Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar.
Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu.
"Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya.
"Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik.
Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana.
"Doni, tebuslah resep obat ini ke apotik,"Sandra menyerahkan resep obat dari Dokter.
"Baik tuan, akan segera saya dapatkan obat dalam resep ini," Doni menerima resep yang di berikan tuan mudanya, dia segera pergi ke apotik.
Kirana sudah sadarkan diri dari pingsannya, ia menatap sekeliking ruangan yang asing baginya, matanya berhenti ke sofa yang di sana duduk seorang pria bertubuh tegap, berwajah tampan, dan berambut hitam legam itu, sangat lama Kirana memandang Pria itu, barulah ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan Sandra, aku ada dimana, apa yang terjadi, kenapa aku bisa berada di ruangan ini?" Kirana mencoba untuk bangun dari rebahannya.
"Nona Kirana lebih baik anda jangan terlalu banyak bergerak dulu, istirahat lah" Sandra menopang tubuh Kirana yang masih lemah, dia membantu merebahkan kembali tubuh Kirana di ranjang.
Kirana berkata ingin pulang, tidak enak jika seorang tetangga tahu, bahwa seorang lelaki lajang, membawa wanita hamil yang tidak jelas asal usulnya seperti Kirana pulang kerumah, apalagi sampai menginap dan di rawat dengan sepenuh hati.
"Nona Karin, tidak akan ada yang berani menggosipkan tentang kita berdua, apa kamu ingin aku bertanggung jawab atas kehamilan mu ini?" Sandra menatap wajah Kirana tajam sebenarnya ia hanya mengetes Kirana.
"Tidak, bahkan aku sendiri jijik dengan tubuhku yang kotor ini, mana mungkin seorang laki laki yang tidak pernah menyentuhku sama sekali, aku pinta untuk bertanggung jawab kepadaku?" Dengan tegas Kirana menjawab.
Sandra terus mengucapkan pertanyaan, sepertinya dia sedang mencoba mengorek informasi tentang Kirana, Saat Kirana ingin memberikan informasi palsu mengenai dirinya, Namun ia berpikir bahwa orang seperti Sandra ini pasti punya seribu cara untuk menemukan informasi valid tentangnya, berbohong pun tak ada gunanya.
"Tuan, jika aku jujur, apakah tuan akan percaya dengan ceritaku?" Kirana menatap Sandra.
"Ceritakan lah apa yang membuatmu, bisa sampai ke tempat terpencil seperti ini?" Sandra sudah siap untuk mendengarkan.
Kirana tidak aka menceritakan seluruh kisah hidupnya, baginya itu adalah aib yang harus di tutupi, dia hanya menceritakan sebagian hidupnya seperti dia yang di jebak oleh Tania untuk menggantikannya kencan buta, ibu tiri yang selalu menindasnya, hingga dia harus di usir oleh sang ayah tanpa sepeser uang pun.
"Desa ini, tempat dimana ibuku, menenangkan diri, bahkan ayahku juga tidak tahu tempat persembunyian ibuku," cerita Kirana dengan singkat.
"Lalu, kamu bagaimana kamu bisa hamil, apakah tebakanku ini benar, kamu adalah gadis nakal, yang suka bergonta ganti pasangan, hingga hamil dan melarikan diri ke tempat ini?" Sandra mengungkapkan pikirannya.
Kirana menjawab iya atas pertanyaan Sandra yang begitu mengesalkan, semua itu bertujuan agar Sandra melepaska dan tidak akan mencari Kirana lagi untuk kedepannya.
Berita yang tayang di televisi membuat dada Kirana sesak, Hatinya terluka bagai disayat dengan pisau, sakit sekali, di berita itu di kabarkan Tania Wijaya dan tuan muda dari keluarga Subroto menikah hari ini.
"Han, Tania, aku akan membalas dendam, atas penghianatan yang telah kalian perbuat," Kirana mengepalkan tangan, menarik sprei.
"Apakah kamu mengenal mereka berdua?" Sandra mematikan layar televisi, melihat Kirana yang emosi dengan berita yang di tayangkan di televisi.
Saking emosinya, Kirana keceplosan menjawab siapa mereka, dia adalah kakak tirinya yang tega menjebak Kirana tidur dengan orang pilihan ayahnya untuk mengambil keuntungan karena hotel yang di kelola oleh ayahku sedang mengalami kebangkrutan, pria itu terkenal sebagai orang yang alergi terhadap wanita di kota Jakarta, tapi entah kenapa malam itu dia sungguh bergairah mengambil keperawanan Kirana.
Emosi Kirana semakin meluap ketika mengingat penghianatan yang di lakukan oleh Han dan Tania, dia berteriak seperti orang gila.
"Tenang Nona Karin, jangan terlalu emosi, kamu harus memikirkan bayi yang ada di kandunganmu itu," Sandra memeluk Kirana, entah kenapa ia tidak menolak pelukan hangat yang sudah lama tidak ia dapatkan.
"Tuan, aku benci mereka semua, aku ingin membalas dendam," Kirana berucap dalam isakan tangis, di pelukan Sandra.
Sandra masih menenangkan Kirana yang masih emosi mengingat kejadian yang telah menimpanya, dia akhirnya menemukan siapa sebenarnya Kirana, ia juga tak menyangka bahwa bayi di dalam perut Kirana adalah calon keponakannya.
Tok...Tok...
Kriett!
"Tuan ini obat yang tuan pesan," Doni masuk kamar bermaksud untuk mengantar obat untuk ibu hamil yang akan di berikan ke Kirana.
"Taruh saja obatnya di meja," Sandra melirik ke arah Doni.
Doni menjadi salah tingkah, melihat tuan mudanya memeluk seorang wanita, tidak seperti biasanya, dia segera menaruh obat hamil di meja, dan pamit keluar.
"Maaf tuan muda, aku tidak bermaksud mengganggu anda," Doni segera keluar dan menutup pintu.
"Doni, kenapa kamu seperti melihat hantu?" Tanya seorang asiten perempuan.
Doni menggandeng asisten itu menjauh dari kamar tamu, dia menaruh jari telunjuk di mulut, mengisyaratkan jangan keras keras jika berbicara, karena ada berita heboh.
"Tuan muda kita, memeluk nona Karin, yang sedang menangis, akhirnya tuan muda kita menyukai perempuan, aku terharu," Doni memberitahu asiten di rumah itu.
"Akhirnya kita akan mendapat nyonya di kediaman ini, semoga nyonya tidak sombong dan galak," asisten perempuan itu ikut bahagia.
Sedang asyik mengobrol dan mengumpulkan asisten yang lain, membahas akan mendapat seorang nyonya di rumah ini, Mereka tidak sadar Sandra sudah berada di belakang para asisten di vilanya mendengarkan gosip yang mereka bicarakan.
"Apakah kalian di gaji untuk bergosip?" Sandra berdehem di belakang semua karyawannya.
"Tuan muda, ti-tidak kami akan segera bekerja kembali," Doni mewakili karyawan, mereka berhamburan pergi dari hadapan Sandra.
Sandra mengajak Doni untuk pergi ke ruang kerjanya, mereka berdiskusi disana, Sandra mengutus Doni untuk mendapatkan informasi tentang Han subroto dan Tania Wijaya.
"Ada apa dengan mereka tuan muda, apakah kita akan melakukan kerja sama bisnis dengan mereka?" Tanya Doni.
"Tidak, karena mereka berdua berhubungan dengan Karin," Sandra menuangkan wine pada gelasnya.
Doni masih bingung apa hubungan Han dan Tania dengan kehidupan nona Karin, Sandra lalu menjawab merka adalah masa lalu Karin, Kemudia dia bertanya apakah ada gosip yang beredar di desa ini, mengenai Karin.
"Kalau informasi dari Bu Intan, dia kabur untuk menenangkan diri, karena suaminya menikah lagi dengan wanita lain," Doni mengingat ketika dia bertanya kepada Bu intan.
"Oh seperti itu, Karin ini sungguh menarik, apakah aku pantas berada di sisinya?" Sandra menggoyankan gelas yang berisi wine.
"Maksud tuan muda?" Doni kaget atas pertanyaan tuan mudanya, tidak mungkin Sandra menyukai seorang wanita hamil.
Sandra tertawa melihat wajah Doni yang tampak kebingungan, sepertinya dia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Doni, tidak mungkin ia menyukai calon adik ipar yang sedang mengandung keponakannya. "Doni, lebih baik kamu mengerjakan tugas yang aku berikan, selidiki ada hubungan apa Han dan Karin?" Sandra meneguk wine di tangannya. "Baiklah tuan muda," Doni keluar ruangan kerja tuan mudanya. Doni mondar mandir di taman, dia tak paham dengan apa yang di pikirkan oleh tuan mudanya, dia sempat berpikir apakah harus mengadu kepada tuan besar, bahwa Sandra menyembunyikan seorang wanita hamil. Doni menelpon Mike, asisten pribadi Sabian Alexander, dia bertanya apakah bisa membantu nya untuk mendapatkan informasi mengenai Han Subroto dan Tania wijaya. "Untuk apa kamu meminta informasi tentang mereka?" Jawab Mike pada sambungan telepon. "Tuan muda pertama ya
Sabian menjawab pertanyaan Sandra, dia meyakini bahwa Kirana pantas untuk bersanding dengannya karena dia berani kabur darinya, tidak seperti wanita lain yang sengaja menjebak Sabian untuk mendapatkan hidup yang mewah. "Adikku, apakah kamu sudah yakin, apa kamu tidak mau mencoba rasa wanita lain, siapa tahu memang penyakit alergi mu terhadap perempuan, memang sudah hilang," Sandra membujuk sabian. "Tidak, aku hanya ingin dia, wanita pertama yang aku cicipi," Sabian bangkit dari duduknya. Saat Sandra bertanya akan pergi kemana kah sang adik, Sabian hanya diam tak menjawab pertanyaan Sandra, ia terus melangkah menuju tempat penyimpanan wine milik Sandra, ia mengambil satu botol dan langsung menenggaknya hingga ia mabuk. "Wine kesayanganku ini sangat memabukkan, apakah kamu akan menghabiskan semuanya?" Sandra mengambil botol wine yang di pegang oleh adiknya. "Jangan pelit,
Mike menjawab tuan muda pertama tidak wajib menjawab pertanyaan yang ia berikan, Mike hanya penasaran, di desa ini tidak ada tempat hiburan, kenapa kakak bos nya ini, sangat betah di tempat ini, jauh dari keramaian. "Karena aku menemukan hal menarik di sini," Sandra tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya bisa menimbulkan banyak tanya. "Maksud tuan muda pertama, apakah tuan menemukan cinta di desa ini?" Mike masih betanya. Sandra berkata tidak hanya cinta yang dia temukan, tetapi ketenangan hidup, yang tidak pernah dia temukan di kota Jakarta, desa ini damai masyarakat saling tolong menolong membuat Sandra semakin betah hidup di desa ini. "Apakah tuan muda pertama, tidak rindu dengan tuan besar?" "Mike, kamu terlalu banyak bertanya, istirahat lah, besok aku akan mengajak kalian berkeliling," Sandra melambai tangan ke arah Mike. Mike merasa tidak berg
Kirana hanya tersenyum tidak tahu harus berkata apa, saat para ibu guru temannya bekerja, menggoda untuk menikah dengan tuan muda Sandra. "Siapa yang mau menikah dengan bekas orang seperti saya ini bu?" Kirana menjawab dengan suara lirih. "Kalau jodoh ya nggak kemana Bu, bener nggak Bu Intan?" Bu Ningsih melemparkan pertanyaan. Bu intan mengiyakan apa yang di katakan oleh Bu Ningsih, Kirana dan Sandra terlihat cocok di mata mereka, banyak kok jaman sekarang seorang perjaka menikahi janda beranak satu, itu menurut pengamatan Bu Intan, Bu Ningsih, dan Bu Rahma, sepertinya mereka terbiasa melihat berita gosip selebriti. "Bu, Karin Saya doakan berjodoh dengan tuan muda Sandra," bisik Bu Ningsih ke telinga Kirana. "Memang tuan muda Sandra mau sama saya, seorang tuan muda seperti Sandra pasti banyak wanita cantik di sampingnya," Kirana menjawab bisikan bu Ningsih. &nb
Kirana merasa ada yang menyentuh tubuhnya, ia terbangun, menyalakan lampu, matanya mengarah ke sosok pria berwajah tampah bertubuh tinggi di samping ranjangnya, dia terlihat gelagapan saat Kirana terjaga dari tidurnya. "Anda sedang apa tuan?" Kirana mengucek mata berusaha bangun dari tidurnya. "Sudah aku bilang panggil saja aku kakak, aku hanya memastikan kamu istirahat dengan benar, oh iya apakah benar bulan ini perkiraan lahir keponakanku?" Sandra sudah seperti keluarga sendiri bagi Kirana, ia senang mendapat seorang kakak yang perhatian padanyaz tidak ada perasaan lebih di dalam hati Kirana selain menganggap Sandra sebagai seorang Keluarga. "Terima kasih, telah bersusah payah merawatku di sini, sampai detik ini," Kirana tersenyum lebar ke arah Sandra. "Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri," wajah Sandra memerah menatap Kirana. San
Kirana belum kepikiran nama bayi laki laki miliknya, ia masih mencoba menyusui dan melihat secara seksama sekilas wajahnya mirip sekali dengan Sabian, yah bagaimanapun memang benar dia benih dan darah daging dari Sabian Alexander. "Apa kau sudah selesai menyusuinya biar ku gendong dia," Sandra menggendong keponakannya. "Kak Sandra terima kasih telah merawatku sembilan bulan ini, aku serahkan nama anak ini padamu," Kirana memberikan senyuman bahagianya kepada Sandra Alexander. Sandra menimang bayi mungil itu, wajah tampannya mewarisi wajah Sabian, hidung mancung, mata lebar, rambut yang berwarna hitam legam serta lebat, membuat bayi yang masih merah ini tidak bisa lepas dari sosok sang ayah. "Namamu adalah Bima Alexander, Bima yang berarti kuat, kamu akan tumbuh menjadi pria yang kuat, hebat dapat melindungi ibu mu kelak," Sandra menimang keponakan yang berasa anaknya sendiri.
Sandra menerima tagihan yang di klinik yang di berikan oleh asisten Doni, setelah mengecek total tagihan ia menyerahkan kartu debit kepada Doni untuk pembayaran ke Klinik. "Baik tuan akan saya bayarkan, dengan begitu nona Karina dan bayinya bisa kita bawa pulang," Doni keluar ruangan untuk membayar ke admin. "Oke aku tunggu kabar darimu," Sandra masih menimang bayi tampan keponakannya. Sandra berdiskusi dengan Kirana apakah ingin menyewa baby sister atau merawat anaknya sendiri, jika ingin menggunakan baby sister Sandra akan segera membuka lowongan kerja, dan menyeleksi calon baby sister untuk keponakannya. "Tidak usah kak, aku akan merawatnya sendiri," Kirana tidak tega melihat bayi tampan miliknya ditinggal kerja. "Baiklah kalau begitu, jadi kamu mau berhenti kerja, jika merawat anak ini?" Sandra bertanya sekali lagi. Kirana menjelaskan masa cut
Sandra mengangkat telepon dari kediaman utama, ia mendapat kabar bahwa tuan besar Alexander sakit, Sandra kaget karena mendengar ayahnya sakit. "Apa, ayah sakit, sejak kapan dan sakit apa?" Sandra kelihatan panik. "Tuan muda pertama lebih baik menyempatkan diri untuk pulang ke kediaman beberapa saat," Kepala pelayan meminta Sandra untuk mengunjungi ayahnya, mungkin sang ayah kangen padanya. Sandra menyetujui apa yang dinasehatkan pelayan kepadanya, setelah selesai berbincang dengan kepala pelayan Sandra menyimpan kembali ponselnya, melihat tuan mudanya mondar mandir dengan raut wajah gelisah, Doni memberanikan diri mendekat serta bertanya ada apakah gerangan. "Tuan muda pertama, ada apakah gerangan yang membuatmu gelisah seperti ini?" Doni membungkukkan badan di hadapan tuan muda Sandra. "Ayah sakit, sementara aku tidak dapat meninggalkaan Karin yang baru saja melahirka
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun