แชร์

BAB 2 Mencari Kebenaran

ผู้เขียน: Nietha_setiaji
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-04-20 21:58:40

Mencari Kebenaran

Peristiwa kecelakaan yang menjadi penguak fakta. Raya mendapati golongan darahnya tidak sama dengan ayahnya, juga ibu kandungnya. Raya merahasiakan semua temuannya itu, dan bertekad mencari tahu kebenarannya sendiri dengan caranya sendiri.

Dia berkenalan dengan Devon, salah satu perawat di rumah sakit itu. Berusaha mencari informasi sebanyak mungkin mengenai ibu Rahma, namun sayang, informasinya benar benar terbatas.

Raya keluar dari ruang perawatan ibu Rahma, dia terlihat menutup pintu kamar perawatan itu, menghela nafas panjang, dengan ekspresi kekecewaan tinggi.

"Kamu tidak berhasil? sudah kuduga, setidaknya aku senang karena kamu akan terus datang," ucap Devon.

"Ayo ke Kantin, aku akan mentraktirmu makan dan minum," ucap Devon seraya berjalan ke arah kantin, dia terus menunjukkan ekspresi ajakan, berharap Raya akan mengikuti langkahnya. Sekali lagi Raya menghela nafas, lalu berjalan mengikuti langkah Devon.

"Menyerahlah, kamu harus menyerah," ucap Devon yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di kantin, berhadapan dengan Raya.

"Aku sudah sering mengatakan ini, aku tidak akan menyerah," ucap Raya.

"Carilah pekerjaan pasti, kamu pengantar makanan bukan? pekerjaan itu lebih cocok daripada seorang detektif, sudah menyerahlah," ucap Devon.

"Ya, semua pekerjaan aku jalani selama tidak menyusahkan orang lain," ucap Raya yang masih merahasiakan mengenai tujuan aslinya terus menemui ibu Rahma.

"Aku tahu, kamu wanita yang tangguh," ucap Devon.

"Aku pernah melihatmu di toserba yang ada di alun alun, cukup lama aku mengamatimu, ternyata itu benar benar kamu," ucap Devon. Dia terlihat menerima semangkuk mie rebus dan meletakkan di meja persis berada di hadapannya.

"Aku bekerja di sana setiap jam empat hingga sebelas malam, kamu bisa mengunjungiku," ucap Raya.

"Ah tidak, aku harus membeli sesuatu jika mengunjungimu disana," ucap Devon.

"Ya, itu namanya tata krama, kamu tidak boleh masuk ke dalam rumah makan jika tidak ingin membeli makanan, begitu juga dengan toserba," ucap Raya yang terlihat juga menerima semangkuk mie rebus yang dipesannya.

"Devon, ceritakan padaku, apa yang kamu ketahui mengenai ibu Rahma?" Tanya Raya. "Aku tidak terlalu mengenalnya, aku baru bekerja dua tahun di sini, mungkin kepala perawat lebih mengetahuinya karna dia sudah bekerja di sini waktu ibu Rahma juga bekerja di rumah sakit ini,” ucap Devon.

"Apa kamu sama sekali tidak mendengar apapun?" telisik Raya, dengan wajah penuh harap dia akan mendapatkan sebuah informasi.

“Ibu Rahma dulu bekerja di rumah sakit ini, hingga pensiun, aku tidak mengenal keluarganya, tidak ada yang mengunjunginya. Dengar dengar dia dulu adalah bidan senior yang galak, ya hanya seperti itu," penjelasan Devon mengenai ibu Rahma.

"Aku akan membuatnya menyerah, dia harus memberitahu informasi penting itu, harus," ucap Raya dengan sangat yakin.

"Ini sudah tiga bulan, sepertinya kamu hanya menyia nyiakan waktu," ucap Devon seraya menyantap mie rebusnya.

"Tidak ada yang sia sia, aku akan terus berusaha meyakinkannya. Apa menurutmu dia sudah sembuh? aku melihatnya cukup normal seperti orang yang tidak mengidap demensia," ucap Raya.

"Ya sebenarnya dia sudah lumayan sembuh, tapi tetap saja penyakit itu tidak bisa disembuhkan, apalagi dia sudah cukup tua, lebih dari enam puluh tahun. kepala rumah sakit memutuskan membiarkannya tetap berada di sini sebagai apresiasi karena dia sudah mengabdikan hidupnya untuk rumah sakit ini," ucap Devon.

"Kasian sekali," ucap Raya.

“Boleh aku Tanya sesuatu?” Tanya Devon.

“Ya, tentu saja,” ucap Raya.

“Informasi apa yang sebenarnya kamu cari?” Tanya Devon.

Raya terlihat menatap Devon dengan pandangan tajam, lalu tiba tiba keningnya berkerut.

“Informasi yang sangat penting, untuk keberlangsungan hidup seorang anak,” ucap Raya.

“Hmmm, baiklah, aku mengerti, kamu tidak bisa memberitahuku,” ucap Devon.

“Ya, nanti, suatu saat nanti,” ucap Raya seraya tersenyum.

Mereka berdua melanjutkan makannya, menikmati mie rebus yang mereka pesan. Mie rebus dengan beberapa potongan cabe pedas, sungguh sangat menggugah selera.

Raya memutuskan untuk pulang, Devon menemaninya berjalan menuju ke arah parkiran motor. Tiba tiba ada seorang pasien wanita menabrak tubuh Raya, dia berlari dari dalam rumah sakit, seperti hendak melarikan diri.

"Pembunuh, kamu membunuh anakku, kembalikan anakku, kembalikan, kamu pembunuh, dokter pembunuh," ucap wanita itu.

"Kembalikan anakku," teriaknya.

Melihat hal itu Devon berusaha menjauhkan Raya dari wanita itu. Devon memanggil bantuan untuk sesegera mungkin mengamankan wanita setengah baya yang merupakan pasien di sana.

"Kamu tidak apa apa?" tanya Devon pada Raya.

"Ti-tidak," ucap Devon gugup.

Tiba tiba keringat dingin bercucuran, Raya mulai tidak bisa mengendalikan dirimu. Raya mengalami serangan panik (panic attack), rasa takut atau gelisah mulai muncul.

"Raya, kamu tidak apa apa," ucap Devon. Pandangan mata Raya mulai tidak jelas, dia gugup, bingung dan takut dengan segala yang ada di sekitarnya.

"Tenanglah Raya, tarik nafas panjang, tenangkan dirimu," ucap Devon.

Tiba tiba lintasan ingatan muncul di kepala Raya. Kejadian yang sama, ketika dia mengalami serangan panik (panic attack), di sebuah rumah sakit.

"Raya, tenanglah, ambil nafas panjang, lihatlah sekelilingmu, semuanya baik baik saja," ucap seseorang di lintasan ingatannya.

"Bayangkan langit biru yang indah, bayangkan pohon hijau yang menyegarkan, mereka begitu indah, tidak perlu ada yang kau khawatirkan, semuanya akan berlalu, tarik nafas yang panjang," ucap seseorang itu lagi.

Raya menekan dadanya, ingatan itu semakin membuatnya sesak.

"La-langit biru yang indah, po-pohon hijau yang menyegarkan, mereka begitu indah, tidak ada yang perlu aku khawatirkan," bisik Raya pada dirinya sendiri.

"Raya, tenanglah, ambil nafas panjang, bernafaslah dengan tenang," ucap Devon.

Devon berusaha keras untuk menyadarkan Raya, memeluknya, menenangkannya.

Raya mulai mengatur nafasnya, supaya serangan panik ini tidak berlanjut, membuatnya tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk bernafas saja itu tidak mudah.

"Aku akan mendapatkan kebenarannya, dia harus menceritakan semuanya," ucap Raya.

"Aku akan memaksamu, akan memaksamu," bisik Raya yang masih berada di pelukan Devon, lalu dia memejamkan mata dan tidak sadarkan diri.

Di rumah Raya, terlihat Rohaya memunguti potongan demi potongan piring keramik yang dilemparnya tadi.

"Aku sudah menginvestasikan seluruh uangku, kamu akan menjamin hidupku di masa depan juga masa tuaku kelak, seharusnya kamu tidak membuatku kecewa. Kamu harus mengurus ayahmu, mengurusku, melebihi dirimu sendiri," ucap Rohaya, ibu tiri Raya, terlihat sangat kesal.

“Ah, apa aku carikan saja dia jodoh, juragan tanah, ya, itu lebih baik, dia bias lebih berguna,” guman Rohaya.

“Anak yang keterlaluan, sudah enak jadi dokter kenapa juga mesti mencari pekerjaan lain. Jadi pramuniaga, pelayan restoran, tukang bersih bersih, wah, sungguh sangat tidak elilt, menjijikkan,” gerutu Rohaya.

“Percuma saja cantik jika tidak bisa mendapat pria kaya,” ucap Rohaya yang terlihat mengamati dirinya sendiri yang diyakini sangat cantik dan mempesona.

Bersambung...

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 3 Tatapan Penuh Pesona

    Tatapan Penuh PesonaDevon duduk di samping Raya yang masih memejamkan mata, di tempat tidur pasien, salah satu ruangan kosong yang ada di rumah sakit itu.Devon terlihat mengamati wajah Raya, jika diamati lebih dalam, sungguh Raya memiliki kecantikan alami. Mata bulat, alis sedikit tebal dengan lengkungan yang unik. Hidung mancung dengan tulang tegas. Kulit putih mulus, bahkan seperti porselen tanpa noda. Rambut panjang sebahu dan hitam berkilau. Raya juga memiliki tinggi badan bak model profesional, berat tubuh ideal, kebanyakan orang menganggapnya memiliki body goals.Devon memukul mukul wajahnya, dia tidak ingin terlena dengan kecantikan Raya."Ada apa denganku, lupakan, jangan sampai kamu terhasut perasaan itu Devon, lupakan," ucap Devon seraya terus memukul mukul pipinya sendiri."De-Devon," bisik Raya setelah membuka mata."Ra-Raya, kamu baik baik saja? jantungku hampir lepas, kamu membuatku khawatir," ucap Devon."Apa itu serangan panik? apa yang terjadi?" tanya Devon tanpa h

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 4 Kabar Penting

    Kabar PentingJam delapan malam, di toserba 69, Raya terlihat melaksanakan tugasnya sebagai pramuniaga, mulai dari mendisplay produk di rak, mendata produk jualannya, menjaga kebersihan area toserba, memberikan label harga, menulis laporan penjualan, dan yang pasti harus dilakukan adalah memberikan pelayanan pada pembeli. Dia menguasai semua itu, sangat trampil dan cekatan. Bahkan dia bekerja sendirian untuk jam kerja malam, shif paling sibuk, dimana banyak orang keluar rumah untuk berbelanja.Raya terlihat berada di belakang meja kasir, menunggu pelanggan datang. Dari pintu masuk toserba terlihat seorang anak laki laki masuk ke dalam toserba dan berhenti di depan meja kasir."Berikan aku rokok itu," ucap anak laki laki yang berusia sekitar sepuluh tahun. "Apa kamu bisa menunjukkan kartu tanda penduduk milikmu?" tanya Raya."Apa sekarang membeli rokok harus menunjukkan kartu tanda penduduk? setahuku hanya membeli alkohol," ucap anak laki laki yang sepertinya cukup cerdas."Ini atur

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 5 Sebuah Harapan

    Sebuah HarapanRaya menatap Devon dengan pandangan tajam menusuk, sangat tajam. Dia benar benar penasaran dengan apa yang ingin Devon sampaikan."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Raya."Aku ingin menyampaikan bahwa ibu Rahma ingin bicara empat mata denganmu," ucap Devon."Hah? benarkah? apa kamu membujuknya?" tanya Raya dengan wajah sumringah."Tentu, aku berusaha keras untuk membujuknya, pagi, siang, malam, akhirnya ibu Rahma bersedia, padahal aku tidak tahu informasi apa yang ingin kamu dapat darinya," ucap Devon dengan membanggakan dirinya."Benarkah?" tanya Raya menelisik.Devon terdiam, melihat ke arah Raya dengan pandangan mendalam, lalu tertawa."Tidak mungkin itu, tidak ada yang bisa membujuk atau memaksa ibu Rahma," ucapDevon."Kamu ini," ucap Raya seraya menyentuh pundak Devon, tepatnya mentoelnya pelan."Selama di rumah sakit, tidak ada yang bisa mendekatinya, dia hanya dekat dengan pak kepala rumah sakit. Kadang mereka terlihat tertawa bersama, sepertinya mereka suda

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 6 Hasil Tidak Menghianati Usaha

    Hasil Tidak Menghianati UsahaRaya masuk ke dalam rumahnya, dengan pelan dan hati hati, mengendap endap seolah masuk ke rumah orang lain, berusaha tidak membangunkan ibu tirinya yang terlelap tidur di ruang tengah sembari ditonton televisi yang masih menyala."Kamu sudah pulang?" tanya Rohaya, sang ibu tiri yang sepertinya mendengar langkah kaki anak tirinya itu.Raya mendekat ke arah ibu tirinya, meletakkan sebuah amplop berisi uang sepuluh lembar seratus ribuan. "Jangan habiskan sekaligus," ucap Raya, lalu dia kembali melangkahkan kakinya ke arah kamar.Rohaya terlihat mengangkat tubuhnya, meraih amplop itu seraya menghela nafas panjang."Harusnya kamu bisa menghasilkan lebih, kamu investasi masa depan dan masa tuaku, aku bisa gila melihatmu seperti itu. Aku memang ibu tirimu, yang selalu menuntutmu, tapi aku juga memiliki kasih sayang padamu," gumam Rohaya lirih, berharap Raya tidak mendengar apa yang dia ucapkan. "Apa kamu harus mengambil uang dari putrimu sendiri," tanya pak Bo

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 7 Pelukan yang tersemat di hati

    Pelukan yang tersemat di hatiRaya melihat ibu Rahma duduk di kursi taman belakang, menghadap ke arah timur, menunggu matahari terbit. Tiba tiba jantung Raya berdegup kencang, seperti seseorang yang ingin menemui kekasihnya. "Ayo, temui dia," ucap Devon, lalu Raya mengangguk pelan.Raya mendekat ke arah ibu Rahma, duduk di sebelahnya, belum mengucapkan sepatah katapun."Selamat pagi," sapa Raya. "Kamu sudah mendengarnya dari perawat itu?" tanya ibu Rahma tanpa melihat ke arah Raya."I-iya, terimakasih, terimakasih sudah mempercayaiku," ucap Raya."Aku boleh tanya sesuatu padamu?" tanya ibu Rahma."Tentu saja," ucap Raya."Apa kamu marah padaku?" tanya ibu Rahma.Mendengar pertanyaan itu, Raya melihat ke arah ibu Rahma dengan pandangan tajam."Tentu saja, awalnya, sangat marah, namun saya berusaha memahami, mungkin ibu memiliki alasan di balik itu semua. Jujur saya sangat marah, tapi saya yakin, dosa sudah mengikuti ibu sejak lama, bahkan karma pun sudah ibu dapatkan," ucap Raya."Ka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 8 Sebuah Awal

    Sebuah AwalRaya sudah berada di kedai ayam cepat saji, dia berada di ruangan pak Umay, kepala restoran yang bertugas mengurus segala hal yang ada di restoran, juga mengatur karyawan, tiang utama berjalannya sebuah bisnis restoran. "Ada apa Raya? tumben menemuiku pagi pagi begini," tanya pak Umay."Pak, saya ingin mengundurkan diri," ucap Raya seraya menyerahkan surat pengunduran dirinya."Apa? kenapa mendadak sekali, apa kamu sudah mendapat pekerjaan lain? apa aku ada salah terhadapmu?" Ucap pak Umay dengan berondongan pertanyaan."Ti-tidak pak, saya hanya memiliki alasan lain, saya takut yang saya kerjakan akan mengganggu pekerjaan saya di sini," ucap Raya. Pak Umay terdiam, dia menatap Raya dengan pandangan mendalam."Apa itu? apa sangat penting?" tanya pak Umay."Iya, sangat penting, bagi hidup saya," ucap Raya."Kamu sudah memiliki jadwal pasti untuk mengerjakannya?" tanya pak Umay."Saya harus mengerjakannya selepas makan siang, saya tidak mungkin bekerja hingga sore hari," uca

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 9 Kenyataan Mengerikan

    Kenyataan MengerikanJam makan siang selesai, Raya sudah berada di depan rumah sakit, rumah sakit swasta yang melayani pasien umum, rumah sakit yang dulunya adalah milik sebuah yayasan.Rose akan segera masuk, untuk menemui ibu Rahma. Hatinya bergetar hebat, berdebar tidak karuan, antara gugup, takut dan khawatir. Hari ini Raya akan banyak mengobrol dengan ibu Rahma, dia berharap mampu mengendalikan diri, setiap emosi manusiawi yang mungkin saja akan dia miliki dan keluar dengan sendirinya. Ibu Rahma, orang yang seolah tidak mempedulikan kehadirannya selama tiga bulan terakhir, namun dia pasti tersiksa, melihat bayi yang dulu dia tukar tumbuh dengan begitu sehat dan cantik, datang seolah meminta pertanggung jawaban.Raya berdiri di depan pintu kamar ibu Rahma, terlihat mengambil nafas, lalu mengetuk pelan."Masuklah," terdengar suara itu lirih. Raya memberanikan diri memegang dagang pintu, lalu membukanya. "Kamu sudah datang, duduklah," ucap ibu Rahma yang terdengar begitu hangat, s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20
  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 10 Sebuah Perhatian Kecil

    Sebuah Perhatian KecilJam menunjukkan pukul tiga sore, Raya duduk di depan toserba 69, terlihat menghela nafas panjang, lalu duduk di lantai yang menyerupai tangga. "Kamu sudah selesei?" tanya Devon yang tiba tiba datang dan menyodorkan sebotol air mineral."Terimakasih," ucap Raya seraya menerima botol itu. Devon terlihat ikut dudu di samping Raya."Aku tidak menyangka akan seberat ini," ucap Raya."Benarkah? apa kamu mengangkat sesuatu?" tanya Devon. Raya melihat ke arah Devon, seraya mata yang memicing dan bibir sedikit maju, lalu memukulnya lembut."Kamu ini," ucap Raya."Baru hari pertama aku mengunjunginya setelah kesepakatan, cerita yang kudengar begitu menyesakkan," ucap Raya."Benarkah?" tanya Devon."Devon, kamu tahu, ada seseorang yang kadang melakukan sesuatu yang menurutnya menyenangkan tanpa memikirkan orang lain," ucap Raya."Benarkah?" tanya Devon."Ya, ada orang seperti itu," ucap Raya.Devon terlihat menatap ke arah depan."Kamu tahu, dulu pernah ada pasien yang d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-04-20

บทล่าสุด

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 39 Kakak Beradik

    Kakak Beradik Pagi harinya, Raya sudah berada di kedai ayam cepat saji.“Bagaimana liburannya? Kamu pasti sangat menikmatinya,” ucap Anna.“Ya, lihat kulitnya menghitam, kamu pasti berjemur seharian,” ucap Angga seraya melihat ke arah Raya.“Ah, kalian tidak akan menyangka, liburanku sama sekali tidak menyenangkan, sama sekali,” ucap Raya seraya menghela nafas panjang.“Bahkan aku ingin tidur, liburan tidak membuat tubuhku mengisi ulang daya,” gerutu Raya.“Raya, ada pesanan yang harus kamu antar pagi ini,” ucap pak Umay.“Baiklah, aku sudah siap pak kepala kedai, tugasku akan selesai dengan baik,” ucap Raya seraya memberi hormat.“Kamu gunakan mobil kantor, karna kamu harus mengantar dua puluh paket ke dua puluh tempat, pemesan sudah membayar ongkos kirimnya,” ucap pak Umay.“Apa? Dua puluh?” tanya Raya.“Ya, kamu habis liburan, kamu sudah memiliki tenaga untuk itu, seman

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 38 Pria Pria Menawan

    Pria Pria Menawan Raya berjalan ke arah aula hotel Santika, hotel di mana seminar diadakan. Tiba tiba dia berpapasan dengan seseorang yang tidak asing lagi. “Lucas,” ucapnya, lalu dia bergegas menyembunyikan wajahnya dengan paper bag yang dibawanya. “Bagaimana ini, ah, kenapa ada dia di sini, ah merepotkan saja,” ucapnya kesal. “Dia berusaha menepi, menghindari Lucas yang juga berjalan ke arah tempat seminar. “Apa jangan jangan Lucas juga hadir ke seminar Radit? Wah ini tidak bisa dibiarkan, aku harus segera pergi dari sini,” ucap Raya yang mengendap endap, mencoba kabur dan menghilang. Baru beberapa langkah, tubuhnya menabrak tubuh seseorang, Raya mendongak ke atas, ternyata itu adaah Devon. “Raya, kamu juga datang ke seminar ini? Wah kamu pasti mendapatkan tiket gratis dari Radit, dia juga memberikannya kepadaku. Ayo kita segera masuk, seminar akan segera di

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 37 PRIA LUAR BIASA

    PRIA LUAR BIASA Di depan pintu sudah ada Rohaya yang berdiri di depan pintu dengan tangan menyilang di depan perut.“Kamu tidak membawa sesuatu untukku?” tanya Rohaya.“Hanya porsi berdua,” ucap Raya yang kemudian segera masuk ke dalam rumah, berjalan menuju ke kamarnya.“Kamu pelit sekali,” gumam Rohaya yang mengikuti langkah kaki Raya.“Kamu kembali berkencan dengan laki laki kaya itu?” tanya Rohaya.“Dia sangat kaya, kamu harus mengikatnya dengan kuat, supaya dia tidak lari dibawa pelakor gila,” ucap Rohaya yang terus mengikuti Raya hingga ke kamarnya.“Aku belum memutuskan apapun,” ucap Raya.“Apa yang kamu tunggu, dia datang kepadamu, begitu menginginkanmu, kamu bisa menjadi istri calon presdir rumah sakit mewah, itu sempurna,” ucap Rohaya yang kemudian duduk di tempat tidur Raya.“Apa kamu menyuruhku menjatuhkan hati hanya karena harta?” tanya Raya.“Kamu harus realistis, jika

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 36 LUCAS

    LUCASRaya menghentikan mobil tepat di tikungan jalan, cukup dekat dengan hotel Santika. Dia melihat ada seorang wanita berdiri di pinggir jalan, wanita yang sepertinya tidak asing. Wanita dengan gaun berwarna putih, rambut panjang sebahu, tinggi, langsing, dia berdiri menyamping, sehingga Raya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Berapa detik setelah itu, muncul seseorang yang sepertinya tidak asing, sangat tidak asing.“Lucas,” bisik Raya, kemudian dia segera menyembunyikan tubuhnya. Raya mengintip, dia melihat Lucas dengan wanita itu, tiba tiba wanita itu melihat ke arah mobil Raya.“Fay?” bisik Raya yang sudah bisa mengenali wanita itu. Rupanya dia adalah Fay, teman satu fakultasnya dulu.“Jadi Lucas dengan Fey?” Tanya Raya pada dirinya sendiri.“Apa mereka sudah menikah? Atau berpacaran?” Tanya mengusik hati dan juga perasaan Raya.Raya terdiam, memikirkan kemungkinan bahwa Lucas mungkin saja sudah menikah dengan Fey. Dia ingat, pertama kalinya menginjakkan kaki di kampus el

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 35 Kencan

    KencanJam empat sore, Raya sampai di depan rumahnya, menurunkan standar motor, lalu melepas helm. Terdengar suara dering dari ponselnya, dia segera mengambil ponsel itu dari dalam tas ranselnya.“Angga,” gumam Raya ketika melihat nama yang muncul di layar depan ponsel pintarnya.“Halo Angga, ada apa?” tanya Raya setelah menempelkan ponsel itu di telinganya.“Raya, sebelumnya aku harus minta maaf dulu, tapi ini darurat,” ucap Angga dari seberang panggilan, terdengar gugup.“Ada apa? Apa kamu mau mengganggu waktu liburku?” tebak Raya.“Ya, be-benar sekali, aku minta tolong, tepatnya kedai minta tolong untuk diantarkan empat puluh paket ayam, pekerja paruh waktu yang membantumu tidak bisa mengendarai mobil dan kurir online penuh, kami harus menunggu satu jam lagi, itu tidak mungkin, pesanan ini harus segera sampai ke sana,” ucap Angga menjelaskan situasinya.“Ya, ya, ya, hari ini adalah cuti tahunanku dan besok adalah cuti bulananku, sebagai karyawan yang budiman, aku harus tetap memban

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 34 Perhatian Kecil

    Perhatian KecilSetelah sekitar sepuluh menit berjalan, akhirnya mereka sampai di kedai atas bukit, kedai bambu yang sederhana namun begitu indah dan sejuk dipandang mata.“Kenapa kalian lambat sekali,” gumam Raya.“Aku? Lamban?” kamu saja yang terlalu cepat, aku sudah berusaha menyusulmu, lagipula kenapa kita harus pindah ke tempat terpencil seperti ini,” ucap Devon.“Kalian tidak lihat, kalian sudah benar benar merusak liburanku, semua orang lebih tertarik pada kalian berdua ketimbang menikmati segarnya strawberry,” ucap Raya kesal.“Bukan salahku jika terlahir tampan,” ucap Radit yang terlihat berusaha menata nafasnya, dia benar benar kelelahan, dia membungkukkan tubuhnya, menyangga dengan kedua tangan yang memegang lutut.Devon melirik kearah Radit.“Wah, tadi dia tidak suka ketika aku menyombongkan ketampananku,” gumam Devon menggerutu.“Apa kamu tidak pernah berlari lagi di rumah sakit, kakimu sudah kaku, harusnya kamu lebih bisa cepat,” ucap Raya yang lebih terdengar seperti s

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 33 Tampan

    Tampan Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, mereka bertiga sampai di taman strawberry, ternyata tidak seperti dugaan Raya, taman strawberry di sana terlihat begitu padat, seperti lautan manusia.“Hah,” ucap Raya.“Sepertinya kamu harus berdesakan dengan semua orang untuk mendapatkan sebuah strawberry,” ucap Devon.“Ah, aku tidak akan menikmati semua ini, aku hanya ingin membeli sekeranjang strawberry dan memakannya di pinggir kebun, tapi pasti tidak ada yang menjualnya, mereka bahkan rela antri untuk memetiknya sendiri,” ucap Raya kesal.“Aku akan membelikanmu di mall, semua stock yang ada,” ucap Radit.“Mas, beda, ini segar, baru dipetik,” ucap Raya kesal. Radit terlihat menghela nafas panjang.“Baiklah, aku akan mewujudkannya, aku akan mendapatkan sekeranjang strawberry itu,” ucap Radit. Mendengar hal itu, Devon pun tidak mau kalah, dia juga berniat mendapatkan sekeranjang buah strawberry untuk

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 32 Penguntit

    Penguntit Devon sudah ada di dapur, dengan mata yang berbinar.“Kamu sudah mandi?” tanya Raya seraya menatap Devon yang sebagian wajahnya masih terdapat sisa cipratan air.“Ya, kamu bisa lihat mataku, sudah terbuka sempurna,” ucap Devon.“Baiklah, ayo kita segera membuat masakan istimewa,” lanjut Devon.Devon terlihat menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan, ayam segar yang dibawa Raya, kentang, wortel, daun bawang, bumbu dapur yang diperlukan seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, daun secang, kayu manis, dan lain lain. Devon segera meramu masakannya, terlihat begitu terampil dan cekatan. Raya hanya bisa melihat Devon, dia tidak diijinkan untuk membantu apapun.Setelah sekitar satu jam, soup daging merah akhirnya tersaji, sungguh menggugah selera.“Wah, luar biasa, aku seperti melihat demo masak,” ucap Raya.“Cobalah,” ucap Devon seraya menyodorkan semangkuk kecil sup daging mera

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 31 Kekesalan Raya

    Kekesalan Raya Cerita ibu Rahma.Pertengkaran demi pertengkaran membuatku semakin depresi, pertengkaran suami istri yang begitu menyudutkanku. Menukar botol susu yang sering aku lakukan untuk melegakan emosi suatu ketika sudah tidak lagi menarik, tidak lagi mempan. Aku mulai memikirkan sesuatu yang gila, bagaimana jika menukar bayi?.Suatu ketika aku melihat dua bayi laki laki yang terlihat sangat mirip. Aku menukar kedua bayi itu, namun aksiku diketahui rekan kerjaku, akhirnya berujung masalah yang menjadikan karir yang aku bangun susah payah berada di ujung tanduk. Aku bersikeras hal itu aku lakukan dengan ketidaksengajaan, akhirnya kedua orang tua itu memaafkan, tentu aku dan rumah sakit harus membayar kompensasi yang cukup besar. Aku menghabiskan uang simpananku, untuk menutup kasus itu dan melanjutkan karir sebagai bidan senior. Seiring waktu, rasa penasaran unt

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status