Malam ini pukul 8 malam, Kirana wijaya diajak makan malam di sebuah hotel ternama untuk menjalani kencan buta yang sudah diatur sebelumnya oleh sang ayah untuk mendapatkan keuntungan karena mengalami krisis keuangan, yang akan mereka temui adalah CEO Alex Farm Corp-Sabian Alexander.
"Kak apakah orangnya sudah sampai, di mana kamu berjanji untuk bertemu apakah hotelnya sudah benar makan malam untuk kencan buta saja kenapa harus di hotel mewah seperti ini?" kirana heran mengapa untuk makan malam saja harus di tempat mewah seperti ini.
"Diam jangan banyak tanya, aku juga tidak mau datang jika bukan untuk membantu ayah," ucap kakak tiri kirana dengan galak.
Kirana dan Tania sejak tadi menunggu, namun tamu yang akan ditunggu tidak kunjung datang, membuat Tania mengajak Kirana memesan makanan, untuk makan lebih dulu karena menunggu membuat mereka kelaparan,
Gadis berparas cantik itu, tidak menaruh curiga sama sekali tentang alasan diajak oleh kakak tirinya untuk mengikuti makan malam kencan buta, tanpa sepengetahuan kirana, Tania menaruh obat tidur di makanan yang di pesan.
“Aduh, kenapa kepalaku mendadak pusing kak?” ucap Kirana sambil memegang kepalanya yang pusing.
Efek obat itu memuat tubuh Kirana menjadi lemas, ia kehilangan tenaga tubuhnya tersungkur ke meja makan,
Krieett...
Walau mata kirana tertutup dia bisa merasakan bahwa kini tubuhnya berbaring di atas kasur, dia juga mendengar ada seseorang yang membuka pintu kamar di mana dia berada.
“Siapa yang datang, apa itu kakak?” gumam kirana dalam hati.
Seorang pria tampan bertubuh kekar masuk ke dalam kamar hotel, matanya membulat Ketika melihat ada seorang gadis yang berada di atas ranjangnya.
"Siapa yang mengirim gadis ini ke kamarku?" tanya pemuda itu kepada asistennya.
"Saya akan memeriksanya tuan," kata asisten pemuda itu.
Sabian menyentuh Kirana mengunakan tissue, seakan tubuh gadis yang tengah terbaring itu adalah kotoran yang harus dibersihkan tetapi, saat Sabian menyentuh kirana pria itu terkejut.
“Kenapa aku tidak merasa jijik terhadap wanita ini, siapa yang mengirimnya?” Sabian tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya.
Sabian merasa penasaran dengan apa yang terjadi, ia mencoba untuk Kembali menyentuh serta memeluk tubuh gadis yang terbaring di ranjang dengan pengaruh obat, Ketika ia merasa tidak terjadi apapun pada dirinya ia pun melanjutkan aksinya.
"Tidak...Jangan," kirana mencoba untuk menghentikan perlakuan Sabian tetapi, gagal karena tidak memiliki tenaga.
"Diamlah aku hanya ingin mencicipimu," Sabian berbisik ketika merasakan ada penolakan dari Kirana.
Ketika asyik mencumbui Kirana asisten Sabian masuk ke kamar akan melaporkan informasi yang ia dapatkan asisten itu kaget dengan apa yang dilihatnya, Sabian berhenti sejenak mencicipi tubuh Kirana saat tahu asistennya telah kembali.
"Tuan muda anda tidak alergi terhadap nona yang terbaring di ranjang ini?" Asisten itu sangat terkejut.
"Keluarlah laporkan saja besok pagi, wanita ini spesial, aku tidak ingin ada yang mengganggu malam ini," pemuda itu mengibaskan tangannya pertanda meminta asisten untuk keluar kamar hotel.
Sabian tersenyum kearah Kirana, mengelus wajah cantik Kirana dia tak tahan untuk mencecap bibir Kirana, mencumbui tubuh Kirana sanpai lelah dan tertidur.
Kirana hanya bisa menangis meratapi kehilangan kesuciannya malam ini, yang dia ingat sedang makan bersama Tania baru beberapa suap memakan hidangan kepalanya terasa pusing dan tubuhnya lemas, tidak salah lagi pasti ini perbuatan jahat kakak tirinya.
"Sialan, brengsek, aku akan mengingat kejadian malam ini Tania ini pasti ulahmu," gerutu kirana dalam hati.
Kirana sadar saat pagi sudah datang dia melihat banyak tanda merah di tubuhnya, mengingat kejadian semalam Sabian bermain seperti seorang pria yang sudah lama berpuasa begitu semangat tak terkendali membuat Kirana merasaka sakit di pinggangnya.
"Selamat tinggal pemuda brengsek aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi," bisik kirana pada pemuda yang masih tidur di ranjang itu.
"Menarik sekali banyak perempuan yang sangaja ingin naik ke atas ranjangku, tetapi perempuan ini malah tidak ingin bertemu lagi denganku," Sabian melebarkan senyum di wajahnya.
Sabian sengaja berpura-pura masih karena ingin mengetahui apa yang akan di lakukan Kirana saat pagi tiba, ia mengambil telepon memberikan perintah kepada asistennya untuk mengikuti Kirana yang telah keluar dari kamar hotel tempat dia bercinta semalam dengan Kirana.
"Ikuti perempuan yang keluar dari kamarku, laporkan apa yang terjadi padanya, aku akan segera menemuinya lagi," ucap pemuda itu pada asistennya melalui sambungan telepon.
"Baik tuan muda," asisten itu menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Kirana yang berhasil menghilangkan kutukan alergi perempuan pada Sabian.
---
Kirana berjalan menyusuri lorong hotel dengan perasaan kecewa, marah, kesal, campur aduk di dalam hatinya ketika mengingat kejadian semalam.
Lebih sakit lagi ketika ia memergoki Tania dan Han kekasihnya memasuki salah satu kamar hotel, mungkin karena sudah tak bisa menahan gelora asmara mereka lupa menutup rapat pintu sehingga Kirana bisa mengintip apa yang terjadi di dalam kamar.
"Aaaaa... teruskan sayang, aku suka gaya seperti ini kamu sungguh membuatku mabuk kepayang," kakak tiri Kirana meronta keenakan.
"Teruslah berteriak aku semakin bersemangat mendengar desahan dari mulutmu," ucap Han saat memadu kasih dengan Tania.
Tania dan Han sedang di mabuk asmara tanpa mereka sadari orang yang telah mereka khianati melihat semua macam gaya yang di gunakan saat menikmati surga dunia.
Hati kirana terasa sesak, sudah kehilangan kesucian di hari yang sama ia menemukan kekasihnya berselingkuh bersama kakak Tiri, Kirana memberanikan diri masuk ke kamar pasangan mesum itu.
"Han jadi kamu berselingkuh dengan Tania di belakangku?" kedatangan Kirana mengejutkan pasangan selingkuh ini.
"Kirana?" Han kaget dia menghentikan aktivitas bercumbunya, reflek berdiri mengambil celana dalam untuk memakainya.
Kakak tiri Kirana sengaja membuat hati Kirana agar bertambah panas dia turun dari ranjang sengaja memeluk Han mencium bibirnya dengan gairah yang membara, seolah tidak ada lagi rasa cinta yang tersisa untuk Kirana di hati Han.
"Kirana Han hanya mencintaiku, Han katakan pada Kirana bahwa kamu hanya mencintaiku," kakak tiri Kirana merangkul mesra Han.
"Dasar perempuan murahan,” Kirana menampar kakak tirinya karena tersulut emosi.
Han tidak terima melihat Kirana menampar Tania, selama delapan tahun pacaran Han tidak pernah menyentuh Kirana apalagi memberikan kehangatan di atas ranjang seperti yang di berikan Tania.
Plak!
Han menampar balik Kirana.
"Kamu yang murahan karena memberikan tubuh pada pria asing," Han membentak Kirana.
"Sudah lah kirana Kamu dan Han tidak ditakdirkan bersama, takdirmu adalah menjadi wanita simpanan lelaki yang telah tidur denganmu tadi malam," kakak Kirana sengaja memperkeruh keadaan.
Tidak tahan dengan hinaan dan cacian dari dua orang yang menghianatinya, Kirana mengambil botol air mineral yang berada tak jauh dari tempatnya berada dan melemparnya ke arah Tania.
"Tutup mulutmu, belum puaskah kamu mengambil semua milikku?" Kirana melempar botol tetap sasaran.
"Perempuan gila, berani sekali kamu menyakiti wanitaku,"
Han mencekik leher Kirana hingga merasa kesulitan bernapas dan perlahan tak sadarkan diri.
Brakkk!
Beruntung asisten Sabian datang tepat waktu menyelamatkan Kirana, ia datang bersama beberapa anak buahnya, membawa Kirana pergi dari kamar Han dan Tania.
"Perempuan murahan berani sekali mengganggu kesenanganku," Han memaki Kirana.
"Sudahlah sayang mereka semua sudah pergi, lebih baik kita lanjutkan urusan ranjang kita,"
Kakak tiri Kirana mencium Han dengan lembut serta mendorongnya ke ranjang, membuat Han mabuk kepayang dengan goyangan mautnya.
"Terimakasih Tania kamu memberikan apa yang tidak bisa Kirana berikan," Han yang kelelahan merebahkan tubuhnya.
Kirana tak menyangka akan datangnya hari dimana kesuciannya terenggut orang asing, kekasih berselingkuh dengan kakak tirinya, dia terus berteriak saat tak sadarkan diri, saat ia sadar dia sudah terbaring di ranjang yang asing.
"Kamar ini bukan kamarku, ada dimana aku?" Kirana melihat sekeliling ruangan tempat ia terbaring.
"Kamu sudah bangun, tenang saja kamu aman disini," Sabian tersenyum melihat Kirana sadar sejak awal ia menjaga Kirana.
"Kenapa kamu lagi?" Kirana kembali tak sadarkan diri.
Sabian panik saat Kirana Kembali tak sadarkan diri, ia berteriak memanggil asistennya.
"Cepat panggilkan Dokter Jay kesini," ucap Sabian saat asistennya sudah datang.
Jay seorang dokter muda sekaligus sahabat dari kecil dari Sabian Alexander mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh agar segera sampai di kediaman Sabian dia sudah terbiasa menangani sabian jika terluka karena berkelahi atau kecelakaan ringan lainnya, sebagai pemilik perusahan besar tentu saja banyak pesaing bisnis yang mengincar nyawanya. “Sabian, Kali ini apa yang terjadi padamu?” Jay menerobos masuk kamar Sabian. “Tak bisakah mengetuk pintu terlebih dahulu?” Sabian melirik sinis Jay yang baru saja sampai. Mata Jay melihat ke ranjang sabian, seakan tak percaya apa yang di lihatnya Jay mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa matanya tidak salah melihat seorang wanita terbaring di ranjang sabian yang lebih membuat Jay tak percaya adalah sabian memegang tangan wanita itu dengan penuh harapan. “Apa yang kau lihat, cepat periksa gadis ini,” bentak Sabian. “Baiklah, serahkan masalah ini padaku,” Jay melangkahkan kaki menuju ranjang sabian,
Sabian mendekat ke arah Dani Wijaya, sepertinya ayah kandung dari Kirana itu belum pernah melihat wajah Sabian secara langsung, jika Dani tahu orang yang berada di hadapannya ini adalah pemilik dari Alex Farm-Corp, pasti dia akan bersikap selembut mungkin, mencari muka di hadapannya. “Pemuda ini sangat tampan, sepertinya bukan orang biasa, karena bisa mengalahkan pengawal pribadi rumah ini,” bisik ibu tiriku kepada putri kesayangannya. “Ibu, aku harus merusak reputasi Kirana di depan pemuda ini,” Tania membisikkan rencana jahat ke ibunya. Tania memperkeruh keadaan saat Dani Wijaya beradu mulut dengan Sabian yang menerobos masuk ke kamar Kirana, Tania mengatakan bahwa adik tirinya itu adalah wanita kotor yang tidak pantas di pedulikan, bahkan dia memutar fakta, kalau Kirana merasa cemburu, karena Hans kekasihnya lebih memilih Tania, sehingga Kirana membuat keributan di rumah, yang menyebabkan Dani Wijaya murka
Tenaga Sabian terlalu kuat, sehingga Kirana belum bisa kabur, tetapi tekadnya kuat untuk bisa melarikan diri dari kejamnya Sabian. Belum puas mencumbui Kirana, bahkan meminta lebih, Kirana berinisiatif menendang bagian pangkal paha Sabian, sehingga membuat dia kesakitan, di saat inilah, Kirana melarikan diri dengan membuka pintu mobil. "Tuan, apa yang terjadi?" asisten pribadi Sabian mengetuk kaca mobil. "Aku tidak apa-apa," Sabian menahan rasa sakit di pangkal pahanya. "Apakah anda yakin tuan muda, lalu di mana nona Kirana?" Asisten sabian melihat di mobil hanya ada sabian seorang. Sabian menjawab, biarkan saja Kirana pergi, walaupun Kirana pergi jauh, Sabian akan tetap menemukannya, sekarang dia ingin kembali ke perusahaan, tetapi dia mengutus beberapa anak buah untuk mengikuti kemana Kirana pergi. --- Dalam perjalanan menuju kantor, asisten pribadi tuan Sabian, terk
Mike mengerahkan seluruh anak buahnya, untuk mencari Kirana sampai sudut kota, beruntung Kirana berhasil melarikan diri dengan menyamar, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Lusi karena memberi bekal berupa uang tunai. Akhirnya Mike menyerah, dan melaporkan kepada sabian bahwa Mike dan anak buahnya tidak dapat menemukan Kirana, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana keberadaan Kirana. "Sial! mencari seorang wanita saja tidak bisa, aku tidak mau tahu, kalian harus menemukan Kirana," Sabian membanting gelas yang di genggamnya. "Tuan Sabian, mohon jangan terlalu emosi, kesehatan anda lebih utama," Mike mencoba menenangkan Sabian. Sabian bersumpah, sampai ke ujung dunia pun, dia harus menemukan Kirana, bagaimanapun caranya, walau harus sampai kehilangan nyawa sekalipun. --- Kirana kembali ke rumah dimana masa kecil ibunya, rumah yang sudah tak terawat, karen
Kirana menjawab pertanyaan Bu intan, kepala sekolah sekaligus Bu RT di desa ini, bahwa Kirana merasa senang di hari pertama bekerja, ia seperti menemukan keluarga baru di tempat kerja, ia berjanji akan bekerja dengan lebih giat. "Syukurlah jika ibu Karin langsung bisa beradaptasi, saya merasa senang, saya pamit pulang ya Bu, sampai jumpa besok pagi," Bu intan berpamitan pulang. "Hati hati di jalan ya Bu," Kirana melambaikan tangan ke orang pertama yang menolongnya di desa ini. Kirana masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sederhana yang ia tinggali. "Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang," gumam Kirana, tak lamapun ia terlelap tidur. Kirana tertidur cukup lama, dari pulang kerja sampai sore hari barulah ia bangun, ia rasakan mual, kepala terasa pusing, badan meriang, ia mengira ini hanya masuk angin biasa, kelelahan bekerja
Lusi sangat kaget dengan kedatangan Jay, dia mematikan telepon dan menjawab pertanyaan sang kakak."Bukan aku, tapi temanku aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak yang di kandungnya, aku sangat kaget mendengar berita ni," Lusi menggelengkan kepalanya."Berarti dia gadis yang buruk, aku tidak mau adikku berteman dengan gadis yang tidak jelas pergaulannya," Jay mengemukakan pendapatnya. Lusi membantah apa yang dikatakan kakaknya, Kirana bukan orang yang seperti itu pasti dia di jebak oleh seseorang sampai dia hamil, terjadi adu debat antara Lusi dan Jay, tentu saja Lusi membela Kirana. “Gadis yang hamil di luar nikah tentu saja gadis yang gampangan, kamu tidak boleh lagi berhubungan dengan temanmu itu, atau aku akan mengirimmu belajar di luar negeri,” Jay membentak Lusi. “Sahabatku tidak seperti yang kakak bayangkan, aku ingin menemuinya, pasti dia sedang bersedih sekarang,” Lusi berharap kakaknya memberi izin. Jay semakin marah dia tida
Wajah Kirana memang terlihat pucat seperti apa yang dilihat oleh ibu Ningsih, mungkin tubuhnya sekarang menjadi agak lemah karena sedang megandung, dia duduk di sofa ruang guru, meneguk segelas air minum, barulah menjawab pertanyaan Bu Ningsih. “Bu ningsih, aku harus bagaimana, lama kelamaan perutku akan membesar, tetapi suamiku tidak dapat di hubungi, apakah dia benar benar tidak punya hati?” Kirana menangis di depan ibu Ningsih belum tahu harus melakukan apa. “Yang sabar Bu Karin, saya mengerti perasaan ibu saat ini, sudahlah jangan banyak pikiran, kasihan calon bayi yang ada di dalam perut ibu Karin,” Bu Ningsih mencoba menenangkan hati Kirana. Bu Rahma dan Bu Intan yang baru saja datang penasaran kenapa Kirana menangis, Bu Ningsih yang menjelaskan semuanya, Kirana sudah tak sanggup lagi berkata kata hanya bisa menangis, tapi Kirana harus kuat, jika dia menjadi orang yang lemah, bagaimana bisa dia membesarkan an
Dokter memberikan penjelasan bahwa untuk wanita yang sedang hamil muda, biasanya mengalami perubahan hormon, ada yang hamil sampai lemas ada yang tidak merasa apa apa, itu hal yang wajar. Dokter memberikan selamat kepada Sandara atas kehamilan Kekasihnya, sebentar lagi Sandra akan menjadi seorang ayah untuk bayi mungil yang lucu. "Emm, terimakasih Dokter, tapi bagaimana cara merawat seorang ibu muda yang sedang hamil?" Sandra menjabat tangan Dokter pribadi keluarganya. "Mudah saja, ibu hamil muda, tidak boleh kecapekan dan banyak pikiran, aku akan meresepkan obat untuk di minum setiap hari, jangan lupa kontrol setiap bulannya, untuk mengecek apakah janin berkembang dengan baik atau tidak," Dokter menulis resep obat untuk di tebus di apotik. Selesai menyerahkan resep obat kepada Sandra, Dokter yang memeriksa Kirana pamit pulang, Sandra mengutus asisten Doni untuk menebus obat hamil untuk Kirana. &nbs
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun