakku di jam segini, apakah sedang bermain dengan wanitanya?" Tanya sabian yang sudah tak sabar ingin mengganggu kakaknya.
Pelayan itu menjawab tuan Sandra ada di ruang kerja, tanpa basa basi Sabian langsung menuju ruang kerja kakaknya, benar kata pelayan itu, Sandra memang sedang berada di ruang kerjanya.
"Ini sungguh tidak mengasyikkan, aku pikir kalau aku datang bisa meengacau kakakku yang sedang bermain dengan wanitanya," Sabian berdiri di pintu masuk ruang kerja kakaknya.
"Ada angin apa adik kesayanganku, bisa sampai ke rumah terpencilku ini?" Sandra menghentikan pekerjaannya.
Sabian duduk di kursi depan meja kerja Sandra, dia bertanya wanita mana yang mampu meluluhkan hati kakaknya yang seperti batu, bukankah dia berjanji tidak akan menikah dan terus menunggu model cantik yang mengejar karirnya keluar negeri itu.
"Jadi kamu kesini hanya penasaran dengan gosip yang mengatakan aku mempunyai seorang wanita di sisiku, sejak kapan adikku menjadi tukang gosip?" Sandra sengaja mengejek adiknya.
"Sebenernya aku tidak peduli, hanya penasaran, wanita seperti apa di desa ini yang mampu mengambil hati kakakku, selera kakakku ini belum berubah kan?" Sabian menyulut rokoknya.
Sandra tertawa menanggapi adiknya yang sudah tidak sabaran ini, dia tidak ingin Sabian bertemu dengan Kirana saat ini, Sandra mengutus asistennya yang lain untuk menjemput Kirana dari kediaman dan mengirimnya tinggal di asrama sekolah, dengan di temani dua pelayan wanita.
"Bos semuanya sudah aman, kali ini tuan muda kedua tidak akan bertemu dengan nona Karin," ucap asisten Sandra.
"Kerja bagus, terus awasi keselamatan nona Karin," Sandra membalas pesan dari asistennya.
Sandra mengajak sabian berkeliling villa nya, tetapi Sabian tidak mau, dia hanya ingin menatap langit berbintang dari villa kakaknya, akhirnya mereka hanya mengobrol di halaman belakang villa yang begitu indah pemandanganya di malam hari.
"Aku tidak menemukan wanita mu di villa ini, jadi apakah dia penduduk lokal sini?" Sabian membakar rokoknya lagi.
"Kamu ini bicara apa, aku tidak sedang menyembunyikan wanita manapun," Sandra menuang teh ke cangkir adiknya.
Dalam benak Sandra, yang sudah tahu sifat adiknya, dia pasti mencari wanita yang mencoba mengejarnya untuk di beri pelajaran agar tak mengganggunya lagi, karena Sandra belum tahu cerita pastinya, makanya ia menyembunyikan Kirana dari Sabian, dia hanya ingin melindungi keturunan dari keluarga Alexander.
"Jangan menutupinya dariku, asistenmu yang mengabari kediaman utama, apakah itu hanya sebuah rumor," Sabian meneguk teh yang di tuangkan Sandra dalam cangkirnya.
"Asisten yang gemar bergosip, harus di disiplinkan sepertinya, oh iya bagaimana dengan penyakit alergi terhadap wanitamu?" Sandra mengalihkan pembicaraan.
Sabian berwajah murung, saat mendengar pertanyaan kakaknya, sejenak dia mengingat Kirana yang Kini entah bersembunyi dimana menyadari ada yang aneh dari gelagat adiknya, Sandra memberikan pertanyaan kepada Sabian, tentang apa yang membuatnya penasaran dari sang adik.
"Apakah sudah ada seorang wanita yang berhasil menyembuhkan penyakitmu itu?" Sandra semakin penasaran.
"Kakak memang benar, aku sampai seperti orang gila, mencari keberadaan wanita ini, malam itu di kamar hotel, aku menikmati tubuhnya," Sabian menuang teh ke cangkirnya lagi.
Sandra sudah tahu dimana keberadaan wanita yang di cari adiknya, tetapi dia tidak mau ada wanita sembarangan yang nantinya akan mendampingi adiknya, dia harus menyelidiki sendiri seperti apa Kirana ini, barulah akan memberikan kepada adiknya.
"Ternyata adikku ini sudah besar ya, sepertinya aku akan di langkahi menikah," Sandra tertawa kecil.
"Aku tidak akan menikah, dengan wanita selain dia yang aku tiduri di hotel malam itu, aku harus menemukannya," Sabian mengepalkan tangannya, dia melempar cangkir teh nya.
Sandra yang sudah tidak kaget dengan tempramen adiknya, bersikap biasa saja dan mencoba menenangkan sabian, dia berkata harus bersabar, suatu hari nanti wanita itu akan datang sendiri menemui Sabian.
"Jadi apa yang membuatmu yakin bahwa, wanita itu tidak sengaja naik ke ranjangmu?" Sandra penasaran dengan jawaban adiknya, tidak seperti ini biasanya dia menghadapi sesuatu.
Jika memang Kirana di takdirkan untuk menjadi pasangan adiknya, Sandra akan mempertemukan mereka berdua, tetapi untuk saat ini tidak mungkin, karena Sandra belum tahu pasti seperti apa Kirana ini.
Menatap ke arah Sandra, Sabian bersiap menjawab pertanyaan kakaknya.
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Mike menjawab tuan muda pertama tidak wajib menjawab pertanyaan yang ia berikan, Mike hanya penasaran, di desa ini tidak ada tempat hiburan, kenapa kakak bos nya ini, sangat betah di tempat ini, jauh dari keramaian. "Karena aku menemukan hal menarik di sini," Sandra tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya bisa menimbulkan banyak tanya. "Maksud tuan muda pertama, apakah tuan menemukan cinta di desa ini?" Mike masih betanya. Sandra berkata tidak hanya cinta yang dia temukan, tetapi ketenangan hidup, yang tidak pernah dia temukan di kota Jakarta, desa ini damai masyarakat saling tolong menolong membuat Sandra semakin betah hidup di desa ini. "Apakah tuan muda pertama, tidak rindu dengan tuan besar?" "Mike, kamu terlalu banyak bertanya, istirahat lah, besok aku akan mengajak kalian berkeliling," Sandra melambai tangan ke arah Mike. Mike merasa tidak berg
Kirana hanya tersenyum tidak tahu harus berkata apa, saat para ibu guru temannya bekerja, menggoda untuk menikah dengan tuan muda Sandra. "Siapa yang mau menikah dengan bekas orang seperti saya ini bu?" Kirana menjawab dengan suara lirih. "Kalau jodoh ya nggak kemana Bu, bener nggak Bu Intan?" Bu Ningsih melemparkan pertanyaan. Bu intan mengiyakan apa yang di katakan oleh Bu Ningsih, Kirana dan Sandra terlihat cocok di mata mereka, banyak kok jaman sekarang seorang perjaka menikahi janda beranak satu, itu menurut pengamatan Bu Intan, Bu Ningsih, dan Bu Rahma, sepertinya mereka terbiasa melihat berita gosip selebriti. "Bu, Karin Saya doakan berjodoh dengan tuan muda Sandra," bisik Bu Ningsih ke telinga Kirana. "Memang tuan muda Sandra mau sama saya, seorang tuan muda seperti Sandra pasti banyak wanita cantik di sampingnya," Kirana menjawab bisikan bu Ningsih. &nb
Kirana merasa ada yang menyentuh tubuhnya, ia terbangun, menyalakan lampu, matanya mengarah ke sosok pria berwajah tampah bertubuh tinggi di samping ranjangnya, dia terlihat gelagapan saat Kirana terjaga dari tidurnya. "Anda sedang apa tuan?" Kirana mengucek mata berusaha bangun dari tidurnya. "Sudah aku bilang panggil saja aku kakak, aku hanya memastikan kamu istirahat dengan benar, oh iya apakah benar bulan ini perkiraan lahir keponakanku?" Sandra sudah seperti keluarga sendiri bagi Kirana, ia senang mendapat seorang kakak yang perhatian padanyaz tidak ada perasaan lebih di dalam hati Kirana selain menganggap Sandra sebagai seorang Keluarga. "Terima kasih, telah bersusah payah merawatku di sini, sampai detik ini," Kirana tersenyum lebar ke arah Sandra. "Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri," wajah Sandra memerah menatap Kirana. San
Kirana belum kepikiran nama bayi laki laki miliknya, ia masih mencoba menyusui dan melihat secara seksama sekilas wajahnya mirip sekali dengan Sabian, yah bagaimanapun memang benar dia benih dan darah daging dari Sabian Alexander. "Apa kau sudah selesai menyusuinya biar ku gendong dia," Sandra menggendong keponakannya. "Kak Sandra terima kasih telah merawatku sembilan bulan ini, aku serahkan nama anak ini padamu," Kirana memberikan senyuman bahagianya kepada Sandra Alexander. Sandra menimang bayi mungil itu, wajah tampannya mewarisi wajah Sabian, hidung mancung, mata lebar, rambut yang berwarna hitam legam serta lebat, membuat bayi yang masih merah ini tidak bisa lepas dari sosok sang ayah. "Namamu adalah Bima Alexander, Bima yang berarti kuat, kamu akan tumbuh menjadi pria yang kuat, hebat dapat melindungi ibu mu kelak," Sandra menimang keponakan yang berasa anaknya sendiri.
Sandra menerima tagihan yang di klinik yang di berikan oleh asisten Doni, setelah mengecek total tagihan ia menyerahkan kartu debit kepada Doni untuk pembayaran ke Klinik. "Baik tuan akan saya bayarkan, dengan begitu nona Karina dan bayinya bisa kita bawa pulang," Doni keluar ruangan untuk membayar ke admin. "Oke aku tunggu kabar darimu," Sandra masih menimang bayi tampan keponakannya. Sandra berdiskusi dengan Kirana apakah ingin menyewa baby sister atau merawat anaknya sendiri, jika ingin menggunakan baby sister Sandra akan segera membuka lowongan kerja, dan menyeleksi calon baby sister untuk keponakannya. "Tidak usah kak, aku akan merawatnya sendiri," Kirana tidak tega melihat bayi tampan miliknya ditinggal kerja. "Baiklah kalau begitu, jadi kamu mau berhenti kerja, jika merawat anak ini?" Sandra bertanya sekali lagi. Kirana menjelaskan masa cut
Sandra mengangkat telepon dari kediaman utama, ia mendapat kabar bahwa tuan besar Alexander sakit, Sandra kaget karena mendengar ayahnya sakit. "Apa, ayah sakit, sejak kapan dan sakit apa?" Sandra kelihatan panik. "Tuan muda pertama lebih baik menyempatkan diri untuk pulang ke kediaman beberapa saat," Kepala pelayan meminta Sandra untuk mengunjungi ayahnya, mungkin sang ayah kangen padanya. Sandra menyetujui apa yang dinasehatkan pelayan kepadanya, setelah selesai berbincang dengan kepala pelayan Sandra menyimpan kembali ponselnya, melihat tuan mudanya mondar mandir dengan raut wajah gelisah, Doni memberanikan diri mendekat serta bertanya ada apakah gerangan. "Tuan muda pertama, ada apakah gerangan yang membuatmu gelisah seperti ini?" Doni membungkukkan badan di hadapan tuan muda Sandra. "Ayah sakit, sementara aku tidak dapat meninggalkaan Karin yang baru saja melahirka
Pengasuh bayi Bima menjawab bahwa bayi Bima selesai dijemur di pagi hari, bayi menangis karena ingin menyusu kepda ibunya. "Aku yang akan mengantar Bima ke Karin untuk sekalian berpamitan," Sandra menggendong Bima ke kamar Kirana. "Baik tuan muda, saya akan kembali bekerja," Pelayan mengikuti Sandra dari belakang karena ia di tugaskan untuk. mengurus bayi dan Kirana. Sandra sampai di kamar Kirana karena ia menggendong Bima ia kesulitan membuka pintu, beruntung ada pelayan yang mengikutinya dari belakang, pekayan itu meembantu Sandra membuka pintu kamar Kirana dan Bima. "Kirana anakmu menangis sehabis di jemur di matahari pagi, tolong susui dia sebentar, mungkin dia sudah lapar," Sandra memberikan bayi pada Kirana. "Baik kak, apa kakak jadi pergi ke Jakarta hari ini, untuk menjenguk tuan besar?" Kirana mengambil Bima dari gendongan Sandra. Sandra b
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun